Oleh Tony Kleden
Bayangkan Pulau Adonara, Flores Timur (Flotim) 15 – 20 tahun lalu. Ketika itu kondisi jalan raya masih rusak. Belum mulus. Lalu lintas kendaraan masih sulit. Juga terbatas.
Akibatnya, lalu lintas manusia juga tidak ramai. Barang juga sama. Belum lagi transportasi laut ke Larantuka dan sebaliknya juga masih terbatas. Orang mesti bermalam jika hendak ke Adonara dan sebaliknya ke Larantuka dan sekitarnya. Tidak bisa langsung kembali.
Sekarang? Kondisinya sudah jauh berubah. Sudah maju sekali. Transportasi lancar jaya. Di darat maupun di laut. Siang pun malam. Makan pagi di Witihama di Pulau Adonara, makan siang bisa di Boru, Ibukota Kecamatan Wulanggitang di daratan Flores Timur.
Urusan atau hajatan di mana saja di Flores Timur hari ini bisa diakses dengan mudah. Tidak makan banyak waktu. Tidak juga biaya. Tidak perlu bermalam. Semua sudah serba lancar.
Pemicunya cuma satu : jalan raya yang licin dan mulus. Si pemicunya juga satu: Golkar. Ya, diakui atau tidak diakui. Suka atau tidak suka. Karya dan kerja-kerja Golkar melalui wakil rakyatnya di DPR RI, yakni Melchias Markus Mekeng, yang mengubah Flotim, juga Adonara, hingga seperti hari ini.
Itu sebabnya, ketika Melchias Mekeng melakukan kunjungan kerja (kunker) di Desa Lamablawa, Kecamatan Witihama, Flotim, Rabu (1/11/2023) lalu, antusiasme warga setempat luar biasa. Mereka menyambut gembira sosok yang dibaptis menjadi Bapak Pembangunan Infrastruktur Flotim ini.
Bahkan ketika masih di Desa Sukutokan, Kecamatan Kelubagolit, rombongan Mekeng ‘dicegat’ warga. Mereka mencegat Mekeng karena ingin Mekeng melihat Stadion Apebuan yang sedang dalam pembangunan. Harapan mereka jelas. Dengan melihat, Mekeng tergerak hati memperjuangkan biaya pembangunan stadion itu.
Kepada Mekeng, wakil masyarakat Sukutokan mengungkap mimpi mereka dengan stadion itu. Potensi bola kaki anak-anak di Adonara luar biasa. Pada final M3 (Melchias Markus Mekeng) Cup di Gawerato, Larantuka saling berhadapan dua tim dari Adonara.
Sayang, sejauh ini lapangan bola kaki yang memenuhi standar belum ada di Flotim. Mereka bertekad Stadion Apebuan menjadi salah satu lapangan yang bisa dipakai untuk pertandingan-pertandingan resmi.
Saat memasuki gerbang Desa Lamablawa, tertangkap kuat antusiasme warga. Mereka memenuhi tenda-tenda yang disiapkan menutup jalan raya. Warna dan aura Golkar menguasai desa. Menembus hati warga.
Kepala Desa Lamablawa, Siprianus Sili Boli, jadi orang yang paling berbahagia hari itu. Bersama tetua adat setempat, mereka menggelar seremoni penjemputan ala Adonara.
Di desa ini, kurang lebih empat jam Mekeng bersama warga. Menyatu dengan warga di tenda. Paling banyak orang-orang tua. Laki-laki dan perempuan. Mereka mengisi ratusan kursi yang disiapkan.
Mereka antusias hadir tentu tidak semata mau mengisi waktu. Lebih jauh dari itu, mereka mau hadir seperti ingin menyatakan terima kasih atas perjuangan Mekeng hingga jalan-jalan di Adonara jadi licin dan mulus.
Baik Camat Witihama, Laurens Lebu Raya, maupun Kepala Desa Lamablawa, Siprianus Sili Boli, sama-sama membeberkan kondisi wilayah setempat. Keduanya mengungkap Adonara secara umum sangat potensial. Hasil pertanian dan perkebunan banyak. Yang kurang adalah pemasaran.
Laurens Lebu Raya juga mengungkap, hampir semua rumah di Lamablawa dan Witihama ada sarjana. “Tetapi banyak dari mereka menganggur. Pengangguran intelektual tinggi di sini,” kata Laurens.
Sipri dan Laurens memberi apresiasi tinggi kepada Melchias Mekeng atas kunjungan kerja di Desa Lamablawa hari itu. “Atas nama pemerintah dan masyarakat, saya mengapresiasi kunjungan kerja Pak Mekeng sebagai anggota Komisi XI DPR RI yang membidangi ekonomi, keuangan dan perbankan,” kata Laurens.
Saat diberi kesempatan berbicara, Melchias Mekeng mengisahkan kembali awal keprihatinannya melihat Adonara 15 tahun lalu. “Tadi jalan dari Tobilota ke sini, saya tidur di mobil. Saya bisa tidur karena jalannya mulus, mobil tidak berguncang,” kata Mekeng.
Mekeng mengisahkan, saat menjadi Ketua Banggar (Badan Anggaran) DPR RI, dia bersama Bupati Simon Hayon keliling Adonara. Orang Flores mesti bangga. Orang Katolik juga perlu bangga. Bangga karena Mekeng adalah orang Katolik pertama, orang Flores pertama yang jadi Ketua Banggar DPR RI.
“Kami turun di Tobilota, saya lihat sendiri kondisi jalan belasan tahun lalu masih rusak parah. Saya keliling dengan Bupati Simon Hayon waktu itu. Nah, dari perjuangan saya di DPR RI itulah, jalan-jalan di Adonara jadi seperti sekarang ini. Dulu listrik belum merata, sinyal telepon juga susah. Saya berjuang agar Adonara dan Flotim ini dibereskan infrastrukturnya. Listrik masuk, jaringan telepon masuk. Sekarang semua jadi mudah,” tutur Mekeng.
Kepada warga, Mekeng juga mengaku sangat bangga dan senang melihat Adonara hari ini. “Saya senang lihat Adonara sudah maju sekali. Jalan-jalannya mulus, bersih lagi. Sudah bisa jadi kabupaten sendiri. Kalau pemerintah pusat cabut moratorium, saya orang yang di depan yang berjuang agar Adonara jadi kabupaten,” kata Mekeng. Tak pelak, warga menyambut dengan aplaus meriah.
Kepada warga Mekeng mengucapkan terima kasih atas kepercayaan mereka kepada Partai Golkar, terutama melalui kader-kadernya yang duduk di lembaga legislatif (DPR/D).
Lama duduk di komisi XI yang bersentuhan dan berurusan dengan keuangan, Mekeng sangat paham seperti apa postur APBD provinsi dan kabupaten di NTT. Dia tahu berapa dana yang masuk melalui melalui DAU (Dana Alokasi Umum) dan DAK (Dana Alokasi Khusus).
“APBD kita itu sekitar 90 persen itu dari pusat. Hanya 10 persen saja yang andalkan PAD kita. Dari yang 80 persen itu paling banyak untuk belanja rutin seperti gaji pegawai, operasional kantor. Berapa untuk pembangunan? Kecil sekali,” papar Mekeng.
Dengan kondisi seperti itu, kata Mekeng, pemerintah daerah butuh intervensi dari pusat. “Kita tidak bisa mengharapkan pembangunan dari DAU dan DAK saja. Perlu intervensi. Karena itu kita butuh orang di pusat, kita harus punya orang di pusat, kita harus punya orang kuat di DPR RI. Kita butuh anggota DPR yang tepat,” kata Mekeng.
Mekeng memastikan, dengan kader Golkar di DPR RI, intervensi keuangan untuk pembangunan menjadi lebih mudah. “Masyarakat butuh yang lebih besar dari sekadar bawa semen 100 zak, benang, kapas. Masyarakat butuh yang lebih besar dari itu. Masyarakat butuh anggota DPR RI yang tepat untuk bisa mengeksekusi proyek-proyek dan program-program pembangunan,” kata Mekeng.
Mekeng menuturkan, tahun 2023 pemerintah pusat mengalokasikan dana inpres senilai Rp 32 triliun. “Dana itu direbut semua kabupaten di seluruh Indonesia. Saya berjuang keras sehingga Flotim dapat Rp 50 miliar,” tegas Mekeng disambut aplaus meriah semua yang hadir.
Kisah-kisah perjuangan mencari dan melobi dana dari pusat dan hasil kerja-kerja politik untuk Flotim selama tiga periode menjadi anggota DPR RI, meyakinkan Mekeng akan pentingnya berada di partai besar seperti Golkar.
Tidak salah kalau Mekeng mengajak warga tidak membuang suara percuma tanpa manfaat di bilik suara pada hari H pemilu 14 Februari 2024 nanti.
“Jangan buang suara percuma. Pilih partai yang bisa berbuat banyak untuk kepentingan masyarakat. Golkar punya pengalaman panjang, 32 tahun memimpin dan membangun bangsa ini dengan kurang dan lebihnya,” kata Mekeng. (*)