Pengunduran Diri  Ratu Wula, Anggota DPR Wakil Rakyat Atau Partai?

YAN PIETER ATE

Oleh Jan Pieter Ate

Beredarnya berita pengunduran diri Caleg DPRI RI Partai Nasdem atas nama Ratu Ngadu Bonu Wulla sungguh mengagetkan, tidak masuk akal sehat dan aneh. Benar-benar aneh.

Bacaan Lainnya

Saksi dari Partai Nasdem yang menyampaikan secara resmi pengunduran diri caleg yang bersangkutan dan videonya telah viral menimbulkan tanda tanya besar bagi masyarakat di daratan Sumba, NTT.

Daratan Sumba yang terdiri dari empat kabupaten seperti disambar petir ketika menyaksikan video yang mewartakan pengunduran diri caleg atas nama Ratu Ngadu Bonu Wulla yang nyata-nyata secara jumlah suara sudah pasti lolos ke Senayan.

Pengunduran diri seorang caleg dari pencalonannya adalah konstitusional sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor  8 Tahun 2012 tentang Pemilihan Umum DPR, DPD dan DPRD. Namun pengunduran diri Ratu Wulla penuh kejanggalan, tidak lazim serta penuh keanehan.

Betapa tidak? Hasil penghitungan suara secara real count caleg untuk Dapil NTT II di mana Ratu Wulla berhasil mengungguli ke-enam caleg DPR RI dari Partai Nasdem yang berkompetisi di Dapil NTT II.

Berita keunggulan Ratu sudah menjadi bahan pembicaraan masyarakat Sumba di hari-hari terakhir ini.  Itu menandakan bahwa masyarakat Sumba sangat bangga karena berhasil menempatkan satu wakilnya di tempat paling bergengsi di level nasional yakni di DPR RI.

Keunggulan suara yang dicapai Ratu yang juga adalah petahana jangan dianggap hal sepele oleh pihak manapun, termasuk oleh Partai Nasdem, sehingga dengan mudah dapat dipermainkan.

Capaian tersebut adalah manifestasi dukungan dan kepercayaan rakyat Sumba kepada Ratu Wulla sebagai puteri terbaik Sumba untuk mewakili masyarakat pemilih di Sumba.

Selama periode 2019-2024 Ratu Wulla telah menunjukkan prestasi sebagai satu-satunya wakil rakyat Sumba yang duduk di DPR RI. Atas prestasi dan kinerja yang dicapai yang bersangkutan, rakyat pemilih di Sumba kembali memberi kepercayaan kepada Ratu Wulla untuk mewakili Sumba di DPR RI.

Tentu di sini terkandung harapan masyarakat Sumba bahwa melalui wakilnya itu aspirasi masyarakat di Sumba akan tersalurkan melalui lembaga tinggi pemerintahan di tingkat nasional.

Ratu Wulla adalah satu-satunya caleg dari Sumba yang berhasil lolos di DPR RI untuk 2024-2029. Bayangkan, Sumba terdiri atas empat kabupaten, beberapa kali dikunjungi Presiden RI, Sumba adalah salah satu locus food estate nasional, Sumba adalah salah satu lumbung ternak nasional, tetapi tertinggal jauh dari daetah-daerah lain di Indonesia.

Maka keberadaan Ratu Wulla sebagai satu-satunya wakil dari empat kabupaten yang ada di Sumba adalah sangat strategis dan fundamental untuk kepentingan pembangunan di daratan Sumba.

Sekarang, kalau Ratu mengundurkan diri apakah semudah itu tanggung jawab moral yang diemban Ratu akan dipikul oleh penggantinya? Ingat, bahwa basis konstituen Ratu di Sumba, maka yang bersangkutan akan selalu berinteraksi langsung maupun tidak langsung dengan basisnya.

Selain itu, hanya wakil yang berasal dari Sumba sendirilah yang betul-betul memahami dan merasakan desahan nafas masyarakat. Orang pendatang tidak akan sebaik dari putra/putri daerah sendiri. Ini natural, bukan mempolitisasi diksi dan narasi.

Pengunduran diri Ratu Wulla juga tidak boleh mengabaikan dimensi harga diri masyarakat Sumba dalam konstestasi politik di tingkat nasional. Hadirnya Ratu Wulla di DPR RI setidaknyamasyarakat di Pulau Sumba juga terangkat harga dirinya karena memiliki satu wakilnya di level nasional.

Namun tiba-tiba kebanggaan masyarakat Sumba dihempaskan secara serta merta oleh Partai Nasdem tanpa mempertimbangkan kepentingan harkat, martabat dan harga diri masyarakat setempat melalui caleg yang sudah berhasil dimenangkan.

Tindakan ini terlalu kasar. Kalau partai ingin meloloskan caleg lain bukan seperti ini caranya. Tindakan ini mempertontonkan bahwa cmaleg atau anggota DPR bukanlah wakil rakyat, melainkan wakil partai. Tindakan yang sepihak ini telah mencederai demokrasi di Indonesia.

Pimpinan Partai Nasdem harus dapat menyelami perasaan masyarakat di Sumba yang sudah dikecewakan oleh keputusan yang bernuansa politis ini. Orang-orang Sumba di berbagai Group Medsos maupun perorangan yang dihubungi penulis sama menyatakan kekecewaan atas putusan tersebut.

Sangat tidak masuk akal bahwa caleg yang sudah berjuang sejak awal proses Pileg, keluar-masuk Dapil, siang dan malam tanpa kenal lelah, namun di penghujung perjuangannya, di saat yang bersangkutan sudah pasti lolos ke Senayan, tiba-tiba mengundurkan diri.

Partai Nasdem yang selama ini dikenal paling terdepan menyuarakan demokrasi, ternyata melakukan tindakan yang tidak disangka-sangka seperti ini. Sungguh  mengecewakan konstituen.

Yang lebih mengecewakan lagi, tanpa adanya komunikasi publik, keputusan politik diambil secara sepihak. Hal ini sungguh mempertontonkan supremasi partai di atas rakyat. Partai Nasdem harus menyadari bahwa keputusan ini tentu mempunyai dampak politik bagi masa depan Partai Nasdem di waktu mendatang. Kejadian ini akan meninggalkan goresan luka di hati para pendukung Partai Nasdem di daratan Sumba.

Partai tentu saja akan berdalih, bahwa yang bersangkutan akan diproyeksikan untuk kepentingan politik yang lebih besar. Itu pendapat normatif yang biasa diungkapkan.

Masyarakat Sumba juga memahami agenda-agenda politik dalam waktu dekat, antara lain pilkada di Kabupaten Sumba Barat Daya dan Provinsi NTT di mana Ratu dapat diproyeksikan ke sana.

Namun bagi masyarakat Sumba, DPR RI adalah posisi yang jauh lebih strategis untuk kepentingan masyarakat Sumba di tingkat nasional, yang tidak dapat di apple-to-apple-kan dengan kepentingan partai pada level pilkada yang dimensinya lokal.

Semoga tulisan ini dapat dicerna oleh masyarakat Sumba di manapun berada yang kebanggaannya telah dirampas, dan juga oleh Partai Nasdem yang tugas dan fungsinya secara politik mengedukasi masyarakat. Hidup Sumba!!  (*)

  • Penulis, warga  Sumba di Jakarta

Pos terkait