Oleh Tony Kleden
Terik matahari di penghujung Oktober 2023 seperti memecahkan batok kepala. Tetapi cuaca yang gerah itu tidak mampu mengusik harapan warga Desa Liwo, Kecamatan Solor Timur, Kabupaten Flores Timur (Flotim), Selasa (31/10/2023). Mereka ingin bertemu muka dengan Melchias Markus Mekeng, anggota DPR RI Fraksi Golkar yang hari itu melakukan kunjungan kerja (kunker) di Solor.
Di gerbang desa, ada tali hutan direntang menutup jalan. Sebatang pisang muda lengkap dengan daun yang masih segar tertancap.
Tetua adat mendaras sapaan adat. Sebilah parang tajam kemudian diserahkan ke Melchias Mekeng. Mekeng maju memegang parang. Dengan sekali potong tali hutan putus bagi dua. Sekali tebas batang pisang juga jatuh. Rebah ke tanah.
Senai (kain sarung pria) motif Solor dikenakan ke Mekeng. Segelas arak diberikan. Selinting tembakau koli disorong. Sirih pinang juga disuguhi. Gong dan gendang ditabuh. Tarian hedung ditingkahi pekikan memecah.
Dengan itu, Mekeng diterima secara adat oleh warga Liwo. Dia jadi tamu kehormatan. Dia jadi bintang. Yang dirindu dan dinanti. Suasana jadi ramai. Orang lupa terik mentari yang sedang membakar.
Ratusan kursi di bawah sejumlah tenda terisi penuh. Yang tidak kebagian kursi duduk di bawah pohon asam.
Sudah sejak pagi warga menyatu di tenda yang dibangun di halaman Kantor Desa. Warga yang hadir tidak hanya dari Desa Liwo. Banyak juga dari desa tetangga. Tak ketinggalan para kepala desa di Kecamatan Solor Timur.
Nama Mekeng memang sudah demikian familiar di telinga warga Solor. Padahal dia bukan anak tanah Flotim. Apalagi Solor. Orang tuanya Sikka totok. Lahir dan hidup juga di Jakarta.
Tetapi kerja-kerja politik Mekeng, perjuangannya di DPR RI, empati dan simpatinya kepada warga Flotim melebihi ekspektasi orang Flotim sendiri. Melebihi dugaan orang Flotim. Namanya mengendap dalam di lubuk nubari warga Flotim. Dia jadi ikon Golkar, Golkar Flotim. Juga Golkar Flores.
Masuk akal di mana saja obyek kunjungan kerjanya di Flotim, Mekeng selalu disambut meriah. Kehadirannya dinanti dengan penuh gairah. Diterima dengan tangan terbuka. Itu hanya karena Mekeng sadar, dirinya tak lebih dari utusan rakyat, duta rakyat di lembaga legislatif. Karena itu kunjungan kerja di tengah masyarakat adalah wujud pertanggungjawaban politiknya kepada mereka yang mengutusnya.
Di Liwo, Solor Timur, di Pamakayo (Solor Barat), di Lamabelawa (Witihama), juga di Nayubaya (Wotan Ulumado), warga sangat antusias menerima anggota Komisi XI DPR RI ini. Warga bangga menyambut orang Flores pertama, orang Katolik pertama di Indonesia yang jadi Ketua Badan Anggaran DPR RI itu.
Tetapi yang jauh lebih nyata, antusiasme warga dipicu kerja-kerja, perjuangan dan kepedulian Mekeng untuk Flotim yang demikian kasat mata. Sudah lama warga mendengar, sudah lama mereka merasakan dan turut menikmati hasil kerja dan perjuangan Mekeng, khususnya infrastruktur jalan.
Di dua titik kunjungan kerjanya di Solor hari itu, warga dan beberapa kepala desanya satu nada. Mereka melitanikan kesulitan air bersih layak konsumsi. Sejauh ini mereka mesti membeli air di drum-drum yang dijual keliling. Harganya selangit. Warga Liwo mengaku satu bulan mereka mesti menghabiskan Rp 350.000 hanya untuk membeli air bersih. Mahal nian.
“Saya sudah dengar air bersih jadi kesulitan utama warga Solor. Air dari sumur bor juga hanya bisa dipakai untuk siram tanaman, tidak bisa untuk cuci pakaian. Terlalu mahal air di Solor. Saya akan bertemu dengan Menteri PUPR, coba cari jalan bagaimana mengatasi air di Solor. Apakah mesti dengan menyuling air laut jadi air tawar? Nanti kita lihat teknologi apa yang cocok di Solor,” kata Mekeng merespon keluhan warga.
Sontak saja warga Liwo kegirangan. Aplaus meriah diberikan kepada Mekeng. Mereka antusias mendengar kata-kata Mekeng. Mereka sadar Mekeng tidak banyak mengumbar janji. Apa yang dikatakan, itu yang dilakukannya.
Mekeng bukan tipe pembual yang pintar menarasikan janji sompong melompong. Dia bukan orator yang piawai menghipnotis warga dengan ‘iklan dari surga’. Kata-katanya bukan candu yang mampu membius warga. Mekeng bekerja dalam diam. Dia sudah membuktikan tekad dan perjuangannya tanpa banyak publikasi.
“Saya tidak janji, tetapi saya akan bertemu Menteri PUPR, kita cari jalan, cari teknologi yang tepat agar masalah air di Solor bisa teratasi,” tegasnya.
Kepada warga Solor, Mekeng juga mengungkap kerja-kerja dan perjuangan Golkar di Flotim. “Di Solor ini tahun 2024 akan dibangun Rumah Sakit Pratama. Dananya sudah ada, sekitar Rp 65 miliar,” kata Mekeng.
Kehadiran RS Pratama di Solor 2024, kata Mekeng, berkat perjuangan Emanuel Melkiades Laka Lena, Ketua Golkar NTT, dalam koordinasi yang baik dengan Penjabat Bupati Flotim dan DPD II Golkar Flotim.
“Ketua Golkar NTT, Melki Laka Lena itu pimpinan Komisi IX DPR RI. Kita sangat beruntung, dia pimpin komisi yang membidangi kesehatan dan ketenagakerjaan,” kata Mekeng.
Solor beruntung dikunjungi Mekeng. Beruntung tidak semata karena Mekeng anggota DPR RI yang ingin mempertanggungjawabkan tugas dan perannya sebagai wakil rakyat. Dan dengan begitu meminta warga kembali menghantarnya ke kursi DPR RI.
Lebih jauh dari itu, kunjungan Mekeng punya implikasi nyata. Kunjungan dan kehadiran Mekeng itu ibarat obat penyembuh sakit dan nestapa warga Solor. Sakit dan nestapa mereka yang sekian lama bak anak tiri dari gemuruh dan dinamika pembangunan Flotim. Itu saja alasan, mengapa Mekeng dirindu dan dinanti di Solor. (*)