906 Km Jalan Provinsi Akan Dibereskan Hingga Tahun 2021

KUPANG KABARNTT.CO—Ruas jalan provinsi di Nusa Tenggara Timur (NTT) yang rusak berat sepanjang 906 kilometer. Tahun depan Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) NTT akan membereskan jalan yang terkategori rusak berat itu.

Demikian dikatakan Kepala Dinas (Kadis) PUPR  NTT, Ir. Maxi Nenabu, saat jumpa pers dengan para wartawan di Media Centre Kantor Gubernur NTT, Selasa (1/9/2020) siang.

Bacaan Lainnya

“Kami diberi tugas berat untuk menyelesaikan jalan provinsi, tapi kami optimis bisa melaksanakan tugas dari Bapak Gubernur dan Wakil Gubernur ini. Kami telah membuat roadmap untuk pengerjaan jalan ini  yang telah disampaikan kepada DPRD. Targetnya  2021 harus sudah selesai,” tandas  Nenabu optimis.

Nenabu didampingi Kepala Biro Humas dan Protokol Setda NTT, Jelamu Ardu Marius, dan Kabag Pers, Pengelolaan Pendapat Umum, Dokumentasi dan Perpustakaan, Diani T.A. Ledo.

Nenabu memastikan ruas jalan provinsi yang terkategori rusak berat itu akan tuntas dikerjakan dengan dana dari tiga sumber, yakni Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK) dan Pinjaman daerah.

Khusus untuk pinjaman, jelas Nenabu, ada dua sumber yakni Bank NTT sebesar Rp 149,7 milliar untuk 15 ruas jalan dengan panjang  108 km dan dari PT Sarana Multi Infrastruktur (SMI)  dengan total Rp 189,7 miliar untuk 16 ruas sepanjang 153 km.

Pinjaman dari Bank NTT, kata Nenabu, sudah dikontrakkan sejak bulan April lalu. Sementara dari PT SMI sementara berproses untuk dikontrakkan karena masih menunggu rekomendasi Amdal dari instansi teknis seperti Balai Konservasi karena ada ruas jalan provinsi yang harus melewai kawasan hutan konservasi.

Sumber dana dari DAK, kata Nenabu, ada dua jenis, yakni penugasan khusus untuk menunjang daerah wisata premium Labuan Bajo. Dana DAK penugasan khusus ini untuk dua ruas jalan, yakni Simpang Noah- Golowelu dan Nggorang-Kondo-Noah-Hita.

Sementara jenis kedua, yakni DAK Regular dimanfaatkan untuk dua ruas  di Timor dari  Barate-Manubelon- Naikliu. “Minggu lalu,dari Bappelitbanda juga menginformasikan akan ada penambahan dari alokasi dana Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) untuk perbaikan infrastruktur jalan,” kata Nenabu.

Maxi menjelaskan, dalam roadmap  yang sudah dibuat, tahun 2020 ini target 450 km ruas jalan provinsi tuntas dikerjakan. Selanjutnya dalam tahun 2021 akan diselesaikan sisanya.

“Namun tahun 2020 ini kita hanya bisa merealisasikan nanti sampai akhir tahun sekitar 372,74 kilometer. Meleset dari target, tapi kami akan berjuang dengan bagian program dalam hal ini Bappelitbangda agar ini nanti tercover di tahun depan. Sehingga tahun 2022 sudah ringan, kami tidak lagi terbebani dengan pekerjaan yang berat-berat,” ungkap Nenabu.

Menurut Nenabu, tidak semua ruas jalan provinsi menggunakan konstruksi aspal hotmix. “Tidak semua pake aspal hotmix  atau hot roller sheet (HRS). Kita kombinasikan dengan grading operation (GO) atau pekerasan jalan dengan membuat lapisan berbutir dari sertu gunung atau kali serta GO plus, yakni dengan modifikasi struktur, dicampur dengan semen dan zat adiktif.  Ini setara dengan agregat  dan konstruksi bina marga,” jelas Nenabu.

Menurut Nenabu, ketersediaan dana tidak cukup untuk menggunakan hotmix di semua ruas jalan provinsi. “Kalau kita gunakan aspal semua dibutuhkan dana Rp 4 triliun lebih. Sementara anggaran kita terbatas. Karenanya, kami buat kombinasi seperti ini. Biayanya terjangkau dan konstruksinya juga sesuai spesifikasi bina marga. Ini untuk menjawab kebutuhan masyarakat NTT hari ini terhadap kondisi jalan yang sangat parah, berlubang dan kubangan. Kalau di tempat yang parah, kita gunakan GO dan GO plus, sementara untuk tanjakan atau critical point kita gunakan HRS,”  beber Nenabu.

Nenabu optimis, tekad gubernur dan wakil gubernur agar tiga tahun memimpin NTT semua ruas jalan provinsi tuntas bisa dipenuhi.

“Kami optimis jalan provinsi akan selesai. Memang tidak semua aspal, tetapi sudah bisa membantu masyarakat memotong waktu tempuh,” tandas Nenabu.

Nenabu menyebut di Manggarai Barat, setelah jalan provinsi dikerjakan ada penghematan waktu tempuh kendaraan bisa mencapai 50 persen. “Sebelumnya butuh enam jam, sekarang cukup 2,5 jam,” kata Nenabu. (den)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *