Kepala Perwakilan BKKBN NTT Gambarkan Latar Belakang Harganas

KUPANG KABARNTT.CO–Pada peringatan Hari Keluarga Nasional (Harganas) tahun ini, Kepala Perwakilan  Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) NTT, Marianus Mau Kuru, S.E, menggambarkan latar belakang Harganas yang jatuh Senin (29/6/2020).

Mau Kuru menjelaskan, perjuangan para pahlawan dalam merebut kemerdekaan tahun 1945 masih terus diganggu oleh penjajah sekalipun telah dinyatakan merdeka pada 17 Agustus1945, sehingga seluruh pasukan dan tentara meninggalkan rumah untuk bisa mempertahankan kemerdekaan.

“Setelah merdeka, masih diganggu-ganggu oleh orang luar sehingga seluruh tentara dan para pejuang itu berusaha untuk mempertahankan kemerdekaan dari bangsa Belanda. Jadi semua keluar tinggalkan keluarga untuk pergi mengusir penjajah,” tuturnya.

Pada tanggal 22 Juni 1949, kata Mau Kuru, bangsa Belanda menyatakan menyerahkan seluruh kedaulatan Republik Indonesia secara utuh kepada Indonesia bahwa mereka tidak lagi mengganggu dan mereka akan kembali ke Belanda.

Setelah diserahkan, tanggal 22 – 29 Juni 1049, seluruh pejuang yang tadinya meninggalkan keluarga untuk berperang kembali ke rumah masing-masing. “Tanggal 29 itu waktu paling puncak mereka bertemu kembali dengan keluarga. Sehingga tanggal 29 itulah ditetapkan sebagai Hari Keluarga Nasional,” katanya.

Mau Kuru juga menjelaskan, setiap negara melihat bahwa keluarga merupakan unit terkecil yang sangat strategis karena keluarga itu yang menciptakan manusia. Memanusiakan manusia, membangun karakter manusia dengan segala karakter dan kepribadiannya.

“Itu tumbuh dari keluarga. Jadi kalau keluarga kita abaikan terus kemudian tidak memberikan pendidikan yang baik kepada anggota keluarga, maka bangsa akan rusak. Sebaliknya kalau keluarga itu dibimbing, dibina, menciptakan keluarga yang kuat, maka bangsa pasti akan kuat,” paparnya.

Mau Kuru mengingatkan, kalau keluarga bermasalah, terkontaminasi dengan hal-hal negatif seperti narkoba, NAPZA, HIV/AIDS, pernikahan dini, tidak menjaga keluarga dan menjalankan 8 fungsi keluarga dengan baik, maka keluarga itu rapuh.

“Kalau keluarga rapuh pasti bangsa juga rapuh. Sehingga kami BKKBN menetapkan keluarga sebagai titik sentral pembangunan,” katanya. (bet)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *