Diduga Kematian Siprianus Timo Tidak Wajar, Pihak Keluarga Sesali Sikap Dingin Pemdes

KEFAMENANU KABARNTT.CO—Kematian Siprianus Timo (76 tahun), warga Desa Kaenbaun, Kecamatan Miomaffo Timur, Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), pada tanggal 12 Oktober 2020 lalu rupanya masih  menyisahkan tanda tanya seluruh keluarga.

Constantinus Taus, salah seorang keluarga almarhum kepada media di rumah kediaman almarhum saat mengenang 100 hari kematian Siprianus Timo, Sabtu (29/1/2021), menyatakan sangat kecewa dengan kematian almarhum yang tidak masuk akal.

Bacaan Lainnya

“Jadi sebagai keluarga kami rasa kecewa, bahwa kematian ini tidak wajar karena pagi itu orangtua ke kebun dalam keadaan sehat, namun malam datangnya berita bahwa almarhum sudah meninggal dalam kondisi tidak wajar,” ungkap Constantinus.

Constantinus melanjutkan bahwa, “Hal yang tidak wajar itu seperti bukti luka di belakang badan korban yang cukup parah yang kita duga luka itu bekas senjata tajam karena tembus dari tulang rusuk bagian kanan hingga ke punggung,” tutur Constantinus.

Constantinus bersama keluarga besar almarhum menyesali pemerintahan desa dan pihak Gereja yang sampai saat ini bersikap dingin atau tenang terhadap kematian almarhum.

“Kami dari pihak keluarga menyoroti pemerintah desa karena  sama sekali tidak memberikan edukasi bahwa kematian seperti ini tidak baik dan sewajarnya tidak perlu terjadi di kampung kita. Selain itu, pihak Gereja pun tidak ada yang pernah mengangkat itu. Seharusnya memberikan pembinaan kesadaran kepada masyarakat bahwa kematian seperti ini tidak wajar,” sesal  Constantinus.

Constantinus menambahkan, pemerintah desa maupun tokoh agama yang tidak merespon untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat terkait  kejadian seperti ini sangat berbahaya jika dibiarkan begitu saja.

“Sebagai pemimpin harus peka dan respek terhadap kejadian seperti ini agar kelak tidak terulang kembali. Sebagai seorang pemimpin juga harus punya rasa peduli terhadap berbagai hal. Kalau tidak mempunyai rasa peduli terhadap suatu kejadian, itu bukan pemimpin,” tegas Constantinus.

Constantinus menjelaskan lagi, dirinya bersama pihak keluarga yang lain telah memaklumi dan merelakan kematian almarhum sebab sampai saat ini tidak mampu mencari jalan keluar.

“Kami buntu, karena awal-awal kejadian tidak mengambil sikap untuk proses hukum. Kalau kita ambil sikap sekarang, dari pihak berwajib akan bertanya mengapa baru minta otopsi,” tutup Constantinus. (siu)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *