Gila, Harga Premium di Lembata Rp 50 Ribu Per Botol

LEWOLEBA KABARNTT.CO—Kelangkaan Bahan Bakar Minyak (BBM) di Kota Lewoleba, Kabupaten Lembata memuncak hari Selasa (21/7/2020).  Harga premium (bensin)  dan pertalite menembus Rp 50 ribu/botol.

Dari pantauan, pemilik kendaraan, baik roda dua maupun empat dan enam anter mengular di tempat SPBU Kompak Lamahora. Pengendara kendaraan bermotor rela mengantre mengisi BBM.

Bacaan Lainnya

Kelangkaan tambah parah karena penjual eceran menaikkan harga sesuka hati. Hari Senin awal pekan, harga premium masih dipatok Rp 40 ribu/botol. Kemarin sudah melonjak naik menjadi Rp 50 ribu/botol.

Kapolres Lembata, AKBP Yoce Marten, melalui Kasat Reskrim, Iptu Komang Sukamara, mengakui sampai hari ini belum ada warga yang datang melapor perihal kenaikan harga BBM yang melonjak drastis tersebut.

Sukamara menerangkan, saat ini pihak kepolisian dari satuan sabhara dan satlantas masih melakukan pengamanan saat kemacetan lalu lintas di lokasi antrean di Lamahora.

Sukamara menyarankan, sebaiknya pengelola SPBU Lamahora mengutamakan warga yang betul-betul membutuhkan bahan bakar daripada mendahulukan para pengecer. “Jangan sampai nanti malah pengecer dilayani dan bensinnya sudah habis,” kata Sukamara, Selasa (21/7/2020).

Sukamara meminta agar pengelola SPBU sendiri yang menertibkan. Kalau banyak pengecer yang dilayani maka dampaknya banyak pengguna kendaraan roda dua dan roda empat tidak mendapatkan jatah minyak.

Humas SPBU Kompak PT. Hikam Lembata, Alfian Lamaberaf, mengutarakan beberapa alasan yang menyebabkan kelangkaan BBM di Lembata. Alfian mengatakan, kelangkaan itu terjadi karena  beberapa faktor, baik internal transportir, persediaan di Depot Larantuka maupun perilaku pengecer.

Menurut Alfian, kendala pertama adalah kapal pengangkut yang selama ini hanya bisa mengangkut paling banyak 40 kiloliter (KL) dan harus beroperasi setiap hari, sehingga jika terjadi kerusakan akan sangat mengganggu persediaan.

Alfian mengakui, dalam dua pekan terakhir ini, kapal pengangkut BBM milik PT Hikam mengalami dua kali kerusakan sehingga BBM menjadi langka.

Selain itu, kata Alfian, kelangkaan yang menyebabkan harga premium dan pertalite yang dijual pengecer mencapai Rp 40 ribu per setengah botol jenis aqua dua hari terakhir ini juga disebabkan persediaan di Depot Larantuka menipis.

Sementara soal perilaku pengecer, Alfian menyebutkan, ada kecenderungan pihak pengecer yang seharusnya tidak boleh menjual BBM subsidi mengantre berulang kali kemudian dijual dengan harga melambung.

Terhadap tiga masalah ini, Alfian menegaskan pihak PT Hikam sudah berupaya untuk melakukan kontrak dengan kapal mini tanker Sembilan Pilar sejak delapan bulan lalu dengan kapasitas 350 KL.

Namun karena belum mendapat izin, maka kapal mini tanker ini belum bisa beroperasi mengangkut langsung dari Depot Maumere.

Sementara Sekda Lembata, Paskalis Ola Tapobali, mengatakan pihaknya sudah berkoordinasi dengan Patra Niaga dan Pertamina. “Saya sudah berkoordinasi dengan pihak Pertamina, kemarin, tadi dan sudah melaporkan kepada Pak Bupati dan malahan Pak Bupati juga sudah berkoordinasi dengan Patra Niaga dan Pertamina,” ujar Paskalis ketika dihubungi wartawan.

Paskalis menjelaskan, setelah koordinasi itu dilakukan masalah utama dari kelangkaan ini akibat terjadi penyesuaian kuota dari Pertamina ke wilayah-wilayah di NTT, termasuk Lembata.

Penyesuain ini, menurut Paskalis, dilakukan setelah dilakukan evaluasi internal oleh pihak Pertamina dan diketahui terjadi over kuota terutama BBM jenis solar pada periode lalu yakni akhir Desember 2019. (yua)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

1 Komentar