Kunker Gubernur VBL, Perjalanan Meniup Spirit untuk Bangkit

Pemimpin melakukan kunjungan kerja (kunker) itu biasa. Bukan sesuatu yang luar biasa. Tetapi ketika kunjungan itu berlangsung selama  satu minggu non stop, itu tidak bisa dianggap biasa lagi. Ada yang luar biasa. Luar biasa karena harus  meninggalkan pekerjaan rutin di kantor dan mengunjungi rakyatnya selama sepekan.

Melakukan kunker, mengunjungi rakyat selama tujuh hari dilakukan Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat (VBL). Tidak tanggung-tanggung enam kabupaten di Flores bagian barat menjadi medan kunker yang berlangsung 22-28 Juni  2020. Manggarai Barat, Manggarai, Manggarai Timur,  Ngada, Nagekeo dan Ende.

Kunker dengan rentang waktu seperti ini tentu saja melelahkan. Apalagi meniti jalan berkelok-kelok di Flores. Energi banyak terkuras. Mungkin juga membosankan.

 

Gubernur VBL dijamu Uskup Ruteng, Mgr. Siprianus Hormat. Dukungan Gereja sangat penting membangun NTT

Tetapi semua rasa itu tersingkir. Tersingkir karena Gubernur VBL sadar sungguh bahwa jabatan  yang diembannya hanya simbol  tanggung jawab, bukan simbol kekuasaan.

Dalam kunker dengan rentang waktu panjang ini, VBL sengaja membawa rombongan besar. Sejumlah pimpinan organisasi pimpinan daerah (OPD) tingkat provinsi.  Asisten Setda NTT. Staf khusus gubernur. Pasti menghabiskan banyak biaya.

Bagi VBL dana itu tidak ada artinya. Yang lebih berarti adalah melihat secara langsung geliat kehidupan masyarakat. Mencoba merasakan  debur perjuangan mereka di tengah pandemi Covid-19.  Mendengar dari sumber pertama keluh kesah perjuangan mereka mempertahankan hidup.  Ini tak ternilai harganya bagi seorang pemimpin.

Sebaliknya, bagi warga kedatangan pemimpin adalah tanda, bukti bahwa mereka tidak sendiri. Mereka punya pemimpin. Pemimpin yang mau menyerap aspirasi mereka. Aspirasi langsung dari bawah.

Itu sebabnya, apresiasi dari warga atas kunker VBL itu terlihat dari wajah-wajah masyarakat yang sumringah. Senang  bisa melihat langsung sosok wajah pemimpin mereka. Suara ungkapan apresiasi  terdengar di beberapa titik. “Kalau kami tahu dia seperti ini, kenapa dulu kami tidak pilih dia saja,” kata seorang warga Manggarai Barat di sela-sela tatap muka dan mendengar pokok pikiran yang dikemukakan VBL.

Seperti biasa di setiap kesempatan dialog atau tatap muka dengan warga, VBL selalu meniupkan spirit perjuangan untuk bangkit bekerja dan maju menenun hidup. Tidak ada pemerintah yang tidak ingin rakyatnya sejahtera. Kesejahteraan itu tidak jatuh dari langit. Kesejahteraan itu harus diperjuangkan melalui kerja keras, kerja terencana dan kerja sistematis.

Karena itu narasi pidato, pernyataan-pernyataan, ajakan-ajakan VBL dalam kunker ini lebih kuat bernuansa imperatif. Perintah. Perintah untuk bangkit. Bangkit untuk bekerja.  Bekerja untuk mengangkat harkat dan martabat diri. Harkat dan martabat diri sebagai orang yang seharusnya bisa sejahtera.

Warga Manggarai Timur menerima kedatangan Gubernur VBL secara adat

“Sebagai gubernur saya diperintah oleh Tuhan dan rakyat NTT untuk membawa kesejahteraan masyarakat NTT. Kalau berbeda saya tidak ada urusan. Mau demo silakan, saya tidak takut,” tegas VBL di depan masyarakat di Lingkungan Lawara, Kecamatan Reok, TPI Reo, Kabupaten Manggarai, Rabu (24/6/2020) pagi.

Membawa kesejahteraan untuk rakyat itu tidak ada cara selain bekerja serius membangun NTT. Tetapi urusan membangun NTT, VBL punya pikiran berbeda. Dia ungkapkan pikirannya itu  ketika bertatap muka dengan para camat, kepala desa, tenaga kependidikan dan tenaga kesehatan di Desa Cunca Wulang, Kecamatan Mbeliling, Kabupaten Manggarai Barat, Selasa (23/6/2020).

“Untuk membangun NTT, kita bekerja harus dimulai dengan riset. Kita harus siapkan perencanaan dengan baik. Kata para ahli, kalau perencanaannya baik dan benar, maka laba 50% sudah ada di tangan,” tandas VBL.

Perencanaan yang baik dan benar, kata VBL, implementasinya juga harus konsisten. “Kalau kita kerja dengan perencanaan yang baik dan konsisten dalam pelaksanaannya, maka saya yakin akan terjadi loncàtan-loncatan besar dan signifikan untuk pembangunan di NTT,” kata VBL.

Karena itu, VBL berpesan kepada Bupati Manggarai Barat untuk meninggalkan karya yang akan selalu dikenang oleh masyarakat. “Bupati Mabar, Pak Gusti Dula, sangat luar biasa karena bisa meninggalkan karya dan karsa yang luar biasa. Karena itu, para calon bupati yang akan datang harus lebih bagus. Kalau tidak bagus atau tidak lebih maju dari sekarang ya… lebih baik mundur,” ucap VBL disambut tepuk tangan dan gelak tawa hadirin.

Di Manggarai Timur, VBL memberi apresiasi kepada para petani di desa  yang setia menggarap sawah.  “Kita bersyukur ada di tempat ini, sawah merupakan simbol kehidupan,” tegas VBL dalam arahannya di depan masyarakat di Kelurahan Pota, Kecamatan Sambi Rampas, Kabupaten Manggarai Timur, Kamis (25/6/2020).

Menurut VBL, jika masyarakat yang ada di desa atau daerah persawahan tidak bekerja, maka hanya menunggu waktu untuk orang-orang yang ada di kota untuk tidak berdaya.

Di Wae Kelambu,  Riung, Ngada, Gubernur VBL melihat budi daya ikan kerapu

“Orang desa tidak kerja, yaa…orang kota tinggal tunggu waktu untuk mati,” kata VBL dan menambahkan, “Orang desa bekerja seperti budak tetapi makan seperti raja.”

Di Ende, VBL menantang warga Ende untuk menghadapi badai. Badai kedatangan wisatawan pasca pandemi Covid-19. Menghadapi kedatangan wisatawan itu, Pemerintah Kabupaten Ende mesti mengelola potensi wisata dan mendesain festival secara baik, termasuk membuat narasi yang memikat wisatawan.

VBL bilang, Kabupaten Ende memiliki banyak potensi wisata yang bagus, baik wisata alam maupun sejarah. Namun semua potensi itu belum dikelola dan dinarasikan secara baik.

Saat ini dunia tengah repot mengurus pandemi Covid-19 yang salah satu dampaknya masyarakat tidak bisa keluar rumah atau wilayah, termasuk wisatawan.  “Tahun 2020 dunia stres, manusia terkurung, mau ketemu orang takut,  tahun 2021 berani sedikit sambil lihat-lihat new normal. Katanya 2022 penyakit itu mulai pelan-pelan hilang, tahun 2023 orang-orang bebas ke mana pun. Pertanyaannya, kita NTT ada di mana?” tanya VBL dalam sambutannya di Pantai Ria, Ende, Minggu (28/6/2020).

Di mana kita NTT ketika itu?  Kandungan maknanya jauh dan luas. Kita ada di mana? Ada dengan cara apa?

Ini pertanyaan gugatan. Dan hanya bisa dijawab dengan menyiapkan diri  secara baik. Kedatangan wisatawan itu adalah peluang besar. Peluang  menjadikannya kesempatan meraup keuntungan.

Dengan Bupati Ende (kiri), Gubernur VBL mendorong bangkitnya pariwisata NTT

Dengan pariwisata sebagai prime mover, pemerintah pasti membantu masyarakat mengkreasi kerajinan-kerajinan, mendesain festival-festival budaya untuk dijual.  “Saya minta bupati harus desain festival selain yang kita punya saat ini Festival Kelimutu,” pinta VBL kepada Bupati Ende.

Hanya dengan persiapan yang baik, kita bisa menangkap peluang, mendulang keuntungan ketika destinasi wisata dibuka dan para wisatawan mulai berdatangan ke NTT. (advertorial/kerja sama dengan biro humas dan protokol setda ntt)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *