Hasil Survei Jadi Dasar Memilih

urbanus ola hurek2

Oleh Dr. Urbanus Ola Hurek

Provinsi NTT akan memilih Gubernur-Wakil Gubernur dalam pilkada serentak yang akan dilaksanakan pada 27 November 2024 mendatang. Menyongsong pelaksanaan pemilihan gubernur (Pilgub) NTT, banyak lembaga survei politik merilis poularitas dan elektabilitas baik figur tertentu yang berkontestasi maupun partai politik yang berpeluang mengusung calon gubernur dan wagub.

Bacaan Lainnya

Lembaga-lembaga survei terkait pilgub di NTT antara lain  Charta Politika, IndekStat, Voxpol Center, dan lain-lain.  Hasil survei politik yang dirilis patut diapresiasi sebab rilis data hasil survei dari lembaga-lembaga survei politik ini luar biasa komplit-komprehensif.

Rilis data yang tersaji ke publik menunjukkan bahwa lembaga-lembaga survei politik bekerja profesional. Lembaga-lembaga survei ini melakukan maping wilayah riset menyeluruh pada 22 Kabupaten/kota di Provinsi NTT, menentukan sampel kecamatan, desa/kelurahan, sampel RT/RW dan menentukan Kepala Keluarga dan responden pada setiap kabupaten/kota.

Penentuan responden dari aspek-aspek demografi dilakukan cukup sistematis. Penentuan responden dalam wilayah kabupaten/kota pun persentasenya mengacu pada rentangan jumlah pemilih. Pada kabupaten/kota dengan jumlah pemilih yang banyak, ditetapkan proporsi yang lebih besar dan kabupaten dengan jumlah pemilih kecil, ditetapkan responden dengan proporsi yang lebih kecil.

Untuk memastikan kesahihan hasil survei, lembaga-lembaga survei  berusaha memetakan responden berdasarkan geografi dan demografi. Selanjutnya berusaha  menemukan preferensi pemilih, media  yang diakses, serta aktor dan media kampanye dan lain-lain.

Terdapat keunggulan lain dari hasil survei dari lembaga-lembaga survei ini. Keunggulan survei tersebut antara lain :  digunakan pula variabel perilaku memilih dan variabel kepastian menentukan pilihan pemilih.  Aspek-aspek ini digunakan dalam survei bertujuan untuk mengetahui lebih akurat tingkat elektabilitas calon gubernur dan wagub serta popularitas dan elektabilitas partai politik di NTT.

Hasil survei empat hingga lima lembaga menjelang Pilgub NTT menunjukkan bahwa semua lembaga survei  menempatkan Melki Laka Lena sebagai calon gubernur yang mengungguli para kandidat lainnya. Persentase keunggulan Melki Laka Lena bervariasi antar lembaga-lembaga survei. Walaupun bervariasi persentase popularitas dan elektabilitas calon gubernur NTT, namun hasil survei tersebut menunjukkan bahwa Melki Laka Lena sebagai kandidat calon gubernur NTT  mengungguli kandidat-kandidat yang lain.

Hasil menarik lainnya adalah dibuatkan simulasi berpasangan antara calon gubernur dan wagub. Pasangan calon (paslon) Gubernur Melki Laka Lena dan Calon Wagub  Johni Asadoma dipandang sebagai pasangan ideal. Pasangan Melki Laka Lena dan Johni Asadoma unggul atas paslon lainnya yang diduetkan dengan Melki Laka Lena (Voxpol Center, 2024:72).

Paslon Melki -Johni dinilai sebagai pasangan ideal setelah cagub Melki Laka Lena dipasangkan dengan beberapa kandidat cagub, antara lain  Anita Gah, Jane Sutrisno, Refafi Gah dan sejumlah nama lain. Dari sejumlah kandidat cagub tersebut elektabilitas tertinggi diraih ketika dipasangkan dengan Johni Asadoma.

Ditilik dari tradisi politik lokal di NTT pasangan ini dipandang ideal dan meraih elektabilitas tertinggi, datpat dimaknai dari model politik akomodatif dan ketokohan kedua kandidat ini di mata pemilih.  Paslon ini mengakomodasi pencalonan pemimpin di NTT dari segi geopolitik, agama dan atribut politik identitas lain khas NTT.

Hasil survei seperti ini menunjukkan bahwa palon Gubernur-Wagub NTT Melki Laka Lena-Johni Asadoma diprediksi berpeluang sangat besar dalam memenangkan kontestasi Pilgub NTT. Lembaga-lembaga survei yang merilis hasil survei menempatkan Melki-Johni ini merupakan lembaga-lembaga survei yang bereputasi dan profesionalitas kerjanya tidak diragukan. Metode riset yang digunakan, pemetaaan wilayah sampel dan penetapan responden pun cermat dan sitematis sehingga prediksinya bisa dipercaya. Eksistennsi lembaga-lembaga survei ini pun terdaftar di KPU.

Prediksi keunggulan paslon Melki– Johni ini bisa ditunjukan pula melalui variabel perilaku memilih. Berdasarkan variabel perilaku memilih, hasil survei menunjukkan bahwa  ternyata 66,7 % pemilih, memilih Melki-Johni berdasarkan pertimbangan rasional. Sementara 8,8 % memutuskan untuk memilih didasari pertimbangan sosiologis.  Pemilih yang menentukan pilihannya atas pertimbangan psikologis 18,4 %.

Hasil survei ini menunjukkan bahwa figur Melki Laka Lena diterima oleh sebagian besar penduduk NTT, tanpa disekat-sekat pertimbangan primordial. Data persebaran pemilih menurut wilyah kabupaten/kota di NTT pun menunjukkan hal yang hampir sama di mana pemilih Melki-Johni tersebar hampir merata di semua kabupaten/kota (Voxpol Center,2024:75-87).

Hasil survei berdasarkan kemantapan menentukan pilihan pemilih. Variabel ini menunjukkan bahwa pilihan pemilih terhadap figur tertentu tidak berubah. Kondisi ini menggambarkan bahwa pemilih di NTT hampir 70 % telah mantap menentukan pilihan politiknya. Pemilih Melki  mendekati 36 % dan pemilih Johni Asadoma hampir 11 %.

Dalam sistem politik pemerintahan demokrasi yang masih pada taraf berkembang (pseudo demokrasi), tetapi pemilih telah mantap menentukan pilihannya menunjukkan bahwa pawai politik figur ini tidak diragukan kepemimpinan, kapasitas serta keberipahakannya pada publik. Paslon gubernur dan cagub Melki – Johni telah terpatri dalam hati pemilih. Pemilih yakin bahwa mereka tidak salah memilih.

Tujuan lain survei politik dalam menyongsong kontestasi Pilgub NTT adalah untuk mengetahui popularitas dan elektabilitas partai politik. Menjelang penetapan paket oleh KPUD NTT popularitas dan elektabilitas partai politik di NTT tidak mengalami perubahan berarti.

Hal ini terjadi karena yang bertarung dalam kontestasi politik pilkada lebih mengedepankan figur dari pada parpol. Walaupun demikian keberadaan partai politik tetap memainkan peran yang sangat menentukan.. Syarat mengajukan calon adalah jumlah kursi dan prosentasi yang diraih parpol dalam pemilihan umum.

Untuk mengajukan pasangan calon gubernur dan wagub NTT 2024 ini dibutuhkan koalisi partai karena tak ada satupun parpol di NTT sesuai hasil Pileg 2024 berhak mengajukan calon tanpa koalisi dengan parpol lain. Peran parpol sungguh-sungguh strategis karena koalisi partai sangat dibutuhkan dalam mengusung calon. Parpol-parpol tersebut kemudian menjadi simpul dan jejaring melalui pengurus dan anggota untuk memastikan pilihannya terhadap figur yang diusung.

Pasangan calon Melki- Johni diusung oleh ”koalisi gemuk”. Koalisi gemuk pengusung pasangan Melki-Johni adalah parpol peraih kursi dalam jumlah signifikan di DPRD NTT pada pemilu 2024. Bahkan sebagaian besar parpol pengusung paslon Melki-Johni merupakan kelanjutan koalisi  KIM dalam Pilpres 2024. Posisi ini sangat menguntungkan paslon Melki -Jhoni.

Keuntungan yang diperoleh paslon ini, pertama, didukung parpol dengan elektabiltas tinggi di NTT. Hasil Survei Voxpol Center menempatkan 5 besar parpol populer dan elektabilitas tinggi adalah Golkar, PDIP, Gerindra, PD, Nasdem, PAN, PKB, Hanura dan PSI.

Kedua, didukung parpol peraih kursi signifikan. Hasill Pileg 2024 menempatkan 9 besar peraih kursi legislatif dalam Pileg di NTT adalah Golkar (9 kursi), PDIP (9 kursi), Gerindra (9 kursi), Nasdem  (8 kursi) PKB  (8 kursi) Demokrat (8 kursi) dan PSI (6 kursi), PAN (4 kursi), Hanura (4 kursi).

Ketiga, koalisi ini ”penerus KIM’ dalm Pilpres 2024. Parpol sebagai pilar pengsung paslon ini sama dengan koalisi KIM sehingga memudahkan dihidupkan kembali jaringan kerja koalisi yang memenangkan pilpres 2024, menjadi simpul jejaring untuk memenangkan paslon Melki-Johni.

Tentu hasil survei politik yang dirilis ini akan menimbulkan multi interpretasi dan memaknainya. Bahwa hasil survei ini merupakan kerjaan ilmiah akademik sehingga dapat dipertanggungjawakan kebenarannya sesuai kaidah-kaidah ilmiah pula.

Untuk itu yang dapat dipastikan bahwa hasil survei ini memiliki makna tertentu. Pertama, hasil survei seperti ini tidak hanya memberikan kepercayaan bagi publik, namun juga bagi kandidat ataupun partai politik.

Kedua, hasil survei dapat meningkatkan kesadaran kandidat terkait popularitas dan elektabilitas di mata rakyat pemilih. Untuk itu para kandidat tentu mempersiapkan strategi politik yang tepat untuk meningkatkan bila kurang atau rendah dan mempertahankan serta memodifikasi agar semakin bertambah popularitas dan elektabilitas.

Ketiga, hasil survei dapat membentuk opini publik dan memunculkan perubahan perilaku dalam membuat keputusan memilih. Dalam konteks demikain, patut dipahami oleh para pihak yang diperhadapkan dengan rilis hasli riset dari sebuah lembaga survei tertentu agar membaca, menginterpretasi, mengkritisi dan memaknainya sesuai dengan konteks dan memanfaatkan sesuai kebutuhan institusi maupun perorangan.

  • Penulis, pengajar di FISIP Unwira Kupang

Pos terkait