Diduga Suspek ASF, Puluhan Ternak Babi di Kabupaten TTU Mati

IMG 20240516 185717

KEFAMENANU KABARNTT.CO — Kasus penyakit babi atau African Swine Fever (ASF) kini menyebar luas di Kabupaten Timor Tengah Utara dan menyebabkan 50 ternak babi milik masyarakat mati di kecamatan Kota Kefamenanu, Biboki Moenleu, Biboki Anleu dan Insana Utara.

Hal ini dikatakan Kepala Dinas Peternakan TTU, Trimeldus Tonbesi saat diwawancarai di ruang kerjanya pada Selasa (16/5/2024).

Bacaan Lainnya
IMG 20240516 185605
Foto: Trimeldus Tonbesi, Kadis Peternakan Kabupaten Timor Tengah Utara

Menurut Trimeldus, ternak babi milik masyarakat yang mati di kecamatan tersebut dugaan kita di Disnak TTU itu memang suspek ASF. Namun untuk sampai pada kesimpulan bahwa ternak babi milik masyarakat mati karena ASF, tentunya harus melalui pemeriksaan oleh para dokter hewan yang akan diterjunkan ke lapangan supaya melihat apakah benar itu ASF dan harus diperiksa lagi di laboratorium,” ujar Trimeldus.

Dikatakan Trimeldus, ternak babi yang mati di Kecamatan Kota Kefamenanu sebanyak 20 ekor, di Biboki Moenleu juga 30 ekor dan kecamatan lainnya belum ada data riil. Menurutnya penyebab virus ASF kembali menyerang ternak babi milik masyarakat TTU karena memang virus tersebut tidak hilang dari daratan Timor sehingga masyarakat harus beradaptasi dengan vorus ASF.

Menurutnya, untuk mengatasi virus ASF maka biosekuriti yang harus dijaga yakni kebersihan kandang dan sanitasi perlu diperhatikan. Selain itu, pengunjung dari luar termasuk tetangga maupun pembeli babi jangan sekali-kali masuk ke kandang milik masyarakat. Karena itu adalah media pembawa virus ASF dari luar.

Dikatakan Trimeldus, penanganan virus ASF di TTU selain biosekuriti akan dilakukan penyemprotan diisinfektan kandang kalau ASF makin parah sebarannya. Tetapi biosekuriti lebih prioritas dan kandang babi milik masyarakat jangan dimasuki sembarangan oleh siapapun cukup peternak babi itu sendiri.

Khusus pedagang ternak, yang membeli babi dari berbagai tempat sehingga tidak ada yang tahu pedagang bersentuhan dengan kandang yang steril atau tidak sehingga peternak harus lebih waspada soal biosekuriti jangan biarkan pembeli babi memasuki kandang sehingga ternak babi terhindar dari virus yang bisa saja dibawa oleh pembeli,” ujarnya.

Secara tegas Trimeldus menyarankan agar ternak babi milik masyarakat yang mati supaya dikubur dan jangan dibuang supaya virus ASF tidak berkembang dan menyebar lagi. Dan perlu diketahui masyarakat bahwa ternak babi yang mati tidak bisa diganti oleh Dinas Peternakan TTU karena keterbatasan anggaran. Namun kami terus mengimbau agar kalau ada ternak babi yang mati maka masyarakat harus cepat melapor ke petugas peternakan di kecamatan maupun Disnak TTU agar segera diambil tindakan berkolaborasi dengan para kepala Desa.

Sementara, drh Stev dokter pada Dinas Peternakan TTU secara singkat menyatakan bahwa ASF masa kini tidak seganas pada awal merebak seperti tahun 2019 lalu. Karena ASF saat ini tidak begitu sporadis dan tingkat mortalitasnya tidak seganas pada masa lalu namun secara imunitas ternak babi milik masyarakat saat ini memiliki antibodi untuk bertahan terhadap virus tersebut.

Bahkan bisa dibilang saat ini ASF juga sudah endemik sehingga antibodi pada babi sudah bisa bertahan terhadap serangan virus. Atau dengan kata lain ternak babi masyarakat sudah memiliki sensivitas untuk memproteksi diri,” tutupnya. (Siu)

Pos terkait