Natal dan Citra Kata-Kata Kita

Kons Beo5

Oleh P. Kons Beo, SVD

“Firman itu telah menjadi Manusia dan diam di tengah-tengah kita” (Yohanes 1:14)

Bacaan Lainnya

Mari pulang sejenak pada Masa Adventus. Sekadar untuk bertanya: Apa dan siapakah  sebenarnya yang dipersiapkan kedatangannya? Hanya dengan itulah perenungan kita akan makna Natal dapatkan satu pemahaman dari sudut pandang lainnya.

Kita diingatkan dalam kesadaran bahwa selama Masa Adventus “kita seperti orang-orang yang berkumpul di sekeliling ranjang, menanti kelahiran.” Dan mungkinkah ‘Gereja’ atau persekutuan umat Allah, kita semua juga menjadi sebuah ‘Rumah Kelahiran baru?’

Tetapi, apakah ‘Rumah dan ranjang kelahiran’  itu hanya sekadar demi kelahiran seorang anak manusia? Kita renungkan satu pernyataan yang menyentak namum mengagumkan, Tetapi kedatangan Tuhan bukan sekedar kelahiran seorang anak, melainkan datangnya sabda. Katakanlah kedatangan suatu bahasa.”

Tuhan tak hanya turun dari kemuliaan surgawi ke dalam keduniawian dan kemanusiaan ‘daging dan darah.’ Tetapi bahwa Tuhan juga sungguh masuk dan terserap  dalam Kata-Sabda-Bahasa ‘yang mendaging.’ Tuhan, di masa lalu itu telah berbicara dengan berbagai cara melalui para nabi. Namun, inilah saatnya ketika Tuhan harus berbicara melalui AnakNya (cf. Ibrani 1:1-2)

Di waktu-waktu berlalu yang lama itu, tidakkah telah hadir sekian banyak pengajar, penyair, filsuf, serta para bijak yang untaikan rahasia keilahian dan apa sesungguhnya makna kehidupan ini? Tetapi, semua yang telah ‘berlalu itu’ kini hadir nyata dalam Pribadi Ilahi, dalam citra “Firman yang telah menjadi Manusia dan tinggal di tengah-tengah kita.”

Maka, bagi kita yang merayakan Natal pun bagi dunia yang diilhami oleh semangat Natal, semuanya ditarik kepada permenungan yang mendalam akan ‘kehadiran Kata-Sabda-Firman yang telah mendaging itu.’ Firman itu telah ternyatakan dalam Pribadi Agung Yesus sendiri.

Maka, ‘Kata-kata, bahasa, Firman’ di dalam dan bersama Yesus itu tidaklah sekadar ‘kata-kata yang dipakai untuk ‘berkisah tentang kemuliaan dan kebaikan Allah.’ Lebih dari itu “Kata-Kata-Firman-Bahasa di dalam Yesus’ sungguh-sungguh berdaya dalam menyapa manusia dan dunia.

Di hari Natal yang penuh makna ini, “Firman yang telah menjadi manusia, Yesus” menyentuh dan menyapa kita dalam ‘daya kata-sabda-bahasa’ kita sebagai manusia. “Sabda yang Mempribadi itu” menyentuh inti batin, citra dan martabat kemanusiaan kita yang sesungguhnya. Iitulah ‘kata-sabda-bahasa’ yang berdaya kasih dan kelembutan serta mempersekutukan (damai).

Dan karena itulah, dalam semangat Natal marilah kita kembali pada ‘Kelahiran Bahasa Pengharapan dan  Kata-kata Keselamatan di dalam Yesus, Tuhan, yang telah menjadi Manusia.”

Renungkanlah! Saat kita alami patah semangat. Hilang harapan dan tanpa kejelasan arah kepastian hidup, bukankah kita tetap mampu menangkap suara yang  berisikan kata-kata penuh kelembutan dan peneguhan?

Dalam diri kita terasa ada kekosongan daya yang membesarkan hati. Tidakkah dalam situasi penuh kegelapan hidup yang kita hadapi dan alami, Tuhan bisa menyata dalam Sabda pengharapan yang meneguhkan dan sungguh mencahayakan?

Tidakkah kita temukan arah dan semangat dalam hadapi beratnya  dan ketidakpastian jalan hidup saat Tuhan benar-benar hadir dalam Kata-KataNya yang sungguh membesarkan dan menebalkan pengharapan?

Di sisi lainnya, Pesan Natal juga ingatkan setiap kita untuk sungguh ‘menata kata-kata’ yang sepantasnya berdaya “Firman telah menjadi manusia dan diam di tengah-tengah kita.” Firman yang telah jadi manusia itu tak hanya hadir untuk meneguhkan diri dan ziarah hidup kita, tetap Ia menuntut setiap kita untuk ‘bersuara kasih, kehidupan dan harapan.’ Bagi dunia dan sesama-sesama kita.

Sebab itulah, dalam saluran yang paling sederhana, isilah daya Damai Natal dalam kata-kata dan suara kita yang sejuk. Dunia telah telah terluka dan tercabik oleh keropos dan penyimpangan kata-kata yang terpolusi. Manusia semakin menjarak oleh karena aneka kekerasan. Dunia semakin tercabik oleh sengatan racun kata-kata penuh kebencian dan permusuhan. Bagaimanapun?

Suara dan Pesan Natal yang kita usung sepantasnya menjadi Terang Pengharapan bagi dunia dan sesama manusia. Dunia dan manusia sungguh terluka, tersakiti, tersudutkan oleh kata-kata penuh fitnah, pembohongan pun segala trik dan siat demi pembunuhan karakter yang keji. Sebagaimana Tuhan datang dalam ‘Suara dan Kata kebenaran dan keselamatan’ persis di situlah kita ditantang untuk mengibarkan bendera suara-suara kebenaran dan keselamatan!

Suara Natal “Sabda yang telah menjadi manusia” telah menjadi daya dorong spiritual bagi setiap untuk berani ‘memanggil pulang sesama-sesama kita yang jauh, hilang dan tersesat.’ Natal bukanlah perayaan keselamatan eksklusif bagi kita yang merasa diri pantas mendapatkan rahmat keselamatan itu, tetapi suara dan rahmat Natal mendesak kita semua untuk bersuara kasih dan penuh pengharapan bagi siapapun ‘yang jauh dan ada di alam tak menguntungkan.’

Tetapi, akhirnya, Suara Natal ingatkan kita bahwa memang  ‘Tuhan sungguh masuk dalam kemanusiaan kita yang rapuh dan tak berdaya’ walau tentu selamanya Tuhan itu tanpa dosa dan kelemahan. Tuhan sungguh telah masuk dalam ‘kerapuhan, keterbatasan, serta kelemahan kita’ dan dari situlah  Tuhan sungguh tampil untuk membebaskan dan menyelamatkan setiap kita.

Akuilah penuh ketulusan dan kebesaran hati bahwa kita rapuh, lemah dan tak berdaya. Pesan Natal tak hanya sanggupkan kita untuk memberikan maaf dan pengampunan bagi sesama. Pada titik selebihnya, daya pesan Natal itu menuntut kekuatan diri dan kebesaran hati dan jiwa kita: ungkapkanlah suara rasa bersalah terhadap sesama dan terlebih untuk miliki kebesaran hati untuk mohonkanlah pengampunan! Dan bukan kah di situlah Damai Natal sungguh bersemi?

Damai sejati, rekonsiliasi yang tulus serta rasa hati kembali ‘akrab dan bening seperti dulu’ bakal kita alami saat kita benar-benar akui segala ketidakberdayaan diri sendiri dan juga tulus untuk saling mengampuni. Dan demikian kita memang sungguh saling membebaskan di dalam semangat “Firman itu telah menjadi Manusia dan diam di tengah-tengah kita.”

Selamat Hari Raya Natal

Verbo Dei Amorem Spiranti

 Penulis, rohaniwan Katolik, tinggal di Roma

Pos terkait