Dukung Mental Health Generasi Z

Baptista Dela Jelani

Oleh  : Baptista Dela Jelani

Isu kesehatan mental ramai dibicarakan di kalangan Gen Z dan milenial di Indonesia. Kejadian bunuh diri yang ramai  menjadikan isu ini menjadi viral di beberapa platform media sosial akhir-akhir ini.

Good mental health atau kesehatan mental yang baik adalah kondisi ketika kejiwaan dan pikiran dalam keadaan tenang dan damai. Kondisi ini memungkinkan seseorang untuk berpikir lebih jernih dan fokus saat beraktivitas (Siloam Hospitals).

Sama halnya dengan kesehatan fisik, kesehatan mental juga penting untuk dijaga. Sebaliknya seseorang dengan kesehatan mental terganggu akan mempengaruh pada aktivitasnya sehari-hari. Masalah seperti ini rentan terjadi di Generasi Z.

Meskipun ramai di platform media sosial yang berbicara tentang hal ini, namun masih banyak orang yang menganggap bahwa orang yang mengalami gangguan mental sebagai orang yang lemah, bahkan lebay dan ingin diperhatikan. Padahal orang yang memiliki masalah tersebut, apalagi gangguan mental, perlu diberikan dukungan dari orang-orang sekitarnya, bahkan perlu kita membawa mereka ke ahli bidang kesehatan mental untuk ditindaklanjuti.

Stigma negatif dari orang-orang mengenai kesehatan mental akan menghambat kita untuk keluar dari zona tersebut. Jadi kebanyakan orang yang mengalami kesehatan mental yang kurang baik memilih untuk memendamnya sendiri, dibandingkan harus bercerita kepada orang tedekatnya.

Bahkan stigma negatif terhadap orang-orang yang mengalami masalah mental ini juga berdampak rendahnya penanganan kesehatan mental oleh para ahli. Akibat dari stigma yang terlalu kuat ini memiliki temuan bahwa orang yang memiliki masalah kesehatan mental ini sulit ditemukan.

Terdapat beberapa penyebab gangguan kesehatan mental. Salah satunya yaitu adanya riwayat kekerasan seksual, fisik, atau bentuk pelecehan lainnya. Salah satu trauma yang dialami akibat kekerasan seksual adalah depresi. Hal ini dapat dirasakan sebagai penyalaan pada diri sendiri, emosi yang negatif, seperti sedih, marah, hinngga putus asa. Jika seseorang yang mengalami masalah ini sampai pada puncak putus asa, maka dengan beraninya dia mengambil sebuah keputusan yang di luar dugaannya sendiri, seperti melakukan percobaan bunuh diri, dan tidak sedikit  orang yang mengalami masalah ini memilih untuk mengakhiri hidup.

Menurut data Indonesia-National Adolescent Mental Health (I-NAMHS) Survey pada 2022, kesehatan mental nasional pertama yang mengukur angka kejadian gangguan mental pada remaja 10-17 tahun di Indonesia, menunjukan bahwa satu dari tiga remaja di Indonesia memiliki masalah kesehatan mental, sementara satu dari dua puluh remaja Indonesia memiliki gangguan mental dalam 12 bulan terakhir.

Angka ini setara dengan  15,5 juta (34,9 persen) remaja mengalami masalah mental dan 2,45 juta (5,5 persen) remaja mengalami gangguan mental.

Penyebab yang paling menonjol seseorang  yang mengalami gangguan mental adalah cemas yang belebihan. Karena memiliki kecemasan yang lebih seorang yang mengalami masalah ini akan dengan mudah tidak ingin bersosialisasi dengan lingkungan sekitar, memilih untuk menutupi diri dan mereka akan dihantui terus oleh pikiran negatif tentang diri mereka sendiri.

Hasil penelitian juga menunjukan gangguan mental yang banyak diderita  oleh remaja adalah gangguan cemas (gangguan antara fobia sosial dan gangguan cemas menyeluruh) sebesar 3,7%, diikuti oleh gangguan depresi mayor (1,0%) gangguan perilaku (0,9%) serta gangguan stres pasca-truma (PTSD) dan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (ADHD) masing-masing sebesar 0,5%.

Kesehatan mental terjadi ketika seorang memiliki trauma atau riwayat yang ia alami di masa lalu. Mental yang sehat akan membuat kita hidup dalam keadaan dan kondisi yang baik, entah itu fisik maupun secara pisikolog.

Salah satu platform yang banyak diminati dan ramai dikunjungi oleh Generasi Z yaitu Tik Tok. Media ini akan membantu mereka yang mengalami masalah ini untuk mencari referensi dan melihat dampak ketika kita menutupi dan tidak menutupinya.

Sebaiknya juga para pengguna platform ini agar mendukung mereka dengan tidak melontarkan komentar yang negatif, karena apabila komentar dan stigma tentang kesehatan mental di anggap lebay bahkan sesuatu yang perlu diperhatikan lebih tepatnya caper akan membuat penderita gangguan mental untuk menyembunyikan diri.

Penyebab kesehatan mental sering terjadi di lingkungan keluarga, lingkungan sosial bahkan kampus. Sebagai Generasi Z yang peduli terhadap para kaumnya agar memberi waktu atau ruang kepada mereka untuk menceritakan sesuatu yang sering menghantui mereka.

Terkadang hal yang kita anggap kecil akan menjadi besar bagi mereka yang mengalami hal ini. Generasi Z harus pandai dalam membantu kaumnya untuk keluar dari masalah tersebut.

Bagi mereka yang memiliki masalah ini penting bagi kita khusus Generasi Z untuk mendukung, dengan mengajak mereka melakukan hal yang digemari, mengajak bercerita.  Hal-hal kecil ini akan membantu mereka memiliki harapan, bahwa masih ada orang yang peduli dan sayang dengan mereka walaupun mengetahui riwayat masa lalu para penderita kesehatan mental ini.  (*)

  • Penulis, mahasiswa Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang

Pos terkait