WAINGAPU KABARNTT.CO—Pemerintah Kabupaten Sumba Timur, Selasa (24/1/2023), menggelar rapat terbatas menyusul mahal dan langkanya beras di Sumba Timur. Hasil rapat terbatas itu, dilakukan intervensi harga dengan 75 ton beras cadangan pemerintah yang ada di Bulog.
Rapat terbatas tersebut dipimpin langsung oleh Bupati Sumba Timur, Drs. Kristofel Praing, didampingi Ketua DPRD Sumba Timur, Ali Oemar Fadaq, bersama forum komunikasi pimpinan daerah beserta instansi terkait, termasuk Bulog.
Ketua DPRD Sumba Timur, Ali Oemar Fadaq, kepada kabarntt.co ini, Selasa (24/1/2023), menjelaskan rapat terbatas dilakukan untuk mengintervensi harga beras di pasar dengan beras cadangan pemerintah sekitar 75 ton.
Beras cadangan ini, kata Ali, akan langsung dijual di pasar-pasar tanpa harus lewat pengecer karena itu beras masyarakat.
“Kami tadi lakukan rapat terbatas dengan semua stakehorder terkait meningkatnya herga beras di Sumba Timur sepekan ini. Dan Pak Bupati pimpin langsung rapat. Hadir semua forkompimda dan instansi terkait seperti Bulog. Kami minta 75 ton beras cadangan pemerintah yang ada di Bulog segera dimanfaatkan untuk intervensi pasar dan harus langsung dijual di masyarakat karena itu milik mereka,” tegas Ali.
Kader Partai Golkar itu mengatakan, dalam rapat terbatas itu pihaknya sudah menghimbau Bulog agar tidak lagi menjual beras cadangan pemerintah ke toko-toko dan kios-kios, namun langsung jual ke masyarakat di pasar-pasar karena beras itu disasarkan ke masyarakat.
“Kita akan tekan sama Bulog agar tidak lagi mendistribusikan atau menjual beras ke toko-toko atau kios-kius. Untuk sementara tidak boleh lagi, karena itu jatahnya rakyat. Kita anjurkan untuk langsung jual di warga di pasar-pasar di Sumba Timur,” kata Ali.
Ali mengaku sangat yakin jika 75 ton beras cadangan pemerintah dan 2.000 ton beras Bulog akan bisa memulihkan harga beras di pasar.
“Kita sangat yakin kalau 1.000 ton beras Bulog turun minggu depan, terus 1.000 ton lagi awal bulan Februari, kita yakin sudah akan menetralisir situasi harga di pasar. Karena total 2.000 itu kita asumsikan bisa survive untuk 1 bulan dan bisa menstabilkan harga beras di pasar,” harapnya. (np)