Aktivis Taruna Merah Putih Respon Permintaan Jokowi Bangun Pusat Kreasi Pemuda di NTT

jakarta jokowi
Presiden Joko Widodo dan aktivis Taruna Merah Putih Wilhelmus Marianus Lawe Wahang, SE, M.Mar.Eng

JAKARTA KABARNTT.CO— Aktivis Taruna Merah Putih sekaligus tokoh muda pelaut asal Nusa Tenggara Timur, Wilhelmus Marianus Lawe Wahang, SE, M.Mar.Eng, merespon permintaan Presiden Joko Widodo membangun juga Pusat Kreasi Pemuda baik di Provinsi Papua Barat, Nusa Tenggara Timur, Malulu, Nanggroe Aceh Darussalam, dan lain-lain.

“Saya pikir permintaan Bapak Presiden agar Badan Intelijen Negara bersama kementerian atau lembaga terkait membangun juga Pusat Kreasi Pemuda di Nusa Tenggara Timur sangat positif. Generasi muda NTT juga memiliki potensi luar biasa besar yang dikembangkan melalui pusat kreasi itu agar menjadi persembahan mengharumkan bangsa dan negara,” ujar Wilhelmus, yang juga kepala kamar mesin (chief engineer) dan kini bekerja di sebuah kapal berbendera asing di perairan Uni Emirat Arab (UAE) dan Afrika.

Menurut Wilhelmus, permintaan Presiden Jokowi tersebut diharapkan ditindaklanjut Kepala BIN, Budi Gunawan, dan menteri terkait sehingga kehadiran Pusat Kreasi Pemuda segera terwujud.

Pihaknya juga berharap agar Gubernur Nusa Tenggara Timur bersama para bupati dan walikota serta dinas terkait di provinsi dan kabupaten/kota mulai memikirkan permintaan Presiden tersebut.

Presiden Jokowi sebelumnya mengatakan, pemerintah berencana membangun ruang sumber daya manusia SDM seperti Papua Youth Creative Hub (PYCH) yang baru saja diresmikan Jokowi di Jayapura, Papua, Selasa (21/3/2023).

Rencana kehadiran Pusat Kreasi Pemuda di provinsi NTT seperti PYCH, kata Jokowi, sudah disampaikan kepala Kepala BIN, Budi Gunawan.

“Saya minta agar PYCH juga dibangun di NTT, di Papua Barat, kemudian di Maluku, dan Aceh, mulai tahun ini sehingga selesainya tahun depan. Niru semua yang ada di sini  (PYCH). Ini sudah sangat bagus,” kata Jokowi.

Menurut Wilhelmus, pusat kreasi di NTT ala Papua Youth Creative Hub diharapkan menjadi wadah menggodok dan mengembangkan seluruh potensi kaum muda agar siap bersaing di bursa kerja tak hanya di tingkat local, nasional, dan regional namun juga mampu menembus pasar kerja di tingkat dunia.

“Selama aktivitas saya di kapal-kapal berbendara asing dan menyinggahi sejumlah negara di Asia dan Afrika, kadang saya bertemu anak muda asal NTT dengan skill luar biasa besar. Selain itu, banyak pula anak muda yang saya jumpai di sejumlah negara asing, mereka bekerja di kedutaan atau konsulat RI. Ada juga yang bekerja di perusahaan-perusahaan asing. Banyak pula imam dan biarawan biarawati tengah menunaikan misi di hampir semua negara. Mereka-mereka ini punya kemampuan dan ketrampilan lebih yang hanya digodok lewat pendidikan formal,” lanjut Wilhelmus.

Namun, menurut Wilhelmus, Master Marine Engineer (M.Mar.E) lulusan BP3IP, Jakarta, bila permintaan Presiden membangun semacam Flobamora Youth Creative Hub, FYCH, potensi generasi muda lebih terkonsolidasi melalui pelatihan yang menggunakan kurikulum khusus sehingga anak muda menyiapkan diri dan memaksimalkan potensi yang dimiliki demi menjemput generasi emas yang menjadi cita-cita Presiden.

“Pilihan pusat kreasi dengan nama Flobamora Youth Creative Hub, misalnya, dipilih di Maumere, kota Kabupaten Sikka, dengan venue pendukung seperti di Larantuka, Lewoleba, Ende atau Bajawa. Bisa juga di Kupang dengan venue pendukung di Soe, Kefamenanu, Atambua atau di Pulau Semau. Ini tinggal dipikirkan bersama Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota berkoordinasi dengan BIN atau kementerian dan lembaga terkait,” lanjut Wilhelmus, tokoh muda pelaut dan sarjana jebolan Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti, Jakarta.

Wilhelmus menambahkan, potensi generasi muda tempo doeloe sangat potensial di berbagai bidang. Olahraga, khususnya bola, misalnya, Nusa Tenggara Timur pernah mengoleksi nama Sinyo Aliandoe, pemain dan pelatih Timnas Indonesia yang ikut mengharumkan nama bangsa.

“PSK Kupang, tim bola kebangaan NTT pernah berjaya di masanya seperti Om Sinyo Aliandoe, Kia bersaudara: Polce Kia Botoor, Anton Kia Botoor, Piter Kia Botoor (Alm), Pangdam Kasuari Gabriel Lema, mantan Kapolda Papua, Rudy Rodja, Matias Bisinglasi atau Eduardus Mangilomi. Kemudian Ricky Nelson, pelatih asal Kupang yang sempat menangani Persipura saat Tim Mutiara Hitam dikawal Yan Mandenas, anggota DPR RI,” kata Wilhelmus.

Wilhelmus menambahkan, sebagian dari mutiara NTT ini dulu tentu adalah generasi potensial yang kala itu sokongan dana pembinaan masih jauh memadai tetapi modal semangat dan tahan ujian berlatih di tengah keterbasan sarana, toh akhirnya mereka mengharumkan nama Indonesia dari daerah.

“Dua nama generasi muda dulu yang mengharumkan nama bangsa di bidang olahraga, khususnya bola yakni Pak Mayjen TNI Gabriel Lema, S.Sos, kini Pangdam Kasuari dan mantan Kapolda Papua, Pak Inspektur Jenderal Polisi Drs. Rudolf Alberth Rodja. Di masanya, kedua jenderal dari tanah Flobamora adalah pemain bola yang ikut mengharumkan nama bangsa dari daerah,” kata Wilhelmus. (sel)

Pos terkait