Walikota Kupang Buka Festival Olahraga Tradisional Pe Luru Hawu

kupang olahraga tradisional

KUPANG KABARNTT.CO—Walikota Kupang, Dr. Jefirstson R. Riwu Kore, MM.,MH, membuka festival olah raga rekreasi dan olah raga tradisional Pe Luru Hawu di kawasan Pantai Lai Lai Besi Koepan, Jumat (22/04/2022).

Kegiatan yang digagas oleh Dinas Pemuda dan Olah Raga Kota Kupang tersebut mengusung tema ; Jadikan Pe Luru Hawu Sebagai Ajang Festival Pembudayaan Olah Raga Rekreasi Menuju Kota Kupang Sebagai Destinasi Wisata Indonesia.

Bacaan Lainnya

Festival kebudayaan Pe Luru Hawu yang dianggap kalangan tokoh adat Sabu hampir punah itu disambut baik oleh Walikota Kupang dan masyarakat.

Turut mendampingi Walikota Kupang dalam acara tersebut Sekretaris Daerah Kota Kupang, Fahrensy Priestley Funai, SE.,M.Si, pimpinan PT. Gadai Cahaya Abadi dan Pimpinan Bank NTT Capem Walikota selaku sponsor dan sejumlah pimpinan perangkat daerah lingkup Pemerintah Kota Kupang.

Dalam sambutannya, Jefri Riwu Kore, menyampaikan Pemerintah Kota Kupang menyambut baik penyelenggaraan festival rekreasi dan olah raga tradisional tersebut.

Menurutnya, permainan dan olah raga tradisional seperti Pe Luru Hawu sebagai salah satu kebudayaan bangsa perlahan mulai hilang dan sangat sulit kita temui di masyarakat.

Hal ini terjadi akibat perkembangan zaman yang semakin modern sehingga anak-anak, remaja bahkan orang dewasa mulai beralih pada  permainan modern seperti game online yang tentu sangat berdampak pada kesehatan.

Oleh sebab itu melalui kegiatan ini pemerintah  mengambil peran lebih dan mendorong  terciptanya kreativitas bersama dengan masyarakat, sebagai inisiator, juga sebagai fasilitator dalam rangka menghadirkan dan mengembangkan kembali  berbagai kebudayaan di NTT sebagai kearifan luhur nenek moyang.

Kearifan tersebut, menurutnya, mampu mempererat persaudaraan di antara nenek moyang kita dahulu. Akhir-akhir ini  ada banyak daerah di Indonesia yang mengangkat kearifan lokalnya menjadi pesona wisata yang membanggakan.

“Terima kasih kepada Dispora Kota Kupang dan saudara-saudara saya para tokoh adat Sabu yang mau bersama-sama dengan pemerintah untuk mengangkat kembali kebudayaan  tradisional Pe Luru Hawu yang hampir punah ini,” kata Jefri Riwu Kore.

Putra Sabu ini mengingatkan, festival ini adalah sebuah hiburan semata, bukan ajang untuk menunjukkan siapa yang lebih kuat atau hebat.

Untuk itu dia berpesan kepada semua peserta agar lewat permainan ini bisa  membangun rasa   persaudaraan dan menghindari perkelahian.

Jefri juga meminta kepada Kadispora Kota Kupang  untuk merancang kegiatan tersebut lebih meriah di tahun-tahun mendatang  seperti sebuah kejuaraan agar setiap pemenangnya diberikan hadiah yang menarik.

Panitia diimbau agar mengajak pihak-pihak lain untuk berpartisipasi dalam mengembangkan olah raga tradisional di kota ini.

Wali Kota juga berharap dengan kegiatan yang dipersiapkan secara baik, festival ini juga dapat menjadi ajang promosi wisata yang berdampak pada  perekonomian masyarakat.

Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga Kota Kupang, Maxi Jemy D. Didok, dalam laporannya menyampaikan festival ini diselenggarakan dalam rangka menyongsong HUT Kota Kupang yang ke-136 dan Hari Jadi Kota Kupang sebagai daerah Otonom yang ke-26.

Maksud dari penyelenggaraan festival ini, kata Didoek, adalah  untuk memperkuat landasan kebudayaan olah raga di Kota Kupang.

Ditambahkannya, kegiatan ini  juga secara tidak langsung ikut memasyarakatkan dan memassalkan olah raga rekreasi di kalangan masyarakat Kota Kupang, serta turut berpartisipasi dalam pengembangan pembudayaan olah raga rekreasi dan tradisional di Kota Kupang.

Sedangkan tujuan dari kegiatan tersebut, menurutnya, adalah untuk mengembangkan kebudayaan olah raga rekreasi dan tradisional yang berpotensi untuk meningkatkan daya tarik wisata sekaligus melestarikan nilai-nilai budaya melalui olah raga tradisional.

Pe Luru Hawu atau biasa disebut “Banting Sabu” merupakan salah satu olah raga tradisisoal etnis Sabu yang sudah dikenal sejak dahulu kala, ketika nenek moyang orang Sabu masih menganut jingitiu (halaik).

Kegiatan ini  biasa digelar pada malam hari saat ritual adat “Pemmau do made atau ta oleo”.

Dalam perkembangannya Pe Luru Hawu dijadikan sebagai salah satu sarana hiburan rakyat mejelang tarian pedo’a saat  bulan hole. Masyarakat menjadikan permainan ini sebagai ajang untuk unjuk  ketangkasan secara sportif khusus bagi kaum pria dewasa di arena yang disiapkan beralaskan tanah atau pasir. (pkp_jms)

Pos terkait