KUPANG KABARNTT.CO—Wakil Gubernur NTT, Josef A Nae Soi, menegaskan mengatasi stunting di NTT perlu aksi lapangan, bukan dengan pertemuan dan rapat-rapat.
Nae Soi mengatakan itu dalam sambutannya pada kegiatan Rekonsiliasi Stunting Tingkat Provinsi NTT tahun 2022 di Hotel Aston Kupang, Kamis (4/8/2022).
Nae Soi berbicara seperti dalam kapasitasnya juga sebagai Ketua Tim Percepatan Penurunan Stunting NTT. Hadir dalam rapat itu para wakil bupati/Wakil Wali Kota se-NTT.
Nae Soi menegaskan, instansi terkait penanganan stunting tidak perlu banyak melakukan pertemuan yang menghabiskan anggaran. Namun yang harus langsung dilakukan adalah action di lapangan secara nyata, dan juga jujur dalam data.
“Selesai di sini tidak ada lagi yang melakukan pertemuan-pertemuan bahas stunting. Itu menghabiskan anggaran. Namun kita langsung bekerja di lapangan. Coba sekarang kita hitung anggaran yang kita habiskan untuk rapat, rapat dan rapat, itu besar sekali. Coba anggaran itu kita langsung gunakan di sasaran pasti kita sudah banyak membiayai puluhan batuta stunding di NTT. Karena itu saya himbau ayo kita action di lapangan, kita harus optimis stunting di NTT 14 persen di tahun 2024 mendatang,” tegas Nae Soi.
Nae Soi meminta para kepala daerah serius dan berperang melawan stunting.
“Kita harus siap lawan dan perangi stuntung, jadi jangan kira orang pendek itu stunting. Stunting itu pertumbuhan yang tidak normal. Jangan orang pendek kau bilang oh stunting. Di sini ada Wakil Bupati Ngada? Dia itu adik saya, dia tidak stunting, dia hanya pendek dan dia sangat sehat dan otaknya sangat cerdas. Itu yang kita mau,” guyon Nae Soi mengundang tawa dan tepuk tangan dari peserta.
Nae Soi mengatakan, Presiden Jokowi memberikan kepercayaan resmi kepada para wakil kepala daerah untuk bekerja menuntaskan stunting di NTT dan harus turun jadi 14 persen di tahun 2024 mendatang. Sehingga sudah saatnya para wakil kepala daerah memberikan kontribusi penuh dan mendukung kepercayaan tersebut.
“Teman-teman saya para wakil wali kota, wakil bupati, ini saatnya sudah kita lakukan kewajiban kita ini dan kita jangan kalah dengan bupati dan wali kota. Saya juga tidak mau kalah dengan gubernur dan biarkan masyarakat tahu kalau kita para wakil bisa turunkan angka stunting di daerah ini. Teman-teman mari kita mulai bekerja, pulang dari sini kita langsung di lapangan, perintahkan camat, kepala desa maupun RT/RW, bila perlu kita data semua. Saya dengar ada tim pendamping, namun saya mau lebih, kalau ada bapa-mama angkat di sebelah rumahnya dan siapa pun yang mampu di situ untuk membantu sampai ia benar-benas sehat dari stunting,” harapnya.
Nae Soi juga mengatakan, narkoba juga menjadi salah satu penyebab stunting. Dan untuk mencegah anak tidak stunting yang pertama-tama adalah dari ibu.
“Para ahli mengatakan seorang bayi dalam kandungan ibu begitu umur 3 bulan itu sudah bisa mendengar percakapan seorang ibu dan itu benar bapa-ibu. Kalau mulai dari perut ibu dan ibu itu sehat, kemudian anak dalam kandungan dari umur 3 bulan kita memberikan dia kesehatan baik jasmani maupun rohani, saya yakin bahwa anak itu akan tumbuh dan berkembang dengan baik dan sehat, sehingga langkah awal mencegah stunting adalah dari rumah tangga kita masing-masing,” tandasnya.
Nae Soi meminta semua komponen di NTT bersama-sama mencegah dan menurunkan stunting. “Bila perlu sampai nol, dan target kita jelas bahwa tidak ada stunting di NTT,” serunya.
Dalam kegiatan ini dilakukan penandatanganan nota kesepahaman antara pemerintah provinsi, kabupaten/kota, serta MoU BKKBN dan Bulog dalam menyuplai beras untuk penanganan stunting. (np)