Terima DIPA 2023, Begini  Kata Wabup Sumba Barat Daya

sbd wabup
Wabup Sumba Barat Daya, Marthen Christian Taka

KUPANG KABARNTT.CO—Warning resesi ekonomi tahun 2023 menjadi perhatian utama pemerintah di daerah. Anggaran yang dialokasikan pemerintah pusat akan difokuskan pada sektor pertanian guna memenuhi kebutuhan bahan pangan dari kebun sendii.

Demikian dikatakan Wakil Bupati Sumba Barat Daya (SBD), Marthen Christian Taka, di Aula Fernandez Lantai IV Kantor Gubernur NTT, Jumat (9/12/2022).

Bacaan Lainnya

Christian Taka Bersama para kepala daerah se-NTT hadir menerima DIPA tahun anggaran 2023 dari pemerintah pusat yang diwakili Gubernur NTT.

Untuk Kabupaten SBD, rincian transfer ke daerah (TKD total DBH mencapai Rp 4.4 triliun lebih (Rp 4.404.608.000.000). Rinciannya,   total DAU Rp 503.064.938.000, dana desa Rp 183.467.541.000, DAK Fisik mencapai Rp 202.476.770.000. Sementara DAK Non Fisik mencapai Rp 179.533.494.000.

Menurut Christian, penggunaan anggaran ini akan mencermati petunjuk dan ketentuan dari pemerintah pusat.

“Kita juga akan memastikan anggaran itu dimungkinkan atau tidak, karena dari pemerintah pusat ada 6 kebijakan yang menjadi perhatian termasuk salah satunya pembenahan birokrasi. Akan ada yang sifatnya pembatasan-pembatasan dan kita akan prioritaskan program daerah yang bersinergi dengan program pemerintah provinsi dan pusat. Dan pasti akan diprioritaskan di bidang pertanian,” imbuhnya.

Lebih lanjut politisi Golkar yang siap bertarung di Pilkada SBD 2024 ini mengatakan, masalah pertanian menjadi perhatian utama saat ini karena negara dalam keadaan yang tidak cukup stabil dalam hal ekonomi.

“Kita juga sudah diperingatkan tentang resesi ekonomi pada tahun 2023 mendatang, tahun yang cukup membuat kita harus menyiapkan segala sesuatu agar tidak terdampak besar pada ekonomi kita di daerah,” tegasnya.

Gubernur NTT saat ini, kata Christian, menaruh perhatian khusus di sektor pertanian. “Dan perhatian ini kami jawab dengan kerja keras sehingga kami menjadi kabupaten yang dinyatakan sukses dari program TJPS. Kami di SBD mendapat 1.000 ton jagung dari 340 ha lahan yang direncanakan, dan kami ekspor ke Surabaya. Belum lagi hasil panen dari masyarakat petani di sana. Kami terus melakukan inovasi-inovasi agar kami tetap menjadi daerah penghasil jagung dengan menuntut masyarakat mengarap lahannya untuk mendapatkan pemasukan. Dengan begitu dapat memperbaiki ekonomi keluarganya,” tegasnya.

Saat ini, kata Christian, jumlah KK di SBD mencapai 89 ribu lebih dan sebagian besar merupakan petani.  Kalau 45 KK saja menanam setengah hektar lahan untuk jagung, maka akan ada 2.350 ha yang menjadi lahan jagung. Dan kalau 1 ha menghasilkan 3 ton jagung maka akan ada 69 ribu ton jagung yang akan dikirim keluar NTT.

“Kenapa langkah ini kita baru ambil? Karena sudah 2-3 tahun ini kita dihalang oleh pademi Covid-19. Kini kondisinya sudah aman dan kita kerja keras agar rencana kita tercapai. Kami akan kawal program ini agar benar-benar terjawab dan ini dapat memperbaiki ekonomi masyarakat yamg terganggu akibat Covid-19,” ungkap Christian. (np)

Pos terkait