Stunting 44 Persen, Wabup SBD Ragukan Alat Ukurnya

marthen christian taka1

KUPANG KABARNTT.CO—Wakil Bupati Sumba Barat Daya (SBD), Marthen Christian Taka, menegaskan Pemerintah Sumba Barat Daya menyatakan perang menurunkan angka stunting di daerah itu yang masih tinggi.

Sejauh ini, angka stunting di SBD`masih 44 persen. Perang melawan stunting guna menurunkan persentase dilakukan secara serius di SBD.

Bacaan Lainnya

Christian Taka mengatakan hal itu ketika hadir dalam kegiatan Rekonsiliasi yang digagas oleh BKKBN Perwakilan NTT dalam percepatan penurunan stunting di NTT, Kamis (4/8/2022), di Hotel Aston Kupang.

Christian Taka menyampaikan sangat setuju berperang melawan stunting di NTT, apalagi SBD merupakan stunting tertinggi kedua di NTT.

“Saya mau bilang bahwa kami di SBD juga sepakat dengan Pak Wagub bahwa kita perang melawan  stunting. Buktinya kami sudah keluarkan Surat Keputusan Bupati untuk pembentukan Tim Percepatan Penurunan Stunting. Tim ini mempedomani  sejumlah catatan atau angka (data) setiap berbicara mengenai stunting khususnya di SBD mulai dari tahun 2018 silam. Sampai dengan saat ini memang kami masuk  dalam jabatan ini langsung berhadapan dengan Covid-19. Langsung diserang juga dengan stunting. Perang tentunya amunisinya harus cukup dan bahkan bila perlu lebih dari apa yang kita targetkan untuk perang dalam stunting,” papar Christian Taka.

Menurut Christian Taka, akibat dari pandemi Covid-19 refokusing anggaran tidak hanya satu kali dalam 1 tahun anggaran.  Bahkan dampak covid belum diterima pun sudah diwajibkan untuk  refokusing.

Christian Taka melukiskan di SBD ada beberapa OPD itu tidak bisa berbuat apa-apa, hanya karena perintah dan refokusing dari tingkat atas, sedangkan perang melawan stunting itu cukup.

“Sekarang ini kami sedang berada pada  kegiatan ukur, timbang, pemberian vitamin, kepada sasaran batuta stunting. Hasil pendataan kami di bulan Februari yang lalu bahkan berakibat terjadi kenaikan dari 34 persen lebih dan pada Februari 2022 menjadi 44,4 persen. Namun sekarang kami sedang berproses untuk ukur, timbang pada periode Agustus tahun 2022 ini.  Yang saya mau menggarisbawahi ini adalah pertama, masalah anggaran. Barangkali juga ini menjadi cacatan untuk tingkat atas sehingga kami di tingkatan bawah punya nafas yang lega sedikit untuk semangat turun perang, Karena perang ini terlaksana di desa,” beber Christian Taka.

Yang kedua, sebut Christian Taka, menjadi kesulitan di SBD yakni masalah kekurangan SDM khususnya dalam jajaran dinas kesehatan.

“Pemanfaatan alat timbang ini juga menjadi kesulitan. Alat timbang yang diwajibkan itu adalah alat timbang antropometri yang notabenenya bisa terjadi  eror atau terganggu. Untuk kembalikan ke posisi  normal/nol itu juga butuh keterampilan khusus bagi mereka yang memanfaatkannya,  tidak mungkin saya yang awam bisa pake alat itu untuk timbang anak-anak,” katanya.

Christian Taka  agak meragukan alat ukur yang digunakan di SBD yang berakibat melonjaknya angka stunting.

“Saya cukup khawatir dari hasil pendataan yang lalu  yang menyatakan SBD urutan ke-2 tertinggi stunting di NTT. SBD bukan kekurangan makanan, kekurangan beras padi ya, tapi kekurangan bahan makanan saya yakin tidak. Saya tidak terima itu,” kata kader Golkar itu.

Christian Taka menyatakan, SBD akan buktikan persentasenya obyektif  seperti apa pada bulan Agustus ini.

“Apakah benar datanya terganggu karena erornya timbangan atau karena kriteria stunting yang tidak jelas,” seru Christian Taka. (np)

Pos terkait