Spanyol vs Jerman Berakhir Seri:  Hansi Flick Pemenangnya

Oleh P. Kons Beo, SVD

Adakah duel Grup yang paling dinantikan jagat sepakbola dari Piala Dunia Qatar? Kiranya Spanyol versus Jerman adalah jawaban pastinya. Spanyol punya modal kuat dari pertandingan pertama. Costa Rica terjungkal 7 gol tanpa balas. Sementara Jerman?

Bacaan Lainnya

Ia harus menantang Spanyol bermodalkan rasa malu. Tersungkur di tangan Jepang 1 – 2. Dunia terperangah. Seakan tak percaya. Persis seperti ketika Arab Saudi sikat Argentina 2 – 1. Malam ini, ya dini hari di tanah air, duel Spanyol vs Jerman memang tak terhindarkan.

Pertandingan akan berjalan “saling menyerang.” Itu keyakinan Luis Enrique, Pelatih Tim Matador, La Furia Roja, Spanyol. Ini bukan saja demi unjuk level main tingkat tinggi antar dua jawara sepakbola. Keduanya memang bukan timnas sembarangan. Bisa saja, Spanyol vs Jerman juga ingin tunjuk betapa wibawanya Bundesliga dan berbobotnya La lega.

Tapi, yang sesungguhnya, bagi Jerman, inilah pertandingan hidup mati. Tak boleh kalah dari Spanyol bila ingin berpeluang untuk fase selanjutnya.

Di dini hari tadi, dua tim sudah berlaga. Saling serang tersaji. Tampaknya ada duel antara kekuatan fisik dan seninya bermain. Tak gampang Spanyol hadapi ketangguhan Jerman. Tak semudah seperti saat hadapi Costa Rica.

Sepertinya keduanya  tak ada gerak-gerik maen santai. Serasa penuh sengit dan serba tegang. Uji kecepatan dan ketangguhan diperagakan. Spanyol tetap berjuang jaga aura di trend positif.  Dan Jerman, itu tadi, tak mau kalah beruntun.  Dan pasti lebih malu lagi bila harus bale kampung lebih awal.

Bila harus menilisik sekian banyak prediksi, kiranya Spanyol lebih diunggulkan. Ada di atas angin. Tim Matador bakal tampil gila beringas. Seakan benarkan prediksi kebanyakan, di menit  ke 62, Alvaro Morata, bikin gol. Sontekan cantik lanjutkan umpan terukur Jordi Alba. Itu sudah riuhkan gelora fans Spanyol dan bikin terdiam pedukung Jerman di Stadion Al Bayt.

Namun, bukan namanya Jerman jika harus menyerah begitu saja. Jerman, yang katanya, sering terlambat panas a la mesin diesel, mulai unjuk daya ‘serius punya.’ Dan hasilnya? Ada satu dua kesempatan bagus untuk cetak gol bagi Jerman. Beruntung, penjaga gawang Spanyol masih oke untuk selamatkan gawang.

Dan, pada saatnya, adalah Fullkrug bayar kepercayaan sang pelatih Hansi Flick. Di menit 72, Unai Simon, goal keeper Spanyol, akhirnya tak berdaya hadapi sepakan kerasnya. Fullkrug sungguh jadi pahlawan Tim Panzer. Ada asa demi berpeluang ke  putaran berikutnya. Score akhir 1 – 1 kiranya plong untuk  pertandingan bergengsi ini.

Sungguh tak mudah dan memang sekian ketat persaingan di Grup E. Jerman ditaklukkan Jepang. Jepang terhempas oleh Costa Rica. Costa Rica dibantai Spanyol. Dan hasil akhir untuk layak  ke 16 besar lihat saja nanti ujung dari pertandingan Spanyol vs Jepang dan Jerman vs Costa Rica. Yang suka berandai-andai tentu lagi memperkirakan probabilitas Tim kesayangan ke putaran sepanjutnya.

Tapi mari kita seriusi tegasan Hansi Flick, pelatih Jerman, buat 26 pemainnya. Intinya kira-kira begini: jelang lawan Spanyol itu, mesti ‘ambil sikap diam.’ Tak boleh ada wawancara dengan wartawan. Tidak perlu ada komen sana-sini. Kita bayangkan saja bahwa ‘wora-wora’ (bahasa Ende: ‘omong banyak, yang sering hanya sekedar omong tinggi) itu diharamkan bagi pemain Jerman.

Hansi Flick tentu punya maksud di balik ‘tak boleh bicaranya para pemain Jerman kepada pers’ ante factum contra Spanyol itu. Sederhana saja sebenarnya. Agar para pemain itu lebih konsen dan tak terganggu jelang laga teramat penting itu. Mungkinkah ini yang disebut strategi psikologis? Dan lihatlah, hanya Flick seorang diri tanpa pemain dalam konferensi pers.

Mungkin saja, Hansi Flick cemas. Takutnya, para pemainnya terlanjur omong besar dan omong tinggi semua di awal. Tetapi nyatanya di lapangan akan konyol jadinya. Oh iya, maaf untuk para pemuja Messi dan pendukung Barcelona, dari Seminari Mataloko (1980 – 1986) seperti Eja Abraham Runga dkk.

Saya jadinya ingat lagi Messi saat berjaya di Nou Camp. Di leg pertama semifinal Liga Champion 2019, selesai menjungkal Liverpool 3 – 0, Messi punya komen meyakinkan. Janji pulangkan Piala Champion ke kou Camp. Sayangnya, di leg Kedua, el Barca terhempas 0 – 4 di Anfield. Itu yang tak boleh terjadi di tim Jerman di fase penyisihan Group, Tapi, mari kita pulang dan bergabung di Tanah Air….

Jelang laga di Pilpres 2024 ini, sepatutnya, alarm Hansi Flick dari area sepakbola Piala Dunia Qatar, dimodifikasi pula. Maksudnya sederhana saja. Kata teman saya, “Agar jangan ada bacapres yang sekedar omong-omong besar dan tinggi, penuh pikat lagi, ‘wora’ ituka di hadapan wartawan dan pada safari publik; padahalnya itu kenyataannya adalah rangkaian gerbong inflasi kata. Atau juga omong-omong sekarang tentang keberhasilan masa lalu yang penuh gagalnya.”

Saya hanya bilang pada teman saya, “Contra factum argumentum non valet.”  Tafsir bebasnya, Iya melawan fakta atau kenyataan, segala tesis, narasi, postulat, aksioma atau apa saja keluar dalam paket wacana sungguh non valet, tak kuat-lah!

Benarlah Hansi Flick. Sepertinya ia mau bilang, ‘Demi meraih kemenangan yang sesungguhnya semua harus keluar dan terbaca dari fakta lapangan pertandingan. Bukan dari sekedar hambur-hamburkan kata.’

Sungguh, dari laga Spanyol vs Jerman itu Hansi Flick, pelatih Jerman itulah pemenangnya.

Verbo Dei Amorem Spiranti

Penulis, rohaniwan Katolik, tinggal di Roma

 

 

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *