LARANTUKA KABARNTT.CO— SMKN 1 Larantuka memamerkan aneka produk ekonomi kreatif hasil karya para siswa di sudut Taman Kota Felix Fernandez, Larantuka. Karya para siswa-siswi ini sekaligus menjadi cara paling elegan untuk mematahkan paradigma berpikir oknum tertentu yang menggeneralisasi sekolah menengah kejuruan ( SMK) yang diidentikan dengan tawuran.
“Stigma bahwa anak SMK suka tawuran itu sebenarnya tidak bisa digeneralisasi demikian. Persoalan terjadinya tawuran itu tergantung pada individu. Setiap siswa ketika berada dalam ruang kelas atau ruang praktek memiliki keseriusan dan minat yang berbeda,” ungkap Wakil Kepala SMKN 1 Larantuka, Ferdinandus Boro Nama, saat dihubungi kabarntt.co, Kamis (24/11/2022) lalu.
Dikatakan Ferdinandus, setiap siswa ketika berada dalam ruang kelas atau ruang praktek memiliki keseriusan dan minat yang berbeda. Ada yang tidak menonjol di teori, namun unggul di praktek atau sebaliknya.
Bahkan ada yang hanya sekadar datang ke sekolah dan berpasrah dalam proses pembelajaran. Oleh sebab itu di sini pentingnya peran guru dalam mendidik, mengajar, proaktif memberi motivasi, memberikan pendidikan dan pelatihan.
Implikasi praktis bimbingan para guru SMK khususnya di SMKN 1 Larantuka, kata Ferdinandus, yakni dengan mengarahkan para siswa dengan berkarya. Terbukti, pada momentum menyambut HUT PGRI ke-77 dan HGN Tahun 2022, hasil kerja keras para siswa-siswi SMK N 1 Larantuka ditampilkan di galeri ekonomi kreatif di Taman Felix Fernandez Kota Larantuka.
Adapun ekonomi kreatif yang dikembangkan, yaitu: budidaya ikan air tawar.
“Kami diajarkan oleh guru untuk membudidayakan ikan air tawar dan wadah berupa aquarium secara mandiri,” kata Oscar, salah seorang siswa SMK N 1 Larantuka Jurusan Agro Bisnis dan Perikanan.
Senada dengan itu, Margaritha Lodi, S.Pi, Guru Pengampu Agrobisnis dan Perikanan menjelaskan, secara umum jurusan perikanan bergerak dalam bidang budidaya ikan air tawar.
Jadi, kata Margaritha, siswa diajarkan untuk memelihara, mengembangbiakan, memindahkan ikan, memeliharanya baru kemudian dipanen. “Ada ikan untuk konsumsi maupun ikan hias, jenis ikan yang dikembangbiakkan adalah ikan lele, ikan nila dan ikan koi,” kata Margaritha.
Margaritha menambahkan, para siswa juga diajarkan untuk mengenal dan membuat jenis-jenis wadah budidaya ikan.
“Salah satu yang mereka buat saat pameran hari ini adalah aquarium, dan diisi ikan yang dipindahkan saat PSG itu yakni ikan koi. Selain itu, anak-anak diajarkan untuk mengolah hasil perikanan menjadi makanan berupa abon, nuget dan pentol bakso serta masih banyak lagi jenis olahan,” ucapnya.
Sementara itu, Fatima Maria Deinse Roncally, A. Md. Par, salah seorang guru pengampu usaha perjalanan wisata (UPW) mengatakan, program studi usaha perjalanan wisata tidak hanya belajar pemesanan, perhitungan tarif penerbangan dan menyusun dan membuat paket wisata. Melainkan para peserta didik dilatih untuk bisa menciptakan produk-produk wisata sendiri.
Dari produk wisata ini, kata Fatima, anak-anak diharapkan bisa mempromosikan produk ini, sehingga dapat meningkatkan daya tarik wisatawan.
“Salah satu kompetensi dasar di mata pelajaran kepariwisataan adalah modal dasar pengembangan pariwisata. Sub tema tentang tujuh sapta pesona direalisasikan melalui praktek membuat pot bunga dari bahan yang sangat mudah ditemui, yaitu handuk, kawat dan semen. Di samping itu, kami menerapkan tujuh sapta pesona yaitu aman, tertib, bersih, sejuk, indah, kenangan, dan ramah tamah,” jelas Fatima. (amb)