Pembukaan Pesparani NTT Diawali Dengan Suara (Alm) Frans Lebu Raya

pesparani1
PEMBUKAAN PESPARANI--Misa pembukaan Pesparani II NTT, Minggu (4/9/2022)

KUPANG KABARNTT.CO—Pembukaan Pesta Paduan Suara Gerejani Katolik (Pesparani)  II NTT diawali dengan perayaan ekaristi (misa), Minggu (4/9/2022) petang.

Misa yang diselenggarakan di Aula Immaculata Unwira Kupang ini dipimpin Uskup Agung Ende, Mgr. Vinsensius Sensi Potokota,Pr sebagai selebran utama, didampingi Uskup Agung Kupang, Mgr. Petrus Turang, Pr, Uskup Atambua, Mgr. Demonikus Saku, Pr serta ratusan imam konselebran.

Bacaan Lainnya

Ikut hadir ribuan umat Katolik dari Kota Kupang dan sekitarnya, juga kontingen dari

21 kabupaten/kota di NTT.

Setelah misa dilanjutkan dengan seremoni pembukaan yang diawali dengan menampilkan video saat mantan Gubernur NTT, (Alm) Frans Lebu Raya, yang menegaskan bahwa Pesparani ke-2 harus dilakukan di Provinsi NTT dan semua peserta serentak tepuk tangan. Ada juga yang mengusap air mata pada saat video itu berakhir.

Dalam sambutannya, Uskup Agung Ende Mgr. Vinsensius Sensi Potokota, Pr menyampaikan bahwa sebagai warga Negara Kesatuan Republik Indonesia, kita patut bersyukur atas berbagai prestasi yang telah ditorehkan negara ini.

“Prestasi-prestasi itu membuat kita optimis bahwa kita mampu, kita bisa maju lebih cepat dan bangkit lebih kuat,” tegas Mgr.Sensi.

Selain itu Mgr. Sensi juga mengajak semua yang hadir untuk berkidung dan bermazmur karena Tuhan telah mempercayakan umat Katolik untuk mengemban tugas panggilan dengan spiritualitas pengorbanan dan penyangkalan diri.

“Maka, mari kita yang berhimpun di sini, berkidung dan bermazmur semeriah-meriahnya untuk bersyukur atas rahmat Allah itu. Tuhan pasti punya kehendak baik bagi bangsa kita,” katanya.

Berkidung dan bermazmur, kata Mgr. Sensi, adalah ungkapan iman atas kehendak Tuhan dalam hidup kita.  Berkidung dan bermazmur juga adalah salah satu tradisi seni dalam Gereja Katolik.

“Dalam kidung dan mazmur kita bisa memuji Tuhan, kita bisa mengeluh pada Tuhan, juga mengungkapkan tobat hati kita,” imbuhnya.

Sebagai komunitas, lanjut Mgr. Sensi, kita juga dituntut untuk berpartisipasi dalam perkembangan dan kemajuan bangsa. Pasalnya, dalam sejarah bangsa sudah terbukti bahwa umat Katolik sebagai salah satu komunitas bangsa punya andil bagi perkembangan bangsa.

“Sikap saling menghargai, saling merangkul, saling mendukung dalam hidup bernegara. Inilah moderasi beragama yang ingin kita dorong melalui Pesparani ini. Kita ingin mempersembahkan yang terbaik dari khazanah iman kita,” sambungnya.

Sementara Wakil Gubernur NTT, Josef Nae Soi, dalam sambutannya membuka Pesparani secara resmi meminta masyarakat NTT khususnya umat Katolik di NTT agar menjadikan NTT sebagai pusat toleransi dogmatis.

“Jadilah Indonesia seratus persen dan jadilah orang Katolik seratus persen serta jadilah orang NTT yang baik menuju Nusantara. Jadikanlah NTT sebagai pusat toleransi agar saling menghargai dalam kehidupan beragama,” tegas Nae Soi.

Lanjut Nae Soi, Pesparani II NTT menjadi bukti nyata bahwa NTT sangat toleran. Karena pelaksanaan kegiatan ini mendapat dukungan penuh dari berbagai pihak termasuk umat agama lain.

Nae Soi berpesan agar peserta Pesparani berlomba bukan untuk mencari kemenangan tetapi mencari kegembiraan, memupuk toleransi, dan persaudaraan.

“Jangan menggunakan cara-cara yang tidak profesional untuk mendapatkan kemenangan. Tetapi jadikan ini momen untuk memupuk persaudaraan dan menjunjung tinggi toleransi,” harapnya.  (np)

Pos terkait