Merinding, Suara Uskup Ruteng Ketika Tutup Festival Golo Koe  Labuan Bajo

uskup ruteng1
Uskup Ruteng, Mgr. Sipri Hormat

LABUAN BAJO KABARNTT.CO— Sepekan lamanya para peziarah dari seluruh paroki di Keuskupan Ruteng yang merupakan umat dari tiga kabupaten di Provinsi NTT, yaitu Kabupaten Manggarai, Manggarai Barat, dan Manggarau Timur berbaur dalam berbagai kegiatan, baik kegiatan jasmani maupun rohani  pada Festival Golo Koe  Labuan Bajo, Manggarai Barat.

Puncak kegiatan ini ditutup dengan misa agung yang dipimpin Uskup Ruteng, Mgr. Sipri Hormat, sebagai selebran utama dan didampingi ratusan imam serta dihadiri puluhan ribu umat di Marina Waterfront Labuan Bajo, Senin (15/8/2022) petang.

Bacaan Lainnya

Usai perayaan ekatisti agung dilaksanakan seremoni penutupan yang ditandai dengan pemukulan gong oleh Mgr. Sipri Hormat dan disaksikan Bupati Manggarai Barat, Edi Endi, Wakil Bupati Manggarai Barat, Yulianus Weng, Plt. Bimas Katolik.

Sebelum menutup kegiatan akbar itu, Mgr. Sipri menyampaikan sambutan. Berikut transkripnya.

Hadirin yang saya hormati dan cintai….

“He who is full of joy, is full of love”. “Orang yang penuh sukacita, penuh dengan cinta” (Ball Shem Tov). Kiranya ini lukisan paling tepat untuk kita semua peziarah dan peserta Festival Golo Koe Labuan Bajo.

Sepekan ini kita telah “bedendang” bersama, kita “bejoget” bersama, kita “bacarita” bersama. Malam-malam ini telah kita lukis langit di Waterfront City dengan bintang-bintang kegembiraan. Hari-hari ini telah kita pahat Kota Labuan Bajo dengan simbol Bhineka Tunggal Ika.

Mengapa kita bergembira?

Karena kita semua digerakkan oleh cinta. Cinta untuk berbagi senyum. Cinta untuk bertegur sapa. Cinta untuk melayani. Benarlah yang ditulis sastrawan dunia William Shakespeare: “Here come the lovers, full of joy and mirth. Joy, gentle friends! Joy and fresh days of love accompany your hearts!

“Ke sini (ke Labuan Bajo) berdatangan para pecinta, penuh sukacita dan kesenangan. Sukacita, karib-karib sejati. Sukacita dan hari-hari sejuk oleh cinta menemani hatimu (di sini)!

golo koe1
Mgr. Sipri Hormat memukul gong menutup Festival Golo Koe Labuan Bajo, Senin (15/8/2022) malam (Foto: Rm. Erik, Komsos Keuskupan Ruteng)

Dengan itu saudara/i ku…

Sesungguhnya terpenuhilah yang menjadi tujuan utama Festival Golo Koe ini: pariwisata adalah pesta rakyat, pariwisata bukan hanya pesta turis, tetapi juga pesta kita. Pariwisata bukan hanya “gawean” orang berduit, tetapi juga “lonto leok” kita, Pariwisata haruslah berpartisipasi. Tetapi bukan hanya dalam hal kesejahteraan, bukan sekedar penerima pasif (obyek) keuntungan ekonomi.

Berpartisipasi berarti masyarakat lokal menjadi pelaku, menjadi subyek pariwisata. Yang mendesain pariwisata sesuai kearifan lokal dan roh spiritualitas setempat. Yang melaksanakan pariwisata dalam semangat persaudaraan dan kebhinekaan. Yang bersama sujud takjub di hadapan Sang Khalik atas mahaagung karya cinta ciptaan-Nya.

Oleh sebab itu saya ingin menyampaikan apresiasi dan terima kasih sedalam-dalamnya kepada segenap panitia yang telah bekerja siang dan malam, dalam terik mentari dan basah kuyup keringat dan hujan untuk menyukseskan Festival Golo Koe ini.

Anda semua adalah pahlawan. Keringat kerja kerasmu telah membuat Kota Labuan Bajo menjadi harum menawan.

Limpah terima kasih juga kepada Bapak Bupati/Wakil Bupati Mabar beserta seluruh jajaran Pemda Mabar, kepada Forkompinda, kepada BPOLBF, kepada syahbandar dan pihak pelabuhan, kepada Sarkes PUPR, kepada pihak keamanan, kepada para donatur/sponsor dan segenap stakeholder pariwisata.

Dalam Festival Golo Koe ini kita tunjukkan kepada semua pihak tentang kerja sama jejaring dan persaudaraan kita. Manakala ada pikiran dan hati untuk kepentingan dan kebaikan bersama, semuanya akan berjalan indah pada waktunya.

Secara istimewa terima kasih tak terhingga kepada semua umat utusan paroki dan lembaga, anak-anak sekolah, mahasiswa/i, kelompok etnis dan komunitas lintas agama, para pelaku UMKM pameran dan kuliner.

Festival Golo Koe ini menjadi sukses karena Anda semua. Festival Golo Koe ini menjadi indah karena Anda semua. Festival Golo Koe ini menjadi buah bibir karena Anda semua.

Festival yang meriah dan megah ini tidak diawali dengan anggaran yang hebat. Kita bahkan memulainya dengan dana nol rupiah. Tetapi ada harta berlimpah yang kita punya, yakni Anda semua !

Harta itu bukan uang tetapi manusia, Ketika setiap orang berpartisipasi, manakala setiap pihak turut menyumbang dari kemampuannya. Saat yang kecil dan sederhana disatukan dan digerakkan, maka hal itu akan menjadi kekuatan dahsyat yang mengubah Labuan Bajo, dan membarui dunia.

Di sinilah, hemat saya, keberhasilan hebat dalam Festival Golo Koe ini. Event atau perayaan besar apapun yang ingin kita selenggarakan butuh pertama-tama bukan dana, bukan uang. Tetapi ia hanya butuh satu hal penting, yakni manusia yang punya hati.

Hati untuk bekerja. Hati untuk melayani. Hati untuk berkorban tanpa pamrih. Hati untuk berbagi dengan sesama. Hati untuk Tuhan. Terutama dalam dunia dewasa ini yang sangat dikuasai oleh keserakahan materil, dan dalam gegap gempita pariwisata yang dilumuri oleh kenikmatan konsumtif, telah kita tunjukkan pesan berharga kepada dunia: tentang persaudaraan dan kebersamaan, tentang solidaritas dan cinta, tentang peradaban kasih.

Mutiara indah “hati yang berkorban” inilah yang ingin kita terus pelihara dan rawat dalam Festival Golo Koe. Akhirnya untaian terima kasih kepada seluruh umat, masyarakat, dan publik Labuan Bajo.

golo koe2
Mgr. Sipri Hormat memberikan sambutan penutupan Festival Golo Koe Labuan Bajo

Dalam Festival Golo Koe telah kita tunjukkan The New Labuan Bajo, Labuan Bajo baru. Bukan sekadar terletak dalam keindahan alam dan kemegahan fasilitas wisata, tetapi terutama Labuan Bajo yang aman dan damai. Labuan Bajo yang toleran dan harmonis. Labuan Bajo yang berbelarasa dan berbagi. Labuan Bajo yang ramah lingkungan. Labuan Bajo yang beradab dan religius.

Kita telah menunjukkan ke seantero nusantara dan penjuru dunia. Pariwisata sejatinya bukan menyingkirkan tetapi merangkul. Pariwisata mestinya bukan memelaratkan, melainkan mensejahterakan masyarakat setempat. Pariwisata seyogyanya bukan membuat orang terasing dan tercabik dari budayanya, melainkan dibangun dan bertumbuh dalam keunikan kultur dan kekayaan spiritual lokal.

Pariwisata bukan soal tarif naik atau turun, melainkan duduk bersama. Pariwisata adalah dialog mencari yang terbaik untuk kesejahteraan rakyat, bukan untuk keuntungan korporasi. Pariwisata adalah “lonto leok”, “nai ca anggit tuka ca leleng”.

Pariwisata yang tepat dan benar haruslah holistik : berpartisipasi, berbudaya, dan berkelanjutan.

Malam ini adalah puncak. Puncak adalah sukacita, tetapi mungkin ada nada sendu perpisahan. Kita boleh meneteskan air mata karena momentum festival yang indah ini akan berlalu. Tapi bukan air mata kesedihan tetapi air mata asa.

Kita boleh berangkulan perpisahan, tetapi dengan pelukan sayonara.

Setelah berkonsultasi dengan Pemda Mabar dan BPOLBF serta stakeholder lainnya, saya ingin memaklumkan secara resmi bahwa : Festival Golo Koe Labuan Bajo ini akan menjadi festival rutin tahunan Gereja Keuskupan Ruteng.

Karena itu mari kita pulang dengan sukacita, saudara/iku. Mari kita kembali ke paroki-paroki, ke kampung-kampung, ke rumah masing-masing. Untuk berbagi kegembiraan dan cinta sambil tak lupa bersenandung merdu : Festival Golo Koe aku rindu padamu !

Tahun depan kita bertemu lagi di sini ! Dalam dekapan kasih bunda Maria Asumpta Nusantara, mari kita pekikkan bersama : Mori Sembeng ! Tuhan memberkati…. (ias)

Pos terkait