KUPANG KABARNTT.CO—Untuk mengantisipasi gagal ginjal misterius yang menyerang anak-anak di NTT, Wakil Ketua Komisi IX DPR RI, Emanuel Melkiades Laka Lena, meminta Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengadakan alat cuci darah anak untuk NTT.
Seperti diketahui sejauh ini kasus gagal ginjal misterius sudah menyerang 4 anak di NTT, tinggal orang meninggal dunia. Menyusul merebaknya kasus ini, Balai POM meminta menarik sejumlah obat sirup dari peredaran.
Ketika tampil pada acara Sosialisasi Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) obat dan makanan bersama tokoh masyarakat, Kamis (27/10/2022), di Aula Universitas Muhammadiyah Kupang. Melki Laka Lena mengatakan, pihaknya sudah berkoordinasi dengan pemerintah pusat agar alat cuci darah untuk anak di NTT bisa diadakan, karena di NTT belum ada rumah sakit yang punya.
“Kami juga sudah berkoordinasi dengan Kementerian Kesehatan RI agar distribusi alat cuci darah buat anak. Yang kita butuhkan itu adalah di bawah 30 kg. Itu memang ada alat model khusus yang saya dengar dan kita dorong Kemenkes RI agar salah satu bisa ada di Kupang. Intinya kita di NTT ada alat cuci darah buat anak. Apalagi kan RSU kita yang di Manulai itu sudah hampir rampung, sehingga kita bisa taruh di situ atau sekurang-kurangnya di RSUD Johannes juga bagus,” kata Melki.
Ketua DPD I Partai Golkar NTT ini melihat penyakit gagal ginjal misterius pada anak ini sangat urgen untuk ditangani. Jika terlambat dalam penanganan, kata Melki, bisa berakibat fatal bagi korban.
“Ada satu kasus kan kemarin di SBD. Saya diskusi dengan Dokter Ando, saya tanya kejadiannya dan memang setelah sudah 3 hari baru dibawa ke rumah sakit karena kesulitan buang air kecil (kencing). Memang ketika mau dirujuk di Sangla, ternyata anaknya sudah meninggal, sehingga kita prioritaskan pengadaan alat ini. Juga obat-obat untuk cegah penyakit ini kita beli dari Singapura untuk anak-anak yang menderita gagal ginjal. Kita akan terus koordinasi agar alat cuci darah anak ini harus ada di NTT, apalagi kita sudah ada 4 kasus dan 3 sudah meninggal. Salah satu penyebabnya itu karena lambat cuci darah,” ungkap Melki.
Melki juga berharap agar obat-obat untuk gagal ginjal misterius diadakan di rumah-rumah sakit yang kasusnya ada dan akan secara berkala diadakan.
“Langkah ini juga merupakan langkah antisipasi kita. Jangan kasusnya sudah banyak baru kita bertindak, jadi kita bertindak dari awal memang supaya tidak terlalu berdampak luas nantinya,” kata Melki.
“Jadi kasusnya ada di mana kita akan arahkan distribusi ke situ dan kita akan minta Kemenkes semacam stok di daerah agar kalau ada kasus kita tinggal kirim dan menjadi kesempatan pertama untuk pengobatan dengan stok obat tadi,” serunya. (np)