Masih Ada Waktu

kanis lina bana2
?????????????

Oleh Kanis Lina Bana

AKHIRNYA tahun 2021 mendapat ‘genesisnya’. Tahun 2022 telah tiba. Menyongsong  pergantian tahun itu  aneka ekspresi kita nyatakan. Ritus syukur  kita ujudsembahkan. Baik dalam keluarga maupun melibatkan banyak orang dalam klennya.

Bacaan Lainnya

Semuanya itu bagian dari intensi dan harapan. Ebiet G. Ade bilang,”Kita mesti bersyukur bahwa kita masih diberi waktu!”

Pelukan waktu  2021 yang telah lewat itu penuh “galeri”. Benarlah Kitab Pengkotbah 3: 1-8 bilang, “untuk segala sesuatu di kolong langit ini ada waktunya!”  Ada  susah, ada senang. Gembira dan sedih. Sukses dan gagal. Sukacita plus dukacita.

Semuanya silih berganti. Berputar seperti roda kendaraan. Hidup memang kadang di atas, kadang di bawah. Entah sama nikmatnya? Itu soal rasa dan penghayatan.

Demikianlah  dinamika kehidupan  yang kita lewati di atas buana raya ini di tahun yang telah lewat. Kita  berharap tahun 2022 menjadi warna baru. Agar yang gagal kita benahi. Yang sukses kita tingkatkan. Yang masih samar-samar kita singkap terang. Yang masih rencana kita aktualkan. Sebab  masa 365 hari mendatang ini  adalah waktu yang selalu menyisahkan seabrek harapan baru.

Yang dituntut dari kita adalah  memaknainya dalam doa dan usaha. Sebab doa tanpa usaha adalah sia-sia. Usaha tanpa doa pun demikian. Jadi doa dan usaha adalah kenyataan yang tidak  bisa dilepaspisahkan. Keduanya “satu nyawa” dalam  percaturan hidup dan kehidupan manusia melintasi setiap kelokan waktu ke depannya.

Sekadar menoleh masa lalu. Tahun 2021 menjadi lembaran sejarah yang kita tenun. Ada yang cerah gemilang. Ada yang butuh pembenahan.  Realitas ini menukilkan semangat dan gairah hidup kita umat manusia. Tidak ada seorang manusia yang merasakan lara semata dalam perjalanan waktu yang telah lewat itu. Meski kadarnya berbeda. Juga tidak semua orang mengalami keberuntungan semata.  Setiap kita mengalami dan merasakannya.

Apakah di tahun baru 2022 ini, banyak harap dapat kita jinakkan dengan mudahnya? Atau sebaliknya kubangan lara terus saja memahat bersama jejak langkah yang kita tapaki?  Sebait tanya ini penting karena  dinamika kehidupan kita selalu  memainkan rima yang sama pula.

Dan di atas semuanya  itu butuh sikap cermat dan cekatan. Gairah dan agresif agar raga kita bisa menyapa harap dengan pantasnya. Agar jiwa-jiwa mampu mengurai sejarah yang bisa menyejarah. Agar setiap jenaka hidup melenturkan gairah meluas. Menghangat  harap yang mengakrabkan. Menggapai mimpi yang masih angan-angan. Di sana butuh kearifan budi dan nurani terketuk.

Dalam “pelana” yang lebih lebar.  Sebagai suatu daerah-Manggarai Timur, Flores, NTT kita mengalami  bagaimana geliat tabur bangun selama ini. Tidak semua mulus seperti ujud yang pernah dituturkan. Banyak pongah  yang menyisahkan siksaan jiwa.

Warga Elar sana, misalnya,  tetap mendaraskan lara berkepanjangan. Warga sebelah Wae Musur tetap menjadi penghuni asing di tanah pusakanya. Lintasan sentra ekonomi masih morat-marit. Semuanya masih serba terlalu. Derita mereka terus saja dekap melingkar.

Perihnya lagi, lintasan jalan yang sudah aspal tidak bertahan lama. Sekali jadi langsung amblas. Harapan perbaikan hanya janji berbalut harapan hampa. Mengharapkan aparat penegak hukum, sepertinya masih suam-suam saja. Sepanjang tahun lewat ini belum ada catatan berhasil menghantar para penggarong  uang rakyat ke penjara. Langkah mereka tetap lenggang bebas. Masyarakat tetap saja  merasakan derita yang tak berkesudahan.

Litani  kecil di atas itu  bukanlah teriakan  dunia maya yang hanya pandai mengumbar salah sesama.  Dunia maya  yang membahas   hal hal yang bisa dikarang-karang. Bukan pula nasar orang-orang  malas yang hanya tahu “bersabda”. Tapi ini  bahasa dunia nyata. Narasi-narasi luka perih yang menyiksa banyak jiwa. Sejarah kelam  yang menafikan keselamatan banyak nyawa.

Terhadap realitas yang memilukan ini, hanya satu pilihan. Yakni  komitmen tulus dan belarasa yang  dalam agar 2022 menjadi tahun penciptaan sejarah sesungguhnya. Membenahi yang serba kurang. Membetulkan sendi-sendi yang tidak beres-beres itu.

Itu harapan lebih  di tahun 2022 ini. Selalu ada waktu untuk memulai yang baru dan efektif untuk masyarakatnya. Asalkan niat tulus. Penuh ikhlas sebagai ibadahnya. Tentu untuk itu, masih ada waktu. Semoga. (*)

Kanis Lina Bana, wartawan, tinggal di Borong

Pos terkait