KEFAMENANU KABARNTT.CO – Harga telur ayam di Timor Tengah Utara (TTU) kembali melambung tinggi usai nataru (Natal dan Tahun Baru). Alhasil, pedagang di Pasar Rakyat II, Kefamenanu, Ibu Kabupaten TTU memilih tidak menjual karena rugi.
Penjual mengaku naiknya harga telur ini membuat pelanggan dan pembeli berkurang bahkan tidak ada pembeli.
Pantauan media ini, Sabtu (15/1/2022), di sejumlah kios yang menjual sembako, telur yang juga biasa dijual tidak terlihat. Hanya rak telur kosong yang terpajang.
Informasi yang dihimpun menyebutkan, harga telur yang sebelumnya Rp 50-55 ribu/rak kini melonjak naik hingga Rp 75 ribu/rak.
Kepada wartawan, salah satu pedagang di Pasar Rakyat II, Dedi Ferdian, mengatakan, untuk penjualan telur dirinya berminat dan sering menjual. Namun dengan naiknya harga telur yang sangat tinggi, dirinya sudah sepekan tidak menjual, pasalnya sepi pembeli yang membuatnya akan rugi.
“Saya kepingin jual telur, cuman permasalahannya telur yang kita jual tidak bisa dibeli karena harganya sekarang Rp 400 ribu/ikat dari harga sebelumnya. Biasanya langganan saya beli eceran tiga butir Rp 5 ribu. Berarti besok kalau saya kasih harga per butir Rp 3 ribu otomatis langganan kaget. Jadi barang ini tidak laku. Sudah, lain kali saja mas. Jadi telur saya simpan begini terus otomatis rusak dan saya rugi,” jelas Dedi.
Dedi melanjutkan, dengan harga yang belum stabil ini, dirinya memilih untuk sementara tidak mau menjual telur.
Harga telur sebelumnya Rp 300 ribu/ikat, kini melonjak hingga 400 ribu/ikat.
“Dengan harga tinggi sekarang bukan saya tidak mau jual, tapi saya stop dulu. Saya sudah seminggu tidak jual. Waktu tahun baru saya masih jual tapi banyak yang tertinggal rusak, jadi saya buang telurnya,” aku Dedi.
Dedi berharap agar pemerintah bisa menstabilkan harga agar penjualan di pasar berjalan normal seperti biasanya. (siu)