KUPANG… Kasus gagal ginjal akut sudah menyerang anak-anak di NTT. Sejauh ini sudah empat kasus di NTT, tiga di antaranya meninggal dunia.
“Kami menghimbau agar para orang tua ketika anaknya sakit demam, pilek dan mencret segera dibawa ke dokter untuk mendapatkan pertolongan, jangan memberinya obat sirup, bisa dikasih obat tablet untuk menurunkan panas. Maksudnya agar jangan beli obat sendiri, apalagi dalam bentuk sirup. Karena memang untuk sementara ini belum bisa diidentifikasi sirup apa saja yang kelebihan dosisnya. Untuk itu ditunda minum obat-obatan yang berbentuk sirup. Misalnya panas ya jangan dikasih sirup, kalau ada tablet itu lebih bagus. Anak jangan dikasih sirup sampai kita mendapat hasil resmi mana yang tidak boleh dipakai dan mana yang boleh dipakai,” kata Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) NTT, dr. Woro Indri Padmo Siwi kepada media ini via ponselnya, Senin (24/10/2022).
Woro merinci empat kasus gagal ginjal akut yang menyerang anak itu masing-masing di Rote Ndao, Waikabubak, Kota Kupang dan Nagekeo.
“Kami terima laporan dari daerah ada empat kasus, yaitu satu dari Rote Ndao, Waikabubak dan terakhir hari Jumat 21 Oktober 2022 dari Kota Kupang dan Nagekeo. Ada tiga orang yang meninggal minus dari Nagekeo yang masih dirawat di RSUD Aeramo. Jadi teman-teman dokter anak di seluruh kabupaten/kota agar lebih waspada dan melaporkan jika ada kasus gagal ginjal akut yang secara medis dikenal dengan gangguan ginjal akut progresif atipikal, yakni kondisi menurunnya organ ginjal secara cepat itu kepada Menkes, IDAI maupun ke dinas kesehatan setempat agar bisa dilacak untuk mencari tahu obat-obat apa yang kemungkinan menimbulkan gagal ginjal akut tersebut,” jelas Woro.
Ditanya harapan IDAI kepada pemerintah, Woro mengatakan pemerintah mesti ikut berpartisipasi melakukan survailans terhadap pasien-pasien tersebut, baik yang masih dirawat atau yang sudah meninggal dunia.
“Kami juga menghimbau agar sementara ini orangtua jangan panik. Misalnya anaknya ada sakit batuk, pilek dan mencret. Juga menghimbau agar pelayanan kesehatan baik di puskesmas maupun posyandu, RSUD untuk sementara menyetop pemberian obat sirup dan kalau bisa tablet saja dulu. Tambahan khusus di RSUD WZ. Johannes sebagai rumah sakit rujukan kita minta untuk menyiapkan alat hemodialisa,” tandasnya. (*)