ROTE NDAO KABARNTT.CO— Pada warga Kabupaten Rote Ndao memacu kuda merupakan praktik budaya yang telah jadi tradisi dan masih dilestarikan dalam kebersamaan. Tradisi ini dikenal dengan nama Hus.
Yang unik dan berbeda adalah hus bukan uji kecepatan kuda, tetapi keindahan tarian berkuda.
Para pria Rote dalam suasana kebersamaan menghias kuda-kudanya dengan bendera, kain adat dan atribut lainnya untuk kepentingan ritual. Para pemacu juga mengenakan pakaian adat dengan topi ti’i langga.
Yang juga unik adalah kuda ini tidak menggunakan pelana. Sebagai gantinya digunakan anyaman bambu yang dilipat sehingga layak dan nyaman menjadi alas duduk.
Hus kental dengan sejumlah ritual dan budaya khas Rote. Tidak ada adu kecepatan.
Rangkaian kegiatannya berupa doa, tarian kebalai, yakni tarian massal dengan lantunan narasi berisi kisah kehidupan, nasihat-nasihat bijak, kontes kuda hias atau semacam tarian kuda, dan ada juga silat kampung.
Hus biasa digelar menjelang panen hasil kebun dan sebagai tanda syukur atas hasil panen. Juga sekaligus untuk doa kesuburan, dan pujian untuk persiapan musim tanam berikutnya.
Tradisi hus digelar warga Desa Busalangga Barat, Kecamatan Rote Barat Laut, Senin (20/6/2022).
Masyarakat begitu antusias menyaksikan lagi tradisi yang pernah ada dan hidup di Rote. Mereka larut dalam kegembiraan dan sukacita. Pemerintah Desa Busalangga berniat mengagendakan hus sebagai iven rutin.
“Ini perdana yang kami selenggarakan saat ini. Tapi ke depan akan rutin digelar,” kata Kepala Desa Busalangga Barat, Kecamatan Rote Barat Laut, Mikael Arnolus Lute.
Dijelaskannya, hus akan berlanjut tahun depan pada tanggal yang sama. Hal tersebut dimaksudkan untuk menjadikan desanya sebagai tempat penyelenggaraan hus setiap tahun.
“Ada hadiah yang disediakan kepada penunggangg kuda yang beruntung. Dan hadiah itu bukan sebagai motivasi utama dari para penunggang kuda, karena hus sendiri merupakan wujud sukacita yang dirasakan oleh warga,” kata Mikael. (*/nie)