KEFAMENANU KABARNTT.CO – Better Investment for Stunting Alleviation (BISA), Selasa (13/9/2022), menggelar workshop Pelatihan Calon Fasilitator dan Implementasi Sesi Edukasi Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) dan Gizi Remaja untuk siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).
Kegiatan pelatihan calon fasilitator dan implementasi sesi edukasi CTPS dan gizi remaja ini terus gencar dilakukan oleh BISA dalam rangka menurunkan angka stunting di TTU yang masih terbilang tinggi.
Distric Senior Officer Program BISA, Dev Taunu, pada kesempatan tersebut mengungkapkan, kegiatan pelatihan fasilitator dan implementasi sesi edukasi CTPS dan gizi remaja ini merupakan tahap lanjutan dari rencana kegiatan yang sudah dilakukan sebelumnya untuk perluasan pelaksanaan sesi di sekolah.
Menurutnya, dalam pelaksanaan kegiatan tersebut pihaknya menghadirkan peserta dari 30 sekolah di TTU.
Dev menuturkan, selain bekerja sama dengan pihak sekolah, BISA juga membangun kerja sama dan kolaborasi lintas sektor seperti Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan dan Bappelitbangda TTU, sebagai leading sektor untuk kegiatan di sekolah.
Dev menjelaskan, BISA dijalankan melalui kerja sama Save the Children dan Nutrition International dalam periode 2019-2024 dan bertujuan untuk mengurangi stunting dengan meningkatkan status gizi dan perilaku hidup sehat anak perempuan remaja, wanita usia reproduksi, dan anak-anak di bawah usia dua tahun di dua provinsi yakni Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Jawa Barat.
“Target BISA adalah mengimplementasikan pelatihan dan pendampingan untuk keluarga 1.000 Hari Pertama Kehidupan-HPK serta remaja usia SMP-SMA dan sederajat,” jelasnya.
Lanjut Dev, strategi program BISA adalah untuk mendorong terjadi perubahan perilaku di level individu dan masyarakat melalui pendekatan sosial dan komunikasi perubahan perilaku, penguatan sistem kesehatan dan kapasitas tata kelola perencanaan dan penganggaran pemerintah.
“Salah satu perubahan yang ingin dicapai oleh program BISA adalah peningkatan perilaku bersih dan sehat terutama cuci tangan pakai sabun (CTPS), karena relevan dalam situasi pandemi Covid-19, juga relevan untuk konteks Provinsi Nusa Tenggara Timur mengingat hasil penelitian menunjukkan indikator terkait perilaku CTPS masih rendah,” ujar Dev.
Lebih jauh Dev menjelaskan, di masa pandemi Covid-19, perilaku CTPS menjadi salah satu komponen pencegahan penularan virus corona yang utama.
“CTPS merupakan bagian dari perilaku hidup bersih dan sehat berkontribusi terhadap pencegahan stunting pada masa 1.000 hari pertama kehidupan (1000 HPK),” tambah Dev.
Dev menjelaskan juga bahwa ada 3 perilaku yang ingin dicapai pada kelompok remaja yaitu perilaku cuci tangan pakai sabun di waktu penting, mengonsumsi tablet tambah darah mingguan dan mengkonsumsi makanan bergizi seimbang khususnya yang kaya akan zat besi.
Adapun tujuan pelaksanaan kegiatan pelatihan ini, menurut Dev, antara lain meningkatkan pengetahuan dan kemampuan guru-guru tentang isi, alur kegiatan dalam Modul Perubahan Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun/CTPS dan Gizi Remaja Tahap 2 serta meningkatkan keterampilan Guru Mata Pelajaran dan Guru Wali Kelas untuk memfasilitasi kegiatan CTPS dan Gizi Remaja Tahap 2 di masing-masing sekolah.
Dev berharap setelah mengikuti pelatihan tersebut, para calon fasilitator ini akan menjadi pioner untuk meneruskan berbagai informasi yang diperoleh kepada peserta didik di sekolah masing-masing, untuk memutus mata rantai stunting. (siu)