KUPANG KABARNTT.CO— Masalah Food Loss and Waste (FLW) saat ini patut menjadi perhatian serius semua pihak. Semua elemen masyarakat diharapkan ikut mencegah masalah ini.
Demikian dikatakan Kepala Biro Perekonomian dan Administrasi Pembangunan Setda NTT, Dr. Drs. Jusuf L. Rupidara, M.Si, dalam kegiatan Seremonial Ikrar Tekad Aparatur di Lingkup OPD ini untuk menjadi agen kampanye Gerakan Cegah Food Loss and Waste/FLW, Selasa (17/5/2022), di Ruang Kerja Biro Perekonomian dan Administrasi Pembangunan Setda NTT.
Dalam pernyataanya Dr. Lery, demikian sapaan akrabnya, menyampaikan sejumlah data terkait FLW. Lery menyampaikan bahwa saat ini makanan yang terbuang dan menjadi sampah/mubasir sebesar 23-48 juta ton per tahun dalam dua dekade terakhir (2000-2009), dan secara substansial meningkat selama bulan ramadhan lalu.
Lebih lanjut Lery menyampaikan, mubasirnya makanan ini disumbangkan dari 115-184 kg/kapita/tahun atau equivalen 213-551 triliun rupiah yang setara dengan 4-5 persen PDB Indonesia. Padahal jumlah mubazir itu jika termanfaatkan secara baik, maka bisa dikonsumsi 61-125 juta orang Indonesia.
Selanjutnya Lery menyampaikan, selain pemborosan dan mubazir yang berkontribusi negatif terhadap pertumbuhan ekonomi FLW juga berdampak pada emisi Gas Rumah Kaca (GRK) yakni 1,73 gigaton CO2, equivalen setara 7,29 persen GRK Indonesia setahun.
Berkaitan dengan persoalan FLW yang memiliki dampak langsung terhadap pemerataan kesejahteraan, maka Lery menginisasi Gerakan Cegah Food Loss and Waste dimulai dari aparatur dalam lingkup OPD yang dinakhodainya dengan strategi mengatasi mubazir ini dalam kerangka ekonomi sirkular ambil pakai buang, dengan skema gerakan antara lain pengaturan perilaku efisiensi, mengatasi uggly food, orientasi gizi, dan merekomendasikan pemanfaatan mesin modern serta penggunaan media penyimpanan yang layak.
Selain itu, tambah Lery, efisiensi distribusi dan konsumsi, belanja cerdas, olah sampah makanan menjadi kompos dan bentuk food bank seperti yang sudah dilakukan di beberapa daerah di Indonesia antara lain di Surabaya dan Bandung, setidaknya menjadi contoh dalam giat Bijak Cegah FLW.
Mewujudkan tekad ini, seluruh aparatur di Biro Perekonomian dan Administrasi Pembangunan Setda NTT, mengkirarkan Tekad Mencegah Food Loss and Waste, dengan mulai dari diri sendiri dan keluarga untuk bijak menggunakan makanan, sambil terus mengkampanyekan gerakan Cegah Food Loss and Waste. (paul/biro perekomian dan pembangunan setda ntt)