RUTENG KABARNTT.CO–Isu terkait perubahan iklim yang dirasakan baik langsung maupun tidak langsung, justru berdampak terhadap berbagai sektor yang mendasari kehidupan manusia antara lain pada bidang pangan, air, energi maupun kesehatan.
Menyikapi hal itu, LSM Yayasan Ayo Indonesia dan Yayasan Marimoe Peduli, menggelar pelatihan untuk metode survai, Rabu (12/01/2022) bertempat di Aula Efata, St. Aloysius Ruteng, Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur.
Kegiatan ini dihadiri 25 peserta dari total sebanyak lima desa di dua wilayah kabupaten, yakni Kabupaten Manggarai dan Manggarai Timur.
Project Officer Ayo Indonesia, Eni Setyowati, kepada media ini menjelaskan, kegiatan tersebut merupakan lanjutan dari local champion yang diselenggarakan di KSP Kopdit Mawarmoe Ruteng beberapa pekan lalu. Kegiatan ini sebetulnya bertujuan untuk membangun kesadaran anak muda atas perubahan iklim dalam konteks lokal.
Pada kesempatan itu, Eni sapaan akrabnya, mengajak seluruh peserta yang hadir untuk melakukan observasi. Sebab, menurut dia, kegiatan tersebut wajib dibekali dengan berbagai pelatihan khusus tentang bagaimana cara melakukan survai terkait dampak perubahan iklim.
“Kegiatan ini tentu dibekali dengan pelatihan tentang cara melakukan survai terkait dampak dari perubahan iklim. Kegiatan ini juga memberikan mereka pelatihan tentang cara membuat survai terkait dampak perubahan iklim,” kata Eni.
Sementara itu, dari Koalisi Kedaulatan Untuk Pangan, Abdullah Said, menjelaskan bahwa kegiatan ini merupakan bagian yang integral dengan aktivitas sebelumnya. Di mana kegiatan tersebut, kata Abdullah, juga merupakan bagian dari kegiatan yang akan datang.
“Jadi akan ada banyak kegiatan yang sebenarnya kita dorong yang justru melibatkan anak-anak muda,” kata Abdullah.
Officer Kkoalisi Kedaulatan angan Indonesia itu juga menjelaskan, tujuan dari kegiatan tersebut sebenarnya ingin mengajak anak-anak muda untuk lebih konsen dan peduli terhadap isu lingkungan dan isu terkait perubahan iklim. Sebab menurut dia, isu ini nyata dan sangat terasa dampak yang sebenarnya ada. Dan mungkin banyak orang yang tidak sadar akan terjadi perubahan.
Lebih lanjut Abdullah mengatakan, anak-anak muda justru dapat menjadi pioner untuk melihat kemudian menyampaikan ke publik atau ke banyak pihak bahwa perubahan iklim itu merupakan isu penting.
“Dan kita semua punya tanggung jawab yang sama untuk melakukan perubahan dengan memperbaiki situasinya,” katanya.
Pada kesempatan itu Abdullah mengajak anak-anak muda dalam hal ini para peserta yang hadir untuk belajar mengenal teknik metodologi, atau cara menemukan fakta, informasi dan data di lapangan terkait perubahan iklim serta dampak yang terjadi dalam konteks lokal.
Sementara itu untuk proses pengambilan datanya selama tiga hari, Kamis-Sabtu (13-15/1/2022), di setiap wilayah desa masing-masing.
Abdullah berharap setelah peserta mengumpulkan data, bisa didiskusikan dengan pihak pemerintah serta pihak-pihak lain seperti akademisi, pemerintah desa (PemDes), pemerintah kabupaten dan bahkan ke tingkat nasional.
“Tentu dengan adanya pernyataan ini teman-teman peserta dapat menyuarakan terus terkait perubahan iklim yang terjadi di lingkungan masyarakat dalam konteks local,” imbuhnya. (adi)