Oleh P Kons Beo, SVD
Laga ini memang mendebarkan! Argentina versus Polandia di pertandingan akhir grup C. Demi tiket penentuan masuk keputaran selanjutnya. Di pertandingan ini, Polandia cukup butuh hasil seri. Argentina butuh kemenangan. Yakinlah, jutaan pasang pasang pasti mengamati nasib Messi dkk.
Tim Tango ini didukung untuk menang. Messi mesti berjaya hingga puncak harapan. Walau awali laga perdana sekian tertati. Teringat lagi kisah Albiceleste di putaran Final Piala Dunia 1998, Prancis. Saat itu Maradona, sang maestro sepakbola Argentina tak lagi berkiprah. Terakhir, Maradona ada di putaran Final 1994. Dan walau ia tak lagi membawa Argentina ke titik supremasi kala itu, sebuah gol indah ia ciptakan di putaran final itu.
Sebuah harian di Italia, di jelang Piala Dunia 1998 itu, menulis, bila saya tak lupa, tapi isinya kira-kira begini: “Coppa del mondo senza Maradona è come una discoteca senza ragazza.” Tiadanya Maradona di piala dunia, ibarat sebuah diskotik yang ketiadaan ceweq.
Wah, betapa berdaya pikatnya Maradona untuk ajang sekelas Piala Dunia. Sebab di balik Maradona, ada nilai kehalusan dan keindahan. Ada tarian dan olahraga yang berpadu.
Mungkin seperti itulah, jika harus dibandingkan andaikan Piala Dunia Qatar 2022 sudah ketanpaan Argentina dan Messi di babak penyisian grup. Itu tak boleh terjadi! Argentina adalah salah satu magnet sepakbola dunia. Digentari lawan dan miliki prestasi mondial yang ‘bukan kacang-kacangan.’ Para punggawa Tim Tango itu sudah sekian berkiprah di berbagai klub elit di mancanegara.
Di laga penuh maut dan bergengsi ini, tampak benar Argentina mengepung dan menekan area pertahanan lawan. Babak pertama tanpa hasil. Dan pada saatnya, Tim Tango akhirnya berhasil menjebol gawang Wojcieech Szczesny di menit 46 melalui Mac Allister. Dan, kedukaan Polandia menjadi lengkap dengan gol kedua Argentina. Dan adalah Alvarez yang berjaya di menit 67 dengan golnya itu.
Jagat sepakbola kini boleh tersenyum! Argentina mesti diibaratkan bagai ‘una ragazza’ yang ramaikan diskotik Piala Dunia Qatar 2022’ di babak krusial. Partai ‘de vida o muerte’ selanjutnya. Tak cantik lah bila hanya melihat Belanda, Senegal, Inggris, Amerika Serikat, Prancis, Brasil, Portugal yang sudah melesat masuk lingkaran 16 besar, tanpa Messi dkk.
Di balik dua kemenangan Argentina beruntun di penyisihan Grup C itu, ada ‘sosok’ Arab Saudi. Argentina dilumpuhkan Arab Saudi 1 -2 di laga perdana Grup C. Kekalahan penuh kejutan. Dan dianggap memalukan oleh fans Meksiko, dan jadi motivasi penuh perjuangan. Dan Argentina membabat Meksiko 2 – 0; dan dengan hasil yang sama pula Polandia dibuat tak berdaya semalam. Argentina bangkit dari kepedihan melawan Arab Saudi.
Tetapi, tenyata Polandia juga alami kekalahan yang ‘tidak berakhir.’ Kiranya matematika selisih gol lebih berpihak pada Polandia. Bersyukurlah pada Arab Saudi yang berhasil menjebol gawang Meksiko dengan satu gol yang untungkan Polandia. Syukur Alhamdulilah buat Polandai atas ‘sumbangan balasannya segol ke gawang Meksiko.’
Maka kini, jadilah Argentina dan Polandia untuk masuk berjaya di babak 16 besar. Iya, itu gara-gara kerjanya Arab Saudi. Tim dari Negaranya Pangeran Muhammad bin Salman al Saud. Saya jadinya berfantasi liar seadanya: Gara-gara Negara Arab Saudi, maka negara asal dari Paus Fransiskus dan Paus Yohanes Paulus II, dipaksa dan diperbolehkan masuk babak selanjutnya. Iya, Babak 16 Besar itu.
Betapa ‘berjasa dan tolerannya’ Tim Arab Saudi demi membangkitkan semangat Messi dkk dan Robert Lewandowski dkk untuk babak selanjutnya. Tentu ini satu kebetulan untuk tidak disebut sebagai ‘penyelenggaraan dari satu faktor X.’
Bagaimana pun, tentunya tadi Tim Arab Saudi tetap berjuang untuk bisa menembus babas 16 besar.
Terkadang, apa jadi yang jadi perjuangan dan harapan kita, walau pada akhirnya gagal, tetap datangkan sukacita bagi sesama. Sebab, air mata dan keringat yang tercecer punya kita itu bisa menjadi ‘alam kesuburan bagi sesama dan semesta.’
Dan itulah yang patut direnungkan! Setidaknya “betapa bersahabatnya Arab Saudi..” Negara, yang akhir-akhir sekian berkarib dan terbuka dengan semesta.
Verbo Dei Amorem Spiranti
Penulis, rohaniwan Katolik, tinggal di Roma