Oleh Tony Kleden
Hari Jumat (29/10/2022) rembang petang di Hotel Sahid T-More Kupang. Aula hotel itu dominan dengan warga kuning. Warna kebesaran Golkar. Lebih dari 100 orang hadir dalam ruangan itu. Para ketua dan Sekretaris DPD II Golkar se-NTT. Anggota Fraksi Golkar di lembaga wakil rakyat se-NTT. Juga anggota Fraksi Golkar DPRD NTT. Tak ketinggalan para pengurus DPD I Golkar NTT.
Petang hingga malam hari itu istimewa nian. Pemicunya cuma satu. Kehadiran Dr. Ir. Akbar Tandjung. Nama Akbar Tandjung sungguh besar di republik ini. Lebih besar dari orangnya. Apalagi di Golkar. Ketua Dewan Kehormatan ini dijuluki The Living Legend.
Akbar Tandjung hadir memberi wejangan kepada jajaran pengurus dan kader Golkar se-NTT. Hampir dua jam mantan menteri pada era Orde Baru ini berbicara. Berdiri, tanpa istirahat. Nadanya datar. Tidak menggelegar. Tetapi daya magis dan kekuatan kata-katanya justru terletak pada konten dan konteksnya.
Kontennya padat bernas. Tentang sejarah tualang Golkar. Tentang kiprah Golkar dari Orde Lama, Orde Baru, hingga berdiri tegak sekarang ini di Orde Reformasi. Itu hanya mungkin karena Akbar Tandjung pelaku sejarah Golkar yang masih hidup.
Akbar Tandjung menyerahkan buku kepada penulis, Jumat (29/10/2022) lalu
Konteksnya tertangkap karena Akbar Tandjunglah The Savior yang menyelamatkan Golkar ketika badai kencang menerpa Golkar di awal-awal Orde Reformasi. Akbar Tandjung mengalami, juga merasakan debar perjalanan Golkar di awal-awal Reformasi.
Terpaan badai itu berpuncak pada ketegangan antara DPR dan Presiden Gus Dur. Melihat situasi yang semakin tidak kondusif, kita ingat, Gus Dur mengambil keputusan memberlakukan dekrit. Isinya tegas: bubarkan MPR/DPR, kembalikan kedaulatan ke tangan rakyat dengan mempercepat pemilu dalam waktu satu tahun, dan bekukan Partai Golkar.
“Saya sebagai Ketua DPR RI dan Ketua Umum Golkar waktu itu mengambil langkah menentang putusan Gus Dur. Dalam kapasitas sebagai Ketua DPR, saya kirim surat ke MA minta fatwa hukum atas dekrit pembubaran DPR dan Partai Golkar itu. Ketua MA adalah Profesor Bagir Manan. Saya komunikasikan dengan Pak Bagir karena sudah kenal baik,” tutur Akbar.
Usai menerima surat itu, tutur Akbar, malam hari itu juga Ketua MA menggelar rapat dengan para hakim agung. Dalam rapatnya MA menilai tindakan Gus Dur membekukan DPR dan membubarkan Golkar bertentangan dengan konstitusi. Fatwa MA keluar besok paginya. Dan, Golkar tetap eksis. Dan justru Gus Dur lengser.
Badai berlalu. Akbar Tandjung kemudian tampil menjadi master mind yang mereformasi Golkar menjadi baru. Golkar menjadi Partai Golkar. Hasilnya sungguh mengagumkan. Terbukti dari pemilu ke pemilu. Partai Golkar tidak pernah keluar dari dua partai papan atas di negeri ini. Atas jasa dan perjuangan inilah, Akbar Tandjung sampai hari ini sangat dihormati, disanjung para kader Partai Gokar di seluruh Indonesia. Penghormatan itu juga sangat terlihat di Hotel Sahid T-More Kupang ketika itu.
Saat kakinya melangkah memasuki aula hotel, aura kebesaran Akbar Tandjung terasa. Dengan kepalan tangan terangkat, Akbar Tandjung memekikkan yel yel kebesaran Partai Golkar. “Golkar…. Indonesia!!! Indonesia…… Golkar!!! Golkar…. menang, menang, menang….!!!”
Di panggung ketika hendak memulai wejangannya, Akbar Tandjung dua kali meminta semua yang hadir menyanyikan lagu Mars Partai Golkar. Sebagaimana lagu mars, irama Mars Partai Golkar menghendak adrenalin dan membakar spirit.
Menghentak adrenalin dan membakar spirit karena lirik lagu ini sangat kuat maknanya. Tidak saja bagi Golkar tetapi juga bagi riwayat tualang bangsa ini. Tidak bisa dipungkiri, cukup lama partai berlambang pohon beringin ini mengabdi untuk bangsa dan negara dan ikut memberi warna dominan.
Kepada semua yang hadir, Akbar Tandjung meminta menyatukan barisan untuk merebut kembali kemenangan di semua tingkatan. Kabupaten/kota, provinsi hingga ke pusat.
“Saudara siap….????” tantang Akbar.
“Siaapp….. “ sahut semua yang hadir.
“Saudara sanggup….?
“Sangguppp…..” semua hadirin menyahut.
Wejangan yang disampaikannya itu tersaji dengan sangat baik dalam buku “Partai Golkar Menyongsong Pemilu 2024”. Buku ini tipis saja. Cuma 24 halaman. Akbar Tandjung menulis sendiri buku ini. Isinya langkah-langkah strategis memenangkan Golkar.
Semua ketua DPD II Golkar NTT mendapat satu eksemplar.
“Baca baik-baik buku ini dan cermati betul bagaimana langkah-langkah meraih kemenangan,” pinta Akbar Tandung, Ketua DPR RI 2004-2009 ini.
Saya beruntung mewakili Tim Media Partai Golkar NTT menerima buku ini langsung dari tangan Akbar Tandjung. Ketika nama saya dipanggil oleh Ketua DPD I Golkar NTT, Emanuel Melkiades Laka Lena, menerima buku itu, saya sumringah. Bangga luar biasa. Bangga karena bisa bertatap muka lagi dengan nama yang pernah jadi idola ini masa mahasiswa ini.
“Dari mana sekolahnya?” tanya Akbar Tandjung sebelum menyerahkan buku itu.
“Saya tamatan STFK Ledalero,” jawab saya.
“Oh, Ledalero… Saya pernah ke sana, ke sekolah itu,” katanya.
“Betul Pak, saya masih di semester VII ketika Pak Akbar berceramah di Ledalero,” saya menimpali.
Benar. Akbar Tandjung bersama serombongan petinggi DPP Golkar sekitar tahun 1991 (maaf saya lupa waktunya) hadir dan berceramah di kampus STFK Ledalero, Maumere. Dengan kepala penuh idealisme, kami mencernah dengan rasa ingin tahu yang tinggi segala hal dan dinamika yang terjadi di negeri ini.
Momentum itu sudah 31 tahun berlalu. Tetapi satu yang tetap dari Akbar Tandjung. Yang menjadi ciri khasnya, yakni gaya bicaranya yang tenang, santun dan berenergi.
Gaya bicara seperti ini ditunjang oleh penampilannya yang cool dan tenang. Membuat suasana jadi adem nan teduh. Inilah penampilan sejati dari seorang pemimpin besar. Pemimpin yang tahan uji di setiap lintasan masa. Pemimpin yang piawai melewati setiap tikungan jalan. Pemimpin yang terus menjejak langkah di setiap titian jalan berliku.
Meski hanya dua jam bersama kami para kader dan pengurus Golkar se-NTT, energi baru yang disalurkan Akbar Tandjung sangat terasa. Akbar Tandjung sungguh berharap Golkar kembali meraih kemenangan di semua level. Dari pusat hingga ke kabupaten/kota.
Bukan tanpa alasan, Akbar Tandjung menaruh harapan itu. Harapan agar Golkar kembali menang Pemilu. Tentu sebagai mantan menteri, mantan Ketua DPR RI, lama berada di kapal induk bernama Golkar, Akbar Tandjung pasti sangat paham dinamika politik di Tanah Air. Akbar Tandjung tentu sangat mengerti jatuh bangun pembangunan di republik ini. Akbar Tandjung jelas sangat maklum pasang surut kemajuan bangsa ini.
Dengan konteks sejarah seperti itu, pria kelahiran Sibolga, Sumatera Utara, 14 Agustus 1945 ini bertahan di Golkar. Sampai hari ini tetap bertahan dan mendapat kepercayaan menjadi Ketua Dewan Kehormatan Partai Golkar. Aktivis 66 ini tidak lari sejengkal pun dari Golkar. Lari mencari zona nyaman di tempat lain. Lari menyelamatkan diri. Dalam satu kata, Akbar Tandjung bukan pecundang yang hanya mau enaknya saja.
Konsistensi pada sikap dan pilihan, itulah karakter kuat yang ada pada Akbar Tandjung sebagai seorang politisi ulung. Bukan politisi oportunis yang mudah goyah oleh godaan dan tawaran lain.
Dituntun karakter seperti itu, Akbar Tandjung sangat berharap negara besar ini mesti dipimpin oleh pemimpin berkarakter kuat. Yang fokusnya bekerja, bekerja dan bekerja. Bekerja membangun negeri. Bukan sebaliknya pemimpin yang hanya bisa bernarasi, berkata-kata dan menebar janji.
Akbar Tandjung tentu berharap negeri ini membutuhkan pahlawan yang total bekerja membangun bangsa. Bukan pahlawan kesiangan yang mencari popularitas murahan.
Sebagai partai berbasis sistem, Golkar punya pengalaman, punya jam terbang, teruji dari masa ke masa menyiapkan kader-kadernya untuk tampil di atas piramida pembangunan. Tidak salah, Akbar Tandjung merindukan Golkar kembali mengambil alih kepemimpinan bangsa ini, baik di legislatif maupun di eksekutif. *
- Penulis, Wakil Sekretaris Golkar NTT