KUPANG KABARNTT.CO—-Virus ASF (African Swine Fever) tidak hanya meresahkan peternak babi, tetapi juga memukul perekonomian masyarakat di Kota Kupang. Karena itu Pemerintah Kota Kupang perlu pro aktif mengedukasi masyarakat untuk kembali memelihara babi.
Demikian dikatakan Jemari Yoseph Dogon, Ketua Fraksi Golkar DPRD Kota Kupang, ketika dihubungi kabarntt.co, Kamis (18/3/2021) petang.
Menurut Dogon, babi merupakan bagian dari kebutuhan masyarakat, baik itu dalam acara adat, atau dalam kebutuhan perputaran ekonomi seperti rumah makan, atau yang dijual sepanjang pinggiran jalan dalam Kota Kupang.
Penjualan babi di Kota Kupang menurun drastis setelah diserang virus ASF.
Dogon meminta Pemkot Kupang agar memberikan pikiran yang proaktif kepada masyarakat Kota Kupang yang menjalankan usaha daging babi, dan memberikan kekuatan-kekuatan kepada masyarakat agar masyarakat bisa kembali memelihara babi dan menjual kembali sebagaimana biasa.
“Kami DPRD Kota Kupang melalui Komisi II yang merupakan mitra dan bekerja sama dengan pemerintah seperti dinas peternakan atau dinas yang melaksanakan secara teknis telah melakukan hubungan kerja dan meminta kepada pemerintah agar proaktif memberikan pemikiran-pemikiran kepada masyarakat agar bisa kembali normal menjalankan usaha daging babi,” kata Dogon.
Dogon menambahkan, daging babi merupakan bagian dari nilai budaya dan menjadi sarana adat istiadat di NTT, seperti acara adat persiapan pernikahan, kedukaan, maupun acara adat lainnya.
“Daging babi juga merupakan konsumsi masyarakat terhadap kebutuhan hewani, juga kebutuhan dalam adat-istiadat. Perlu diperhatikan, dan perlu ada edukasi, sosialisasi mengenai perputaran ekonomi daging babi,” tambahnya.
Sebagai Ketua Fraksi Partai Golkar DPRD kota Kupang, Dogon juga meminta agar pemerintah bekerja sama dengan para dokter hewan agar proaktif memberikan sosialisasi untuk memelihara kembali babi. Karena dengan memelihara kembali babi, maka perputaran ekonomi kembali pulih, dan mampu mengembalikan PAD Kota Kupang. (lia)