KUPANG KABARNTT.CO--Perekonomian NTT pada triwulan III 2021 tumbuh 2,37 persen. Capaian ini berada di bawah rata-rata nasional sebesar 3, 51 yoy.
Kondisi ini diungkap Kepala Bank Indonesia (BI) NTT, I Nyoman Ariawan Atmaja, dalam Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (PTBI) di Kupang, Rabu (23/11/2021).
Atmaja mengatakan, pertumbuhan ekonomi triwulan III di NTT tumbuh melambat dibanding triwulan sebelumnya. Hal itu disebabkan kasus Covid-19 yang semakain meningkat.
“Karena itu pemerintah menerapkan penebalan PPKM yang kita sebut PPKM darurat dan ada leveling maupun pembatasan masyarakat untuk meminimalisir penyebaran,” kata Atmaja.
Menurut Atmaja, sumber pertumbuhan ekonomi di NTT triwulan III ditopang oleh lapangan usaha konstruksi, perdagangan dan pertanian. Sedangkan kontributir pemulihan ekonomi dari sisi pengeluaran bersumber dari investasi dan konsumsi rumah tangga.
Kondisi pertumbuhan ekonomi NTT triwulan III, kata Atmaja, masih didominasi oleh pertanian dengan pangsa sebesar 29 persen, diikuti administrasi pemerintahan dan perdagangan. “Kedua sektor pemerintahan dan pedagang menjadi pendorong utama,” kata Atmaja.
Sementara dari sisi perkembangan harga, inflasi di NTT sepanjangan tahun 2021 tetap terjaga dan stabil. Hingga bulan Oktober 2021 inflasi tercatat 1,34 persen yoy.
Atmaja menyebut secara umum inflasi disebut meningkat sejalan dengan permintaan masyarakat pasca pemulihan ekonomi. BI mengapresiasi segala upaya yang dilakukan bersama tim pengendali yang berada di provinsi dan daerah.
Tim itu bekerja dalam 4 kerangka yakni keterjangkauan harga, ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi dan komunikasi efektif.
“Seroja pada bulan April mendorong inflasi naik secara tajam mencapai 0,82 persen. Tapi berkat koordinasi dengan TPID yang kuat, inflasi berangsur melandai sampai dengan saat ini,” ujarnya.
Sementara itu stabilitas keuangan, kata Atmaja, sejauh ini tetap terjaga meski dalam situasi pandemi. Penghimpunan dana pihak ketiga di perbankan sampai dengan Oktober tumbuh sebesar 1,02 persen.
Penyaluran kredit perbankan, sebut Atmaja, tumbuh 7,85 persen. Atmaja menyebut hal itu terus tumbuh hingga bulan Oktober 2021. Pertumbuhan itu seiring dengan pemulihan ekonomi. Meski demikian, resiko kredit tetap terjaga.
“Tercermin dari NPL gross 1,69 persen,” ucapnya.
Berdasarkan jenisnya, kredit diisi oleh kredit konsumsi 59 persen, investasi 6 persen, dan modal kerja 35 persen. Salah satu program dalam meningkatkan pembiayaan bagi masyarakat yakni kredit usaha rakyat (KUR). (np)