TAMBOLAKA KABARNTT.CO—Kabupaten Sumba Barat Daya (SBD) siap menggelar Festival Kopi Sumba yang akan menjadi kegiatan rutin sekaligus memperkenal komoditi daerah yang nantinya diharapkan menjadi ikon daerah.
Demikian disampaikan Ketua Umum Forum Inklusi SBD Lodiwayk L. Raya, S.IP kepada awak media di Lopo Rujab 1 Desa Radamata, Kecamatan Kota Tambolaka, Kabupaten SBD, NTT, Jumat (25/06/21).
Lodo mengatakan,, festival itu bekerja sama dengan Ketua Dekranasda Kabupaten SBD dan bahkan sudah mendapat persetujuan dan dukungan ketua Dekranasda Provinsi NTT.
Tujuannya agar informasi tersampaikan di masyarakat umum. Pameran akan digelar pada bulan September, sedangkan tanggalnya akan ditentukan kemudian setelah rapat.
“Tadi sudah pembentukan panitia dengan ketuanya Margaretha T.W. Mete yang juga adalah ketua Dekrenasda SBD,” kata Lodo.
Lodo menjelaskan alasan festival ini digelar, bahwa selama ini kopi hanya dikonsumsi dan dijual dengan harga Rp.25.000-Rp. 30.000. Namun, jika dikelola dengan baik nilai pasar akan tinggi seperti yang sudah dilakukan oleh dua kelompok di desa Kadi Roma Wewewa Tengah dengan produk aroma kopi Sumba dan di desa Laga Lete Kecamatan Wewewa Barat dengan produknya kopi robusta.
“Kopi Sumba hasil uji di tingkat nasional memiliki presentasi 82,69 % KKSI (konteks Kopi Specialty Indonesia) masuk kategori exellent, sementara promosi masih sangat rendah. Kita harus mengenalkan kepada publik bahwa kopi Sumba sudah terkenal secara Nasiona” jelasnya.
Momentum perayaan festival akan menjadi hari Kopi Robusta dan akan diselenggarakan setiap tahunnya sebagai hari Kopi Robusta Sumba.
“Kita minta dorongan dan dukungan dari berupa Perbup atau surat edaran, agar mewajibkan setiap pertemuan pemerintah/instansi untuk menyajikan kopi robusta ini. Seperti di hotel, café rumah makan dan tempat pertemuan umum lainnya,” ujar Lodo L. Raya yang saat ini bertugas di Inspektorat SBD.
Dirinya sangat mengharapkan keberlanjutan festival ini dan kita akan merencanakan agar dibuatkan lapak kopi disentruk di kota Tambolaka. Kopi ini juga akan menjadi ikon Sumba Barat Daya. Selain Festival kopi Sumba kita juga akan pamerkan komiditi daerah ini.
Sementara itu Roby Ray dari Humanity Inclussion (HI) kepada media ini mengatakan, HI hadir sebagai mitra atau bagian dari kerjasama untuk berkontribusi dalam pembangunan Daerah. Kita mau giatkan sektor pariwisata setelah pandemi. Festival ini sebagai promosi produk unggulan lain dari daerah ini.
“Kami sangat mengharapkan agar festival kopi sudah didukung oleh pemerintah dalam kebijakan. Apa lagi Kelompok Wanita Tani (KWT) Pertiwi desa Laga Lete yang ikut KKSI ditingkat nasional memiliki presentasi 82,69%. Dengan presentasi tersebuk masuk kategori Exxelent” ujarnya. (ota)