Oleh P. Kons Beo, SVD
Bacaan I Kejadian 2:18-24
Mazmur 128:1-2.3.4-5.6
Bacaan II Ibrani 2:9-11
Injil Markus 10:2-16
“Non est bonum esse hominem solum…”
(Kel 2:18).
(Tidak baik kalau manusia itu seorang diri saja)
SEJAK semula Allah menciptakan manusia berdua. Laki-laki dan perempuan. DiciptakanNya berdua untuk saling menolong. Saling melengkapi. Saling mengasihi.
RELASI yang dibangun antara keduanya adalah kesetaraan. Di situ tampak adanya saling pengakuan! Saling menerima satu terhadap yang lain. Perempuan adalah rusuk manusia yang ‘ditemukan kembali.’ Penuh Kasih dan penuh sukacita!
“INILAH dia tulang dari tulangku; daging dari dagingku” (Kej 2:23). Pengakuan seperti ini tandaskan pula kehormatan dan kesamaan martabat antara laki-laki dan perempuan.
ANTARA laki-laki dan perempuan mesti terawat daya-daya cinta kasih. Untuk terus saling memandang dan bersikap dalam Kasih pula. Pun tak pernah boleh tersingkirkan daya kerinduan itu. Kerinduan mesti berakar kokoh. Jarak yang sekian jauh dan entah di mana, tak akan pernah boleh memisahkan. Saat tetap ada kerinduan yang menggumpal.
BILA perlahan suram saling cinta, bila saat rindu mulai meredup, ketika ingin pulang makin terasa hambar, di situlah narasi “Apa yang telah dipersatukan Allah” sungguh di ambang alarm prahara.
‘SUNGGUH tak baik bila manusia itu seorang diri.’ Sebalikya, selalu ada harapan bahwa jika manusia itu ada dalam kebersamaan dan bersatu ia akan jadi baik, lebih baik dan mencapai yang terbaik. Iya, dalam kebersamaan, suami-istri dan siapapun terpanggil untuk menjadi baik adanya.
MENJADI BAIK, LEBIH BAIK dan TERBAIK’ itu tentu mesti diperjuangkan! Ia menuntut banyak pengorbanan. Untuk membiarkan berlalu segala apapun yang bernada ‘ingat diri sempit dan kelewatan.’
MESTI ada kebaikan dalam kebersamaan itu! ‘Tak boleh ada dusta di antara kita.’ Ratapan ‘hati yang luka’ mesti dihentikan. Kekerasan hingga ‘merah di pipi bekas gambar tanganmu’ adalah penyangkalan akan kedaulatan ‘tulang rusuk.’
BAHTERA kebersamaan tak selamanya berlayar dalam semilir angin lembut. Memecah indah lautan penuh teduh. Sebab gelombang, badai taufan sering dan bahkan tetap datang menerjang-terjang! Kita bahkan sepertinya tak tahu lagi ke mana dan di manakah pelabuhan dan pantai kita berlayar mengarah?
‘NADA suara tinggi, ribut, bertengkar, ada kekerasan, curiga berlebihan tanpa garis pinggir, paksa kehendak, mau menang sendiri, saling diam membisu, mulai tuduh yang ‘aneh-aneh dan bukan-bukan,’ mulai beberkan dan emberkan kelemahan masing-masing, tiada pertobatan hingga tiada maaf bagimu, semuanya ini sering jadi panorama dalam kehidupan bersama.
DI ATAS semuanya, bagaimanapun, mesti terbangkitlah harapan dan keyakinan: KASIH ALLAH melampaui segala sesuatu! Allah selalu menghendaki yang terbaik dan yang terindah dari segala yang diciptakanNya. Apalagi bagi kita manusia yang adalah gambar dan rupaNya sendiri.
KASIH ALLAH menarik pasangan suami-istri, menarik Gereja sebagai mempelai Kristus untuk senantiasa berziarah dalam iman – harapan – Kasih. Demi menuju SANG KASIH SEJATI, yakni Yesus sendiri.
APA yang dipersatukan Allah janganlah diceraikan oleh manusia….. Maka senantiasa jumpailah Allah itu. Tidak untuk membenarkan diri sendiri. Tetapi biarlah kasih Allah yang meneguhkan kita. Sebab banyak kali, ganti menjumpai Allah , kita malah rela untuk dirantai oleh pikiran sendiri yang meracuni, oleh khayalan sendiri yang memabukkan dan oleh keinginan-keinginan kita yang palsu. Dan tanpa akhir yang teduh!
SEBAB, sekali lagi, ganti KASIH Allah yang mempersatukan, yang meneguhkan, Kasih Allah yang mengampuni, kita bisa tetap saja yakin pada kekuatan dari tembang ”tak dapat lagi kumaafkan salahmu, sayang biar kusendiri…” atau pun setara dengan “biarlah yang hitam menjadi hitam, jangan harapkan jadi putih….”
MAHATMA Ghandi punya keyakinan. “Cinta tidak pernah meminta, ia senantiasa memberi. Cinta membawa penderitaan, tetapi tidak pernah mendendam. Di mana ada cinta di situ ada kehidupan, tetapi manakala kebencian membawa kehancuran.”
MARILAH! Yakinlah selalu: Kasih itu memenangkan segala sesuatu! Karenanya, lakukan segala sesuatu dalam Kasih (1Kor 16:14). Dengannya, selalu ada kebaikan, kebenaran, dan keindahan dalam hidup. Karena tanpa Kasih, segalanya menjadi hampa tak berguna.
SUNGGUH! Di atas segalanya, Tuhan menciptakan laki-laki dan perempuan untuk saling menolong. Tak cuma dalam arti materi-jasmani. Tetapi untuk saling meneguhkan di dalam doa.
BAGI seorang istri, suami adalah seuntai doa harian di hadapan Tuhan. Pun bagi seorang suami, istri adalah ungkapan doa harian penuh harapan. Hanya dalam doa yang tulus dan penuh kebesaran jiwa yang sanggupkan suami dan istri untuk menerima kekurangan dan kelemahan masing-masing. ”Tuhan, tetap kuatkan hatiku untuk mengasihi dia yang Engkau titipkan di jalan hidupku. Hingga akhir nanti.” Amin
Verbo Dei Amorem Spiranti
Selamat Hari Minggu.
Tuhan memberkati.
Amin