KEFAMENANU KABARNTT.CO – Akademisi Universitas Timor (Unimor) dari Fakultas Pertanian yang terdiri dari dosen Program Studi Agroteknologi dan Program Studi Agribisnis melalui Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M) melakukan kegiatan dengan tema “Pemanfaatan Lahan Pekarangan melalui Sistem Tanam Vertikultur Budidaya Sayuran dengan Penggunaan Pupuk Kandang Sapi dan Biochar” pada kelompok Wanita Tani (KWT) Mawar di Desa Kuaken, Kecamatan Noemuti Timur, Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU).
Kegiatan tersebut dihadiri dosen dari Fakultas Pertanian Unimor diketuai oleh Krisantus Tri Pambudi Rahardjo, SP., M.Sc, dan anggota terdiri dari Wilda Lumbang Tobing, SST., M.Agr, Deseriana Bria, SP., M.Si, Boanerges Putra Sipayung, SP., MP, Asep Ikhsan Gumelar, SP., MP.
Disampaikan anggota tim pengabdian saat ditemui wartawan di Fakultas Pertanian, Senin (28/6/2021), Wilda Lumban Tobing, SST., M.Agr menyatakan, kegiatan yang dilakukan bertahap mulai dari persiapan media tanam, persiapan pembuatan pipa vertikultur, persemaian, penanaman, perawatan hingga panen sayuran pada pekarangan milik KWT dengan luas pekarangan 175 are berpotensi dijadikan sebagai lahan pertanian yang efektif.
“Selama ini KWT menanam sayuran dalam bedengan-bedengan di mana dalam mempersiapkan lahan membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan sistem vertikultur,” ujar Wilda.
Wilda mengungkapkan pihaknya menemukan jika kondisi tanah yang kering dan berbatu menjadi beberapa kendala dalam persiapan lahan sehingga sering petani tidak produksi sayur jika air tidak tersedia (musim kemarau). Jika dilakukan penanaman, maka akan ditanam di daerah yang dekat dengan sumber air seperti sungai, namun kendala lainnya adalah lokasinya cukup jauh dari tempat tinggal terlebih KWT beranggota wanita.
Setiap kegiatan mempunyai tujuan masing-masing. Di antaranya pertama, penggunaan sistem vertikultur di lahan pekarangan dapat mengefisiensikan penggunaan lahan dan kebutuhan air apalagi saat musim kemarau, memudahkan dalam mengolah lahan dan media tanam, memudahkan perawatan karena pekerjaan bisa dilakukan sambil mengerjakan pekerjaan lainnya sebagai seorang wanita yang berumah tangga.
Kedua, adanya limbah pertanian dan peternakan dapat dijadikan sebagai pupuk organik. Sekam dari budidaya padi dapat dimanfaatkan sebagai biochar dengan tujuan meningkatkan ketersediaan hara, menyimpan air dan dapat mengurangi penggunaan pupuk anorganik yang berlebihan karena dapat menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan. Selain limbah pertanian, pengelolaan limbak kotoran ternak yang ramah lingkungan dapat dimanfaatkan sebagai campuran media tanam untuk mendukung pertumbuhan dan hasil tanaman.
“Hal inilah yang dapat dijadikan potensi dalam mendukung produktivitas lahan dan sebagai alternatif dalam pemupukan pada budidaya tanaman yang lebih efisien dan sehat secara lingkungan,” ujar dosen pada Program Studi Agroteknologi itu.
Selain itu, Deseriana Bria, SP., M.Si pada kesempatan yang sama mengatakan, bahwa biochar dari sekam padi ini dapat memperbaiki sifat tanah baik dari segi fisik, biologi maupun kimia. Biochar sangat mudah diperoleh bahannya dan mudah dibuat karena dapat memperbaiki struktur tanah.
“Struktur yang baik mendukung tanah menjadi lebih gembur, ruang pori terisi air dan udara sehingga memudahkan dalam penyerapan hara,” ungkap Bria.
Terkait kegiatan tersebut, dosen pada Program Studi Agribisnis, Boanerges Putra Sipayung, SP., MP menambahkan adanya kegiatan ini membuat masyarakat dapat meningkatkan pengetahuan petani mengenai manajemen agribisnis subsistem budidaya sayuran terkait analisis pendapatan, biaya tetap, biaya variabel, nilai investasi dalam usaha, nilai maintenance alat, waktu kerja dan penggunaan tenaga kerja.
“Jadi lebih efisiensi produksi melalui sistem tanam vertikultur dibandingkan penanaman di bedengan terlebih saat musim kemarau,” tutur Boanerges.
Sementara itu, Ketua KWT Mawar, Elisabeth Rusae, mengaku, edukasi mengenai sistem vertikultur ini baru pertama kali diketahui saat adanya kegiatan pengabdian dari tim Dosen Fakultas Pertanian Unimor dengan menerapkan sistem tersebut sangat memudahkan pihaknya dalam melakukan budidaya sayuran.
Selain itu, katanya, adanya pipa vertikultur pada budidaya sayuran ini dapat menghasilkan jumlah sayuran lebih banyak pada lahan pekarangan terbatas membuat lebih efisien dalam penggunaan lahan.
“Kami siap menerima kegiatan lanjutan lainnya dan meminta agar kerja sama pihak yang terlibat dengan KWT Mawar tidak sampai di sini saja. Kami minta pendampingan yang berkelanjutan dibutuhkan sampai KWT lebih terampil dalam menerapkan sistem vertikultur ada lahan pekarangan untuk peningkatan pendapatan rumah tangga,” harap Elisabeth.
Kegiatan yang sudah dimulai sejak 23 Juni 2021 tersebut diharapkan menjadi media belajar bagi masyarakat dan mahasiswa dalam meningkatkan produktifitas lahan pekarangan melalui sistem vertikultur.
Kegiatan ini juga menjadi salah satu perwujudan program merdeka belajar kampus merdeka di mana mahasiswa terlibat pada kegiatan-kegiatan ilmiah langsung di lapangan dengan prinsip “learning by doing”. (siu)