Oleh Markus Makur
Secara pribadi, saya belum pernah bertemu Pater Henri Daros, SVD. Hanya bertemu di dunia media sosial. Beberapa tulisannya di media sosial sempat saya komentar dan suka serta inbox.
Setiap teman facebook yang berteman dengan Pater Henri Daros, SVD mengomentari postingannya selalu dibalasnya satu per satu. Tahun 2019 lalu, saya mau angkat tulisan tentang Serambi Soekarno yang didirikannya. Waktu itu saya ingin wawancara lewat whatsapp dengan Pater. Saya kirim pesan lewat inbox di akun media sosial facebook. Pater balas bahwa dia tak pakai aplikasi whatsapp. Akhirnya rencana itu tidak terwujud hingga saat ini. Mohon maaf Pater kalau saat itu saya bertanya aplikasi whatsappnya. Entah sekarang Pater sudah memiliki aplikasi whatsapp atau tidak, saya juga kurang tahu.
Cerita di Kampung
Tahun 2020 lalu, saya pergi liput di Kecamatan Elar Selatan dan Desa Golo Nderu, Manggarai Timur bersama dengan seorang anggota keluarga. Saat itu kami bercerita tentang keunikan di kampung Pater Henri Daros, SVD. Lalu anggota keluarga itu cerita tentang kebiasaan Pater Henri Daros, SVD saat liburan dari Negeri Sakura, Jepang yang membaca buku berjam-jam.
Keluarga itu bilang bahwa membaca buku sebagai nafas kehidupan dari Pater Henri. Bahkan disiplin waktu seperti sarapan pagi, sesudah itu membaca buku lagi. Istirahat makan siang, lalu melanjutkan membaca buku. Ada waktu bercerita dengan keluarga. Begitupun saat malam hari, makan malam bersama keluarga, dilanjutkan membaca buku dan dilanjutkan istirahat malam. Begitu rutinitas saat liburan dari Jepang.
Anggota keluarga itu mengatakan, kami sekeluarga belajar dari Pater dengan waktu adalah membaca. Waktu adalah membaca. Selesai liputan saya bersama anggota keluarga itu mengunjungi kampung halaman orang tuanya Pater Henri di Koit, Pejek, Desa Golo Nderu, Kecamatan Kota Komba Utara, Kabupaten Manggarai Timur, NTT.
Saat itu tujuan kami mengunjungi kampung itu untuk melihat tuna (belut) mistis sebagaimana diceritakan banyak orang tentang keunikan belut tersebut yang tidak boleh ditangkap. Saat itu kami tidak dapat melihat belut itu karena kami tidak melakukan ritual adat. Akhirnya kami pulang ke Kota Borong.
Tiga hari lalu di group whatsapp Forum Wartawan NTT dan Dunia diinformasikan bahwa Pater Henri Daros, SVD sedang sakit. Saat saya sedang berbicara dengan seorang imam SVD yang tinggal satu tempat dengan Pater Henri Daros, SVD di biara di Kabupaten Ende, saya menyempatkan diri menanyakan informasi terkait kesehatan Pater Henri Daros, SVD. Jawabannya masih sedang dirawat.
Kisah Majalah Dian
Dulu Majalah Dian tersebar luas hingga di pelosok dan paroki di wilayah Manggarai. Ternyata kekuatan di balik itu setelah saya membaca beberapa referensi yang ditulis wartawan di media online ternyata Pater Henri adalah Ketua Yayasan Dian. Sabda harus membumi lewat narasi.
Memang saya tidak sering membaca Majalah Dian karena keterbatasan akses. Tapi saya pernah membaca satu kali saat kelas IV Sekolah Dasar Inpres Redek Hawe, 1984. Saya lupa siapa memberikan Majalah Dian kepada saya, mungkin waktu itu ada guru di sekolah yang langganannya. Entahlah.
Sejak saat itu saya bercita-cita menjadi wartawan. Saya ingat cita-cita tersebut hingga sekarang.
Dulu Majalah Dian menjadi bahan bacaan di paroki dan sekolah di Manggarai. Menanyakan majalah apa yang pertama di Manggarai, setiap orang pasti menjawabnya Majalah Dian.
Dari Koit untuk Dunia
Kampung Koit terletak di Desa Golo Nderu. Melihat masa lalu kampung ini mungkin berada di daerah terpencil. Tidak ada kendaraan waktu itu. Hanya bermodalkan kekuatan telapak kaki untuk jalan. Tapi dari kampung itu lahirlah orang-orang hebat dengan karya yang mendunia.
Dari Kampung Koit, di pelosok Manggarai Timur untuk gereja, Indonesia dan dunia. Apalagi inisiatif Pater Henri Daros, SVD mendirikan Serambi Soekarno di Biara Santo Josef Ende, Kabupaten Ende, NTT.
Wartawan hebat lahir dari rahim majalah Dian. Banyak wartawan hebat di Indonesia dan NTT yang lahir dari rahim Majalah Dian.
Majalah Dian seperti rahim seorang ibu yang melahirkan generasi-generasi wartawan dan penulis hebat di Indonesia dan NTT bahkan mungkin di luar negeri.
Majalah Dian menjadi garam dan terang dunia di bumi Flores, NTT, Indonesia dan dunia. Dari gelap terbitlah cahaya lewat karya jurnalistik serta narasi-narasi yang mendidik generasi NTT di masa silam.
Selamat jalan Pater Henri Daros, SVD. Menyanyi dan ciptalah lagu rohani dari surga. Menulislah bagi kami yang sedang berziarah di dunia ini. (*)
- Penulis, jurnalis di Manggarai Timur