KUPANG KABARNTT.CO— Mahasiswa Manggarai Barat yang tergabung dalam Forum Advokasi Mahasiswa Manggarai Barat (FADMMAB) Kota Kupang. Menyebut pembangunan geothermal (panas bumi) untuk pembangkit tenaga listrik di Desa Wae Sano Kecamatan Sano Nggoang, Manggarai Barat bersifat merusak.
Proyek yang diwacanakan sejak tahun 2017 ini masih diwarnai pro kontra di tengah masyarakat Manggarai Barat. Penolakan proyek ini datang dari berbagai kalangan. Salah satunya dari Forum Advokasi Mahasiswa Manggarai Barat (FADMMAB) Kota Kupang.
Ketua FADMMAB Kota Kupang, Oan Putra, menyatakan pertimbangan dampak lingkungan, sosial, dan budaya yang timbul dari proyek ini merupakan dasar penolakan FADMMAB.
“Kita tentunya menyayangkan kehadiran proyek geothermal di tengah maraknya krisis multiaspek hari ini. Krisis air minum, SDM lemah, kemiskinan dan lain sebagainya yang masih melekat dengan masyarakat Manggarai Barat secara umum hingga kini belum teratasi, malah menghadirkan model pembangunan yang mengancam keberlangsungan kehidupan masyarakat Manggarai Barat, lebih khusus masyarakat Desa Wae Sano. Pembangunan yang dicanangkan dekat dengan pemukiman ini jelas mengabaikan konsep pembangunan, baik itu secara lingkungan, sosial maupun budaya. Ini jelas kami tolak,” tegas Putra dalam rilis yang diterima media ini, Senin (31/5/2021).
Putra mengingatkan, sumber mata pencaharian utama masyarakat Desa Wae Sano terancam dengan kehadiran proyek geothermal ini. Sektor primer seperti pertanian dan perkebunan yang menjadi mata pencaharian utama masyarakat Desa Wae SSno terancam oleh kehadiran proyek ini.
“Bagaimana tidak? Areal pembangunan geothermal ini berada di atas lahan produktif yang telah ditanami kopi, vanili, cengkeh, kakao, kemiri, pisang, mahoni, keladi, kelapa dan jenis komoditi lainnya yang menjadi sandaran utama sumber penghidupan masyarakat,” kritiknya.
Pemerintah Kabupaten Manggarai Barat, kata Putra, seharusnya mendorong sektor pariwisata agar diberdayakan demi mendongkrak pertumbuhan ekonomi Desa Wae Sano.
“Danau Sano Nggoang memiliki predikat sebagai danau vulkanik terbesar di NTT. Seharusnya ini menjadi obyek wisata prioritas pengelolaan sekaligus pemberdayaan dari Pemkab Mabar demi mendongkrak pertumbuhan ekonomi Desa Wae Sano. Bukan malah membangun proyek geothermal yang secara langsung memberikan pengaruh buruk terhadap masyarakat.” Jelas Putra.
Putra mengatakan, pada prinsipnya pembangunan perlu didukung karena pembagunan itu muaranya untuk kesejahteraan massyarakat.
“Namun kita perlu memilah pembangunan yang berdampak baik dan buruk. Realita yang terjadi, substansi pembangunan proyek geothermal ini mengabaikan konsep pembangunan secara lingkungan, sosial dan budaya. Kalau proyek ini direalisasikan, jelas ini berdampak buruk bagi keberadaan masyarakat Wae Sano,” katanya. (den)