Ketika Bupati-Wabup Sumba Barat Daya Mendaki Bukit Mengejar Belalang

HAMA belalang tidak boleh berkembang terus di Sumba Barat Daya (SBD). Tidak boleh pergi keluar wilayah dengan risiko. Berarti kami harus segera punahkan,  tapi dengan kerja cerdas.”

Pernyataan simpatik tetapi tegas ini dikatakan Bupati Sumba Barat Daya (SBD), dr. Kornelius Kodi Mete, terkait serangan hama belalang di SBD. Belalang jenis kumbara sudah menyerbu SBD sejak Selasa (27/7/2021) lalu. Musuh utama para petani di daratan Sumba ini terlihat pertama di Desa Tema Tanah dan Desa Pada di Kecamatan Wewewa Timur.

Bacaan Lainnya

“Semua komponen masyarakat harus terlibat, caranya adalah mencari induknya dan mencatat di mana ia hinggap. Karena apa? Begitu dia hinggap dia langsung bertelur dan telur akan menetas pada waktu tertentu, dan itulah yang kita jaga kapan waktu itu dan kita lihat ada tetasan tidak,” ungkap Kodi Mete di Puspem Kadula, Tambolaka, Senin (2/8/2021).

Mantan Kepala Dinas Kesehatan NTT ini mengatakan, mengatasi hama belalang sudah menjadi tekad Pemkab SBD bersama masyarakat. Karena itu dia menegaskan harus ada langkah-langkah lebih lanjut lagi untuk memastikan belalang dapat diatasi di SBD.

“Hari ini kita petakan. Sore ini kita kirim petugas untuk melakukan penyemprotan dan sisanya besok pagi lagi, karena tentunya kita tidak akan bekerja sampai larut malam. Kita perlu istirahat dan di pagi hari sekitar jam 4 dan 5 pagi sampai jam 9 kita lanjutkan lagi penyemprotan hama belalang ini,”  tandasnya.

Belalang (warna coklat) terlihat hinggap di ranting dan dahan tanaman

Hal senada disampaikan Wakil Bupati SBD, Marthen Christian Taka, S.IP. Chris mengatakan, semua komponen harus bekerja sama dengan pemerintah, baik itu petani maupun masyarakat secara keseluruhan.

Chris mengatakan, hama belalang bukan hal baru untuk SBD. Karena hama belalang ini sudah berulang kali muncul dalam dekade yang sangat lama di tahun 90-an dan sekarang mulai muncul kembali.

“Berarti masyarakat dan petani pada umumnya sudah sangat pahami binatang ini. Dengan demikian harapan kami kemampuan yang ada di masyarakat betul-betul harus dimanfaatkan secara arif menghadapi hama ini,” jelasnya.

Christ mengatakan, karena hama ini tidak bisa diajak mengikuti kemauan manusia, maka  manusia yang harus mengikuti kemauannya. “Pada akhirnya kita tekan dan basmi populasinya dan bila perlu musnahkannya di SBD,” tegas Christ.

Christ juga mengharapkan adanya kerja sama yang baik antara Satuan Tugas (Satgas) yang di bentuk oleh Bupati SBD ntuk penanganan hama belalang ini. Karena di satu sisi petani hanya punya semangat untuk menekan dan tidak boleh menyerang tanaman pertanian.  Tetapi di sisi lain dia tidak punya kemampuan membasmi. Artinya bantuan datang dari pemerintah.

“Nah, sejauh ini pemerintah sudah membantu alat dan insektisida, tapi kan ada juga yang tidak mampu, atau kelemahan yang ditangani oleh satgas. Berarti harus kerja sama.  Kalau begitu, mari kita kerja sama, Satgas , seluruh warga masyarakat terutama petani, untuk kita bekerja sama dengan pemerintah khususnya Dinas Pertanian untuk penanganan, pengendalian hama belalang,”  ajak mantan Camat Wewewa Timur ini.

Kodi Mete dan Christ Taka tidak sekadar omong. Tidak asal omong doang. Sudah beberapa hari sejak subuh keduanya terjun  langsung di areal warga bersama Satgas melakukan penyemprotan. Hari Minggu (1/8/2021) lalu, misalnya, duet pemimpin SBD ini terjun ke Desa Dikira, Kecamatan Wewewa Timur sejak pagi-pagi buta.

Sementara itu Kepala Dinas Pertanian SBD, Rofinus Kaleka, SP, menuturkan upaya penanganan hama belalang  terus dilakukan pihaknya sejak hari  pertama muncul di SBD.

“Hari ini hari yang kelima kita bisa menekan sedikit populasinya. Kenapa hanya sedikit? Karena memang hama belalang ini selalu hinggap dan bermalam di tempat-tempat yang medannya sulit. Medan terakhir kemarin itu di puncak bukit Kere Baru yang jaraknya untuk kita mengestafetkan air itu bisa sampai dengan 700 meter,” papar Rofinus.

Rofinus menggambarkan medan di puncak bukit itu sungguh menyulitkan Satgas membawa air untuk penyemprotan. Maka cara yang dilakukan, kata Rofinus, menaikkan air secara estafet. Dengan mengerahkan 30 orang Sat Pol PP, air untuk kebutuhan penyemprotan bisa terpenuhi.

“Masyarakat setempat juga ikut membantu sehingga memudahkan menaikkan air ke  puncak bukit itu dan kita melakukan penyemprotan dari jam 05.00 pagi sampai jam 08.30,”  ungkap Rofinus.

Rofinus mengatakan, Bupati Kodi Mete dan Wakil Bupati Chris Taka juga ikut terjun sampai di bukit membantu penyemprotan. “Bupati dan Wakil Bupati juga ada dan masyarakat ikut membantu. Termasuk lumayan yang berhasil kami tekan populasinya,” jelas Rofinus.

Rofinus  mengatakan, saat ini hama belalang sudah mulai menyebar dan  memasuki desa-desa lain di sekitar desa pertama, yaitu Desa Tema Tana. Kemudian menyebar ke  Desa Maliti Ndari, Ekapata dan terakhir dii Desa Dikira.

Bupati-Wakil Bupati SBD, dr. Kornelius Kodi Mete (kiri), Marthen Christian Taka (kanan)

“Jadi sudah beberapa desa yang kami lalui,  sekarang rencana mau ke Wewewa Selatan tetapi belum pasti karena masih aman. Kemarin malam dan pagi tadi tidak bisa kita lakukan pengendalian, karena kita tidak bisa memantau, posisi wilayah Wewewa itu mendung. Kalau hujan terus selama tiga hari kita di posisi sangat aman,” ujar mantan Kabag Humas SBD ini.

Rofinus  mengapresiasi dukungan dari provinsi. Setelah menginformasikan secara lisan serangan sejak hari pertama Kadis Pertanian Provinsi NTT langsung mengeluarkan surat untuk mengambil  stok obat di Lewa, Sumba Timur.

“Satu-satunya stok yang kita miliki sekarang ini dari provinsi. Yang sementara kita upayakan adalah bagaimana caranya supaya tersedia stok tambahan. Kalau sudah ada kebijakan kita  mungkin akan pinjam di Sumba Tengah,” ungkapnya.

Rofinus juga mengharapkan dukungan dari masyarakat dengan terus memberi informasi atau laporan yang tepat di mana posisi hama belalang ini bergerak. Pasalnya,  belalang bergerak setiap hari dan tidak tinggal diam di satu tempat.

“Para petani yang memiliki lahan padi dan sawah harus bisa menjaga sawahnya. Petani  tidak boleh jadi pesimis dan tidak menanam. Kita akan terus melakukan pengendalian seperti yang disampaikan Pak Bupati. Tidak mungkin kita membasmi sampai tuntas,  tapi kita akan melakukan pengendalian dan terus menekan populasinya sampai ambang ekonomis,  sehingga dia tidak menjadi hama tetapi menjadi makhluk hidup yang hidup seperti biasa dengan kita,” pungkasnya. (ota/advertorial)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *