(Sekadar Bertanya pada Rumput Yang Bergoyang)
Oleh P. Kons Beo, SVD
Ende ternyata tetap ramai. Ramai dalam ribuan tanya di hari-hari belakangan ini. Ke sana ke mari. Isi keramaian itu cuma satu. Tentang proses pemilihan Wakil Bupati Ende, Kamis, 11 November 2021 lalu. Seharusnya, kisah pemilihan itu telah jadi kabar gembira bagi warga Tri Warna Kelimutu. Nyatanya? Tunggu dulu.
Memang, rasanya terlalu lama harus membiarkan Djafar Achmad single fighter memimpin Ende. Tanpa pendamping. Tiada other side untuk satu kemapanan leadership di sebuah kabupaten. Hari-hari panjang sebelum 11 November 2021, adalah momentum penuh kerinduan masyarakat Ende akan datangnya sang pemimpin paketan.
Kini, kerinduan masyarakat semoga ‘cepat sudah ada wakil bupati’ terjawab sudah. Kerja keras elit-elit politik Ende melalui kereta pengusung parpol sudah sampai pada titik final. Iya, itu tadi telah terpilih Wakil Bupati Ende. Dan adalah Erikos Rede dengan enteng mengantongi 23 suara. Ia sekian telak mengalahkan Domi Mere yang melata di 6 suara (saja). Kemenangan tebal memang! Bukan menang setipis ATM, Bro!
Sekilas pintas, Erik telah jadi mesias dambaan masyarakat Ende, yang ditangkap penuh cerdas oleh mayoritas mutlak Wakil Rakyat Ende. Tentu, semuanya tak lepas dari lobi-lobi politik. Penuh zig-zag sana sini. Politik memang adalah rangkaian manuver penuh keramaian, keindahan serentak jadi satu ketrampilan (kelihaian) merancang strategi.
Menang atau kalah itu biasa. Tetapi siapakah yang mau kalah (begitu saja)? Artinya, bila memang mau (ambisi) menang, menanglah dengan cara-cara elegan! Jika mau mengalahkan, kalahkanlah dengan dengan cara-cara terhormat. Tetapi idealisme seorang warga yang terlalu inosent alias lugu mati punya, seperti saya ini, pasti ditertawakan di dalam rana politik nan keras.
Tetap teringat kata-kata seorang teman, asal Ende dan seangkatan di SDK Ende II dulu. “Eja, kau na jangan terlalu lurus. Di politik tu kita mesti gerak lincah dengan cara apa saja.”
Benarkah politik itu imun dari etika dan moralitas? Sungguhkah politik itu tak mempan oleh nasihat atau arahan saleh sekalipun? Politik itu memang punya aroma rumpu-rampenya. Ya, gado-gadolah. Banyak lika-likunya.
Saya jadinya punya bayangan sekadarnya begini: Orang bisa saja jual seikat ubi kayu. Katanya ubi dari Nuabosi, padahal sesungguhnya dari Nangaba, misalnya. Atau bisa saja, orang jual setumpuk kentang di Pasar Wolowona. Kentang asal Roworeke dan dari Moni dicampur begitu saja. Dan tentu hanya penjual sendiri saja yang tahu dari mana persis kentang-kentang itu berasal. Yang lain pasti terkecolah.
Ssssssst. Untuk sementara biarlah seluruh warga Ende tahan dulu senyum gembiranya. Lagi ramai di media sosial sekarang. Inti berita cuma satu: Hasil Pilwabup Ende cacat hukum! Ini gara-gara ada empat parpol tanpa SK DPP. PDIP, PKB, PKPI dan PKS pro Erik disinyalir melaju tanpa tahapan-tahapan hukum seharusnya!
Tak main-main, Umbu Rauta, pakar hukum dari UKSW Salatiga, misalnya, punya harapan besar agar Mendagri mempertimbangkan dengan cermat semua tahapan itu (kabarntt.co). Ada lagi Rudy Kabunang, atas dasar pertimbangan hukum, pun minta Mendagri “Tolak Hasil Pilwakbup Ende”. Sebab katanya, “tidak menimbulkan masalah hukum ke depan, karena yang pasti dengan mudah dibatalkan dalam upaya hukum..”
Hal senada juga disampaikan oleh Koordinator Tim Pembela Demokrasi Indonesia, Petrus Selestinus, SH, yang dinilai cacat yuridis (16.11.2021, suarapemredkalbar.com).
Warga Kabupaten Ende, sebaiknya, urungan niat dulu untuk siapkan tarian ‘gawi’ atau ‘rokatenda’ bersama demi menyambut hari pelantikan Wakil Bupati terpilih. Biarlah Bapa-Ibu legislatif yang terhormat untuk bereskan dulu soal-soal prosedural atau berbagai tahapan. Ya, khususnya dari ke empat partai itu.
Tetapi, ini tetap menyimpan tanya seadanya: Masakan ada empat partai (memang) yang tanpa SK DPP? Apakah ini tidak merupakan satu gerakan kolektif beraroma solidaritas politik? Ataukah bahwa kelancaran Pilwabup Ende ini sudah diarsiteki atau dikendalikan secara piawai penuh ambisi oleh (sekelompok) orang tertentu? Apakah mungkin sebuah sidang paripurna DPRD untuk satu perhelatan amat penting bisa lolos dari ketentuan yuridis sebagai salah satu syaratnya?
Tetapi, bisa saja semua pada tahu bahwa ‘yang macam begini’ sering tidak lari jauh dari kepentingan! Sebab, politik tanpa kepentingan adalah satu lelucon yang tak lucu. Politik yang mengalir tiada ad intentionem tertentu hanyalah kerja makan ongkos yang tidak berguna-guna.
Apakah, misalnya, Nasdem Ende, pun tentu pula Nasdem NTT, tak punya kepentingan tertentu dan punya harapan ke depan bahwa Erikos Rede yang kini telah terpilih jadi Wakil Bupati Ende bisa menjadi pintu atau jalan masuk demi kepentingan politik yang lebih besar?
Bisa pula dibangkitkan satu pertanyaan seadanya, apakah tak mungkin bahwa faktor Djafar Achmad sebagai Bupati Ende telah diperhitungkan pula lebih pada status nyaman-nya dengan Erikos Rede ketimbang bila harus bersanding dengan Domi Mere?
Tidakkah kalkulasi politik dengan segala perhitungannya bukan tak mungkin telah dipetakan? Litania pertanyaan pasti saja terus mengalir dari masyarakat Ende, walau semua hanya sekadar bertanya pada rumput yang bergoyang.
Pasti di hari-hari ini mulai dipikirkan serius oleh keempat Fraksi (PDIP, PKB, PKPI, PKS): Andaikan warga Ende datang kembali, tentang nasib Wakil Bupati, jawaban apa yang pantas diberi?
Apalagi bila harus masuk dalam satu klarifikasi hukum demi duduk manisnya Erik Rede di kursi 02 Kabupaten Ende tercinta.
Kali ini para politisi terkhusus dari keempat partai itu, pun termasuk para pimpinan DPRD Kabupaten Ende yang terhormat masih diuji kehebatannya. Bila sudah berhasil memenangkan Erikos Rede di hari pemilihan, maka kini tugas berikutnya berjuanglah lagi ‘dengan segenap akal budimu, dengan segenap hatimu, dengan segenap jiwamu, dengan segenap tenaga dan dengan kekuatanmu’ agar yang terpilih ini sungguh tiba pada hari pelantikannya. Berjuanglah sejadi-jadinya untuk tidak masukan masyarakat Ende lagi ‘ke dalam pencobaan, tetapi bebaskan semuanya dari segala ‘kejahatan politik.’
Bagaimana pun gong, gendang dan suling sudah siap bagi seluruh warga Kabupaten Ende demi bersorak tarian gembira. Semuanya Pati Ende-Lio Sare…
Verbo Dei Amorem Spiranti
Collegio San Pietro – Roma