LABUAN BAJO KABARNTT.CO–Ratusan warga di Kampung Lobohusu, Desa Golo Bilas, Manggarai Barat mengonsumsi air kali. Sudah puluhan tahun warga setempat menjadikan air kali sebagai sumber utama kebutuhan air.
Muhamad Satu (48), warga Kampung Lobohusu yang ditemui kabarntt.co di kampungnya, Minggu (16/5/2021), menuturkan, sejak puluhan tahun lalu mereka sudah mengonsumsi air kali yang dinamai Wae Mese tersebut.
“Kami menimba air di Kali Wae Mese menggunakan jerigen dan ember, dengan jaraknya hampir 1 km untuk dikonsumsi sebagai air minum. Kami juga pakai air itu utuk masak,” ujar Muhamad.
Kondisi tersebut, kata Muhamad, sudah berlangsung turun temurun hingga saat ini.
Padahal Kampung Lobohusu hanya berjarak sekitar 5 km dari Kota Labuan Bajo yang merupakan kota pariwisata super premium.
Hal senada juga disampaikan Aco Jafar, Ketua RT Lobohusu. Jafar mengisahkan, karena tidak ada air bersih, warga terpaksa mengonsumsi air kali tersebut.
Akibatnya, sebanyak 7 warga masyarakat Kampung Lobohusu termasuk dirinya saat ini terkena sakit batu ginjal dan diare.
“Kondisi ini diketahui setelah melakukan pemeriksaan ke dokter di Labuan Bajo. Usai pemeriksaan, dokter menyarankan untuk mengonsumsi air bersih,” kata Jafar.
Jafar mengaku prihatin terhadap keluarga dan warga di kampungnya. Bahkan saat banjir warga di kampungnya tetap mengonsumsi air kali tersebut yang warnanya kecoklatan.
Warga setempat juga khawatir dengan air kali itu yang diduga tercemar pestisida. Soalnya, sepanjang aliran sungai terdapat areal persawahan warga beberapa desa. Ditambah dengan limbah deterjen bekas cucian warga yang berada di pinggir sungai.
Sebagaimana disaksikan media ini di lokasi, puluhan warga dan anak-anak melintas di areal persawahan menuju Kali Wae Mese membawa beberapa jerigen dan ember sebagai wadah air.
Berkisar 500 meter mereka harus melintas di areal pematang sawah milik warga untuk mencapai lokasi.
Warga yang mayoritas petani dan buruh tersebut berharap ada perhatian pemerintah terkait kondisi mereka saat ini.
“Kami berharap pemerintah perhatikan kondisi kami di sini agar kami mengonsumsi air minum yang layak,” kata Jafar diamini warga lainnya.
Untuk menuruti saran dokter, kata Jafar, dirinya dan beberapa teman yang terkena sakit batu ginjal terpaksa membeli air galon, jika sewaktu-waktu mobil pick up penjual air melintas di kampungnya.
“Itu pun jika penjual galon sempat melintas ke kampung kami, akan tetapi faktanya jarang mereka ke sini. Karena mereka pun enggan melintas di sini dengan kondisi jalan menuju kampung yang rusak parah,” sesalnya.
Kepala Desa Golo Bilas, Paulus Nurung, membenarkan kondisi itu. Sumber air dari Kali Wae Mese, kata Nurung, tidak layak konsumsi karena kotor.
Warga setempat, kata Nurung, sudah mengonsumsi air tersebut sejak direlokasi dari kampung sebelumnya di Lengkong Pau, tahun 1969 silam.
“Namun kondisi ini sudah diusulkan melalui Musyawarah Pembangunan Desa (Musrenbangdes),” ujar Paulus.
Diakuinya, saat ini Perumda Wae Mbeliling merespon baik atas usulan tersebut. Rencananya tahun 2022 mendatang warga akan mendapatkan layanan air bersih. (obe)