TAMBOLAKA KABARNTT.CO—BKKBN Provinsi NTT menandatangi MoU tentang keterpaduan pelaksanaan program Bangga Kencana dengan pembangunan keluarga sejahtera sesuai perspektif iman Kristiani dalam rangka percepatan penurunan stunting, angka kematian ibu dan angka kematian bayi, Kamis (21/10/2021) di Keuskupan Weetabula, Tambolaka.
Penandatanganan Program Pembangunan Keluarga, Kependudukan dan Keluarga Berencana (Bangga Kencana) dilakukan oleh Kepala Perwakilan BKKBN NTT, Marianus Mau Kuru, SE, MPH, dan Mgr. Edmund Woga, C.SsR selaku Uskup Keuskupan Weetebula disaksikan oleh Kepala DP2DP3KB Kabupaten SBD, drh. Octavina TS Samani.
Adapun tujuan nota kesepahaman ini adalah untuk melakukan langkah-langkah bersama dalam upaya memberikan sosialisasi dan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) kepada masyarakat/keluarga, edukasi dan promosi bersama sehingga terwujud keluarga bahagia sejahtera/keluarga yang bertanggung jawab sesuai dengan perspektif kristiani.
Usai penandatanganan MoU, Kepala Dinas P2DP3KB SBD, drh. Octavina TS Samani, kepada media ini mengatakan BKKBN dengan Keuskupan Weetabula sepakat untuk melakukan langkah-langkah bersama dalam upaya memberikan sosialisasi dan KIE (komunikasi, informasi dan edukasi) kepada masyarakat/keluarga sehingga terwujud keluarga yang bahagia sejahtera/keluarga yang bertanggung jawab sesuai dengan perspektif Kristiani yang merupakan harapan dan tujuan semua pihak.
“Selain dengan Keuskupan Weetabula, BKKBN Provinsi NTT juga sudah melakukan penandatanganan MoU dengan Sinode GKS di bulan Juni yang lalu,” ungkapnya.
Lebih lanjut Octavina menjelaskan, kedua belah pihak akan melaksanakan sosialisasi dan KIE kepada masyarakat, jemaat tentang Program Bangga Kencana sebagai salah satu upaya percepatan penurunan stunting, penurunan angka kematian bayi dan angka kematian ibu pada saat hamil yang disebabkan karena kehamilan yang tidak terencana/tidak diinginkan, serta pada saat melahirkan dan masa nifas.
Menyelenggarakan berbagai kegiatan sosialisasi dan KIE kepada keluarga, calon pengantin (calon pasangan usia subur), remaja, lansia dan kaum wanita dalam upaya meningkatkan pemahaman dan peran serta dalam rangka mewujudkan keluarga berkualitas dan bertanggung jawab sesuai dengan prespektif kristiani.
Melakukan berbagai upaya pencegahan stunting dari hulu melalui screening kesehatan untuk mengetahui kondisi risiko melahirkan anak stunting pada calon pengantin berdasarkan output aplikasi ELSIMIL (Elektronik Siap Menikah Siap Hamil) sebagai aplikasi pendamping keluarga.
“Edukasi perencanaan berkeluarga dan pengasuhan keluarga sehat melalui Kursus Persiapan Perkawinan Katolik, melakukan sosialisasi dan edukasi kepada para suami terkait peran suami/ayah dalam membangun keluarga secara terencana untuk mewujudkan keluarga berkualitas dan bertanggung jawab.Melakukan peningkatan peran tokoh agama dalam pemberdayaan masyarakat untuk mencapai keluarga yang berkualitas, berketahanan dan keluarga bahagia sejahtera” tambahnya.
Octavina menjelaskan semua sudah tertera dalam nota kesepahaman (MoU) yang akan merupakan rencana tindak lanjut dari kedua belah pihak.
“Sedangkan kami dari kabupaten akan mengunjungi paroki-paroki untuk melakukan hal yang sama, dengan MUI belum dilakukan, nanti Kepala Perwakilan NTT akan datang lagi,” pungkasnya. (ota)