LABUAN BAJO KABARNTT.CO–APEKAM (Asosiasi Petani Kopi dan Jahe Manggarai) melaunching dan meresmikan Kafe Bengkes Coffee di Jalan Trans Flores, di Wae Gulang, Desa Cireng, Kecamatan Satarmese Utara, Kabupaten Manggarai.
Hadir saat peluncuran tersebut, Direktur Utama BPOLBF, Shana Fatina, beserta rombongan BPOLBF, Ketua APEKAM, Petrus Salestinus Palis, beberapa pastor di Paroki Ketang-Manggarai dan warga Ketang.
Ketua APEKAM, Petrus Salestinus Palis, menerangkan awal pendirian kafe tersebut berkat inspirasi dari studi banding kopi di Magelang dan Banyuwangi yang difasilitasi oleh BPOLBF Maret lalu.
“Sejak saat itu kami kami berpikir untuk membuka kafe ini dan siap mengaktualisasikan kegiatan itu, salah satunya dengan mendirikan kafe ini,” kata Selestinus.
Salestinus mengataka, “Banyak hal yang didapat berkat kerja sama dengan BPOLBF, khususnya konsep-konsepnya, termasuk asal mula ide pendirian kafe Bengkes Coffee ini,” kata Selestinus.
Asosiasi APEKAM lahir dari rahim para petani kopi, sebagai bentuk protes akibat ketimpangan harga dan jerih payah para petani kopi yang tak sebanding. Sementara fakta yang terjadi brand kopi Manggarai saat ini begitu mendunia tetapi tidak seimbang dengan kemakmuran para petani kopi itu sendiri.
“Karena itu kami lahir benar-benar berpihak pada kepentingan petani yang transpan, kredibel, akuntabel. Selain petani, Gereja Katolik melalui Paroki Rejeng Ketang juga terlibat secara aktif dalam asosiasi tersebut melalui keterlibatan beberapa pastor sebagai penasihat di dalam struktural organisasi APEKAM,” kata Selestinus.
Jenis kopi yang ditawarkan kepada pengunjung Kafe Bengkes Coffee di antaranya adalah jenis arabika S795, arabika yellow catura dan andong sari juga robusta. Selain itu Bengkes Coffee juga menyajikan teh _cascara (Coffee Cherry tea) yang berbahan dasar kulit kopi yang sudah dikeringkan.
Pendirian kafe diharapkan dapat makin luas lagi memperkenalkan produk kopi dan jahe APEKAM. Selain sebagai tempat minum, kafe tersebut juga diharapkan bisa menjadi tempat diskusi bagi anggota APEKAM sehingga keseluruhan aktivitas dan progres APEKAM mampu memberi kesejahteraan bagi anggotanya yaitu para petani kopi itu sendiri.
Direktur Utama BPOLBF, Shana Fatina, menyampaikan antusiasmenya atas inisiatif pihak Apekam yang berupaya mewujudkan secara konkrit ilmu yang didapat dari berbagai diskusi bersama selama ini dan juga hasil pengamatan dari studi banding Maret lalu.
“Kafe ini hadir atas inisiatif mereka dan BPOLBF hanya mensuport bahwa mereka bisa melakukan ini. Bayangkan hanya dalam waktu 14 hari yang awalnya cuma ngobrol santai, namun saat ini Apekam berhasil membuat kafe seperti ini. Hal yang sangat luar biasa,” kata Shana.
Apekam benar-benar punya komitmen luar biasa. Selain kafe Apekam ingin kopi Manggarai dijadikan destinasi agrowisata baru yang bahkan bahkan telah didiskusikan dengan Bupati Manggarai.
Selain itu, segala persiapan menuju destinasi agrowisata kopi dan jahe secara struktural sudah ada persiapan, di antaranya sangar tari, musik, pemasaran kopi yang melibatkan petani dan anak-anak muda.
“Semua potensi sudah mulai kelihatan, sehingga aktivitas ini sudah masuk kategori Pariwisata ekonomi kreatif dan yang paling penting adalah komitmen mereka dengan semua stakeholder,” kata Sshana.
Shana, _untuk mempersiapkan segala sesuatunya bukan dilakukan secara tiba-tiba, ada proses yang sangat panjang untuk bisa menyamakan persepsi dan gagasan dengan mengedukasi masyarakat tentang potensi kopi sebagai salah satu kearifan lokal Manggarai, sehingga semua pihak bisa mensupport dan bisa berperan aktif sesuai kapasitasnya masing-masing. (obe)