Tanggal pelantikan dr. Kornelius Kodi Mete dan Marthen Christian Taka,S.IP, menakhodai Kabupaten Sumba Barat Daya (SBD) boleh dibilang tanggal hoki. Catat tanggalnya. 8 September 2019, 8 /9/2019. Hari Minggu. Hari di mana umat Kristiani yang merupakan mayoritas warga SBD menuju gereja mengikuti ibadat hari Minggu. Bagi orang Katolik 8 September itu Pesta Kelahiran Santa Maria.
Maka, dapat dibilang tanggal dan hari pelantikan duet Kodi Mete-Chris Taka punya berkat. Berkat terselubung. Berkat bagi SBD. Berkat untuk perjalanan pemerintah.
Usai dilantik Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat, duet yang maju bertarung dengan sandi politik Kontak ini langsung tancap gas. Mengusung program dengan nama 7 Jembatan Emas, Kodi Mete-Chris Taka mematok tekad membawa SBD maju dalam setiap derap langkah pembangunan. Keduanya bertekad menjadikan SBD gerbang masuk Sumba.
Bupati Kodi Mete meyakinkan, dalam kepemimpinannya sebagai Bupati Sumba Barat Daya akan memprioritaskan pembangunan di desa-desa dengan mengusung program 7 Jembatan Emas. Tujuh jembatan emas itu, yaitu Desa Bercahaya, Desa Berair, Desa Berkecukupan Pangan, Desa Sehat, Desa Cerdas, Desa Tenteram, dan Desa Wisata.
“Tujuh sektor ini akan menjadi prioritas kami dalam pembangunan Sumba Barat Daya lima tahun ke depan,” kata Mantan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi NTT ini.
Sangat tepat duet Kodi Mete-Chris Taka menjadikan desa sebagai titik bidik pembangunan. Alasannya jelas. Desa menjadi tempat tinggal paling banyak warga. Lebih dari 70 persen warga SBD tinggal dan menetap di desa.
Wakil Bupati, Crist Taka, juga sepikiran dengan Kodi Mete. Kepada kabarntt.co, Selasa (26/10/2021) lalu, Chris mengatakan, fokus Pemerintah Kabupaten SBD sekarang adalah membangun desa. “Kita fokus di desa, membangun desa. Karena warga SBD lebih banyak tinggalnya di desa,” kata Christ.
Christ kemudian menguraikan seperti apa Program 7 Jembatan Emas. Program pertama, Desa Berair, kata Christ, dimaksudkan agar akses masyarakat SBD terhadap air bersih untuk kebutuhan sehari-hari terpenuhi.
“Dan memang sudah jalan. Sudah lebih dari 100 desa terlayani air bersih. Memang Desa Berair itu tidak dalam arti desa akan jadi lumut karena banyak air, tetapi bahwa kebutuhan warga akan bersih perlahan-lahan terpenuhi,” kata Christ Taka.
Desa Bercahaya, kata Christ Taka, juga sudah berjalan. Christ tidak bisa memungkiri kalau topografi SBD yang berbukit seperti di daerah Wewewa umumnya menjadi kesulitan tersendiri buat PLN memasang tiang dan menarik jaringan listrik.
“Tetapi warga mulai bisa memenuhi kebutuhan listrik dengan lampu tenaga matahari,” kata Christ Taka.
Desa Berkecukupan Pangan, papar Christ, menjadi primadona. Chris mengatakan, potensi pertanian di SBD luar biasa. Daerah Kodi terkenal dengan lahan yang rata dan luas.
Sementara wilayah Wewewa terkenal karena subur. Buah-buahan dan sayur mayur semua ada di Wewewa. Rambutan, jahe merah, durian, cengkeh, kakao berlimpah di tanah Wewewa.
Warga Kodi dan Wewewa juga ulet. Karena itu pemerintah tidak ragu kalau sektor pertanian menjadi sektor yang sangat menjanjikan. Pemerintah tidak yakin orang SBD mati karena lapar. Mereka punya banyak makanan alternatif.
“Orang Sumba kalau lapar itu artinya mereka tidak ada beras. Hanya orang malas saja yang mati di SBD. Orang Kodi sudah rajin menggarap lahan. Orang Wewewa terkenal ulet bertarung. Pemerintah tidak sulit dan selalu optimis ketahanan pangan warga SBD pasti aman. Kalau ada warga yang antre raskin, itu wajar saja karena namanya bantuan murah siapa tidak mau?” kata Christ Taka.
Dengan program Desa Sehat, kata Christ, pemerintah terus menerus mengedukasi masyarakat akan pentingnya kesehatan bagi warga. Tenaga kesehatan seperti bidan desa, kader posyandu ditempatkan hingga ke desa-desa. Mereka menjadi garda depan mengedukasi masyarakat untuk membangun pola hidup sehat.
Dengan program Desa Cerdas, jelas Christ, Pemerintah Kabupaten SBD sudah memulai dengan memberikan beasiswa kepada mahasiswa asal SBD di luar daerah. Christ mengaku mahasiswa SBD yang kuliah di Malang, Jawa Timur, lebih dari seribu orang.
“Rektor satu perguruan tinggi sampai datang dan berterima kasih kepada pemerintah karena di kampusnya begitu banyak orang dari SBD,” tutur Christ.
Dan, Pemkab SBD tidak tutup mata terhadap para pelajar dan mahasiswa yang sementara mengenyam pendidikan di luar daerah. Bantuan beasiswa misalnya, sudah diberikan. Hanya pandemi Covid-19 yang mendera mengakibatkan banyak anggaran direfokusing dan direalokasi sehingga bantuan beasiswa belum bisa dilanjutkan.
Tetapi Christ bangga dengan mentalitas orang SBD yang terkenal survive. Hasrat mereka menimba ilmu sampai ke luar daerah luar biasa. “Itu yang membanggakan, sehingga pemerintah tidak tutup mata. Sayang, dua tahun terakhir ini kita pandemi Covid-19 sehingga banyak dana direfokusing. Kalau kondisi sudah normal, tentu kita bisa membantu lagi para mahasiswa dengan bantuan beasiswa,” tandasnya.
Terkait Desa Aman, kata Christ, SBD sekarang sudah sangat aman. Hal itu dimungkinkan karena sudah ada Polres dan Kodim di SBD. “Sekarang sudah aman sekali. Kehadiran Polres dan Kodim sangat terasa efeknya. Terima kasih kepada Pak Kapolres dan Pak Dandim,” kata Christ.
Desa Wisaa, kata Christ, sangat beralasan menjadi program pemerintah. Sumba itu dijuluki pulau paling indah di dunia. Pulau yang sangat eksotik. Potensi wisatanya komplit. Wisata bahari luar biasa. Hampir sepanjang garis pantai di SBD menyajikan panorama alam pantai yang indah. Pasir putihnya luar biasa. Air lautnya teduh dan tenang. Wisata budaya juga luar biasa.
Dengan potensi hebat itu, kata Christ, Pemkab SBD bertekad menjadikan SBD sebagai pintu masuk Sumba untuk sektor pariwisata. “Potensi pariwisata SBD itu bahari. Itu jualan utama kita,” kata Christ.
Kondisi faktual memang seperti itu. SBD sangat terkenal dengan pantai-pantainya. Pantai Mandorak, Pantai Pero, Pantai Mananga Aba adalah satu dua contoh pantai yang eksotis di SBD.
Christ mengaku 7 Jembatan Emas ini yang menjadi bidikan dan titik fokus pemerintah sekarang. Bersama Bupati Kodi Mete, Christ yakin tidak lama lagi SBD akan maju pesat.
Bersama Bupati Kodi Mete, Christ yakin dukungan dari warga yang menetap di 173 desa, 2 kelurahan dan 11 kecamatan, juga para abdi negara (ASN), SBD akan segera mereguk nikmatnya pembangunan di segala sektor.
Spirit Loda Wee Maringi, Pada Wee Malala menyatukan semua energi masyarakat untuk begerak maju bersama pemerintah menyongsong hari esok yang lebih cerah dan indah.
“Loda Wee Maringi, Pada Wee Malala itu artinya wilayah yang sejuk, tanah yang subur. Semboyan ini yang menyatukan semua energi, membakar semangat yang sama untuk terus bergerak maju merenda masa depan yang lebih baik dan lebih indah,” tandas Christ Taka, yang digadang-gadang Partai Golkar untuk maju bertarung sebagai Bupati SBD pada Pemilukada 2024 nanti. (tony kleden)