Revolusi Pertanian Malaka, Conditio Per Quam Ala SBS

Ilmu sosial membedakan tiga tipologi perubahan, yakni evolusi, revolusi dan reformasi. Evolusi  adalah perubahan besar dan menyeluruh yang terjadi dalam jangka waktu lama. Merujuk pada teori  Charles Darwin, perubahan kera jadi manusia adalah contoh evolusi paling ekstrem.

Sedangkan revolusi adalah perubahan besar menyeluruh yang terjadi dalam jangka waktu yang lebih singkat dari evolusi. Contohnya Revolusi Perancis yang terjadi pada 1789 sampai 1790-an.

Bacaan Lainnya

Sementara reformasi adalah perubahan bentuk atau pergantian yang terjadi pada waktu tertentu. Contohnya adalah reformasi di Indonesia pada 1998, yang menggantikan rezim orde baru dengan rezim reformasi.

Lahan sawah yang menghampar di Malaka

Ada sejumlah pemicu atau alasan yang menyebabkan terjadi perubahan sosial seperti di atas.

Maka ketika Bupati Stef Bria Seran (SBS) menelurkan Revolusi Pertanian Malaka (RPM), publik NTT, utamanya rakyat Malaka, seperti tersengat. Terkaget-kaget. Tidak percaya.  Dalam memori publik tidak pernah terdengar ada desain program pemerintah dengan menggunakan diksi ‘revolusi’.

Mengapa mesti revolusi untuk sektor pertanian di Malaka? Apa yang selama ini belum beres atau salah di Malaka dengan sektor pertanian?

Mari berpikir jernih. Bebas dari kepentingan sehingga tidak bias penilaian. Mestilah diakui, Kabupaten Malaka merupakan salah satu kabupaten di daratan Pulau Timor yang sangat subur dibanding dengan kabupaten-kabupaten lain. Malaka subur seperti kabupaten-kabupaten di daratan Flores khusus dari Ende ke barat.

Topografinya lumayan baik. Rata seperti Sumba Barat Daya. Ini berbeda dengan Kabupaten Ende, Ngada, Nagekeo dan tiga Manggarai yang juga terkenal subur. Sebagian kabupaten di daratan Flores yang disebut di atas sangat subur. Yang kurang adalah topografinya yang bergunung dan berbukit itu mengakibatkan pembangunan infrastruktur jalan raya menjadi sulit dan sangat mahal. Seterusnya, sulitnya sarana jalan itu  menutup aksesibilitas warga ke kota dan atau ke pasar.

Sebaliknya Malaka, daerahnya rata, tidak bergunung dan berbukit. Pembangunan sarana jalan tidak mahal dan tidak sesulit medan di Flores. Kalau hari ini belum banyak jalan dibangun di Malaka, itu juga akibat sejarah ketika Malaka masih bergabung dengan Kabupaten Belu di mana pemerintah dengan keterbatsan dana menentukan prioritas-prioritas pembangunan yang harus dikerjakan.

Bupati Malaka, Stef Bria Seran, mengemudi satu tratktor besar.

Dengan keunggulan komparatif seperti ini, Malaka mestinya sudah jauh lepas landas untuk urusan pencapaian kesejahteraan. Tetapi mengapa tidak begitu? Mengapa Malaka masih termasuk satu kabupaten miskin di NTT?

Agaknya pertanyaan gugatan seperti ini juga mengganggu benak dan merasuk hati sosok bernama Stef Bria Seran, bupati perdana Malaka yang lebih kondang dengan panggilan SBS.

Latar belakang sebagai seorang dokter sangat mempengaruhi pola pikir dan pola tindaknya. SBS bukan tipe orang yang bisa diam berlama-lama. Dia cepat bereaksi. Cepat ‘panas’. Menghadapi setiap persoalan SBS tidak mau lama-lama melihat. Dia ingin cepat bertindak. Mencari jalan keluar.

Langgamnya memimpin adalah langgam seorang penerobos, bahkan penerabas. Langgam ini mirip Ben Mboi ketika memimpin Nusa Tenggara Timur 1977-1988. Tegas, tidak neko-neko, to the point, pasti, terukur dan jelas.

Penampilan seperti ini adalah penampilan pemimpin  yang resah melihat rakyatnya susah. Pemimpin yang galau menyaksikan rakyatnya belum kaget dari tidur menyongsong asa. Pemimpin yang tidak bisa tidur nyenyak di domus surea-nya (rumah kencana) karena mesti memikirkan kondisi dan keadaan rakyatnya.

RPM memang hanya satu contoh desain program pembangunan yang ditelurkan SBS yang pro rakyat. Masih ada pengobatan gratis, beasiswa  dan lain sebagainya.

Tetapi RPM menjadi program dengan daya lecut paling besar. Program dengan  hasil paling nyata, langsung dirasakan dan paling dinikmati rakyat Malaka yang sebagian besar bermata  pencaharian sebagai petani.

Dengan RPM, SBS tentu ingin berlari lebih cepat. Dia ingin lahan subur Malaka, yang pernah jadi bidikan pastor-pastor dari tarekat SVD ketika mengambil alih tanah misi dari Serikat Jesuit (SJ) untuk menjadi kebun misi, memberi hasil maksimal. Dia ingin pisang Malaka yang menembus pasar-pasar tradisional di Kota Kupang dan kota-kota kabupaten di daratan Timor memberi manfaat berlipat. Dia ingin bawang merah Malaka tidak hanya menguasai pasar-pasar lokal, tetapi juga memiliki branding sebagai bawangnya orang Timor.

Dan yang paling utama, yang paling penting, dengan RPM  SBS ingin rakyat Malaka daulat pangan. Tidak kekurangan pangan.  Aman dalam urusan perut. Tidak mati bodoh di tanah subur, Tanah Malaka.

Mendukung RPM, SBS merekrut sejumlah ahli pertanian dari perguruan tinggi. Tugas mereka adalah meneliti, memeriksa dan memberi jalan keluar bagaimana bertani secara benar sehingga memberi  banyak hasil.

Selain menggunakan para ahli pertanian, Pemerintah Kabupaten Malaka juga mendatangkan traktor besar dan kecil untuk mengolah lahan para petani. Yang luar biasa adalah alat pertanian ini menggarap lahan warga tanpa bayar alias gratis. Pemerintah mana yang dermawan seperti ini? Mencari popularitas? Ah, tanyakan kepada para petani saja. Biar mereka yang menjawab, apakah mereka terbantu atau tidak dengan kehadiran traktor itu.

Sudah begitu banyak lahan petani dibalik, dibongkar oleh traktor.  Hingga akhir November 2020 lalu, menurut data dari  Dinas Tanaman Pangan, Holtikultura dan Perkebunan (TPHP) Malaka, luas lahan petani yang ada di 12 kecamatan yang telah dipacul gratis mencapai 2.015,22 hektar.

Dalam hajatan Pilkada 2020, SBS yang  maju berpasangan dengan Wendelinus Taolin sangat sadar semua program yang lahir dari rahim pemikirannya disambut suara sumbang dan minor. Suara sumbang dan minor itu, tentu asja datang dari lawan politik yang tidak mau kalah.

SBS bergeming dengan suara-suara minor itu. Rugi membuang banyak energi hanya untuk merespon lawan yang kelimpungan membendungnya memenangi Pilkada Malaka. Dia jalan terus. Tetap fokus di setiap langkah. “Rakyat Malaka sudah tahu siapa yang sudah bekerja dan siapa yang baru mau kerja. Mereka sudah rasakan sendiri apa yang sudah dikerjakan pemerintah,” kata SBS.

Di periode kedua nanti kalau duet SBS-WT memenangi kursi panas di Malaka, SBS tetap jalan dengan RPM. Ini program luar biasa karena langsung dirasakan manfaatnya oleh rakyat.

Ketika menelurkan program RPM di Malaka, SBS dia sungguh sadar bahwa program ini tidak boleh hanya dilihat sebagai terminus ad quem, atau tujuan akhir yang harus dikejar, tetapi lebih merupakan conditio per quam, yakni atau kondisi yang menyiapkan para petani Malaka untuk beralih dari cara bertani apa adanya kepada cara bertani modern, cara bertani dengan mental maju, bukan mental asal bisa.

Jika rakyat Malaka mendukung pemerintah, mendukung RPM, maka  tidak ada cara lain selain kembali mempercayakan Stef Bria Seran, yang berpasangan dengan Wendelinus Taolin memimpin Malaka lima tahun ke depan. (advertorial/tony kleden)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *