KUPANG KABARNTT.CO—Ini berita menggembirakan. Di tengah pandemi Covid-19 yang menghantam ekonomi dunia, termasuk Indonesia, pertumbuhan ekonomi NTT quarter to quarter (q to q) positif 0,92.
Kondisi ini diungkap Kepala Kanwil Dirjen Perbendaharaan NTT, Lydia Kurniawati Christyana, dalam paparannya pada diskusi yang digelar Forum Komunikasi Lembaga Jasa Keuangan (FKLJK) Nusa Tenggara Timur di Kantor Pusat Bank NTT di Kupang, Jumat (14/8/2020).
Lydia yang tampil sebagai narasumber pertama menjelaskan tentang peran pemerintah dalam rangka pemulihan ekonomi di NTT. Lydia menjelaskan, pandemi Covid-19 menyebabkan pertumbuhan ekonomi secara umum mengalami pertumbuhan negatif.
Namun, NTT berada pada kondisi bangkit, dimana pertumbuhan ekonomi quarter to quarter (q to q) positif 0,92. Lydia berharap angka tersebut memberi semangat ke arah pertumbuhan ekonomi yang positif.
Lydia membeberkan kebijakan fiskal pemerintah dalam hal ini penggelontoran dana untuk Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) mencapai Rp 695,2 triliun. Anggaran tersebut akan dibagi ke bagian perlindungan sosial, sektoral kementerian/lembaga dan pemerintah daerah, UMKM, pembiayaan korporasi, dan insentif usaha.
Pandemi Covid-19, jelas Lidya, cukup memengaruhi kondisi UMKM di NTT. Berdasarkan data yang diperoleh dari Disnakertrans NTT, jelas Lydia, terdapat 5.437 UMKM yang tersebar di seluruh wilayah NTT, dimana 206 pekerja usaha terkena PHK.
Selanjutnya, pekerja yang dirumahkan sebanyak 4.794, dan yang dikurangi waktu bekerja sebanyak 1.529 pekerja. Sektor informal akan mengalami pelambatan pertumbuhan apabila tidak ada intervensi dari pemerintah.
Oleh karena itu, pemerintah memberikan berbagai kebijakan guna Pemulihan Ekonomi Nasional, dimana ada Peraturan Pemerintah Nomor 23/2020 dengan beberapa poin yang diatur. Beberapa UMKM belum mengetahui fasilitas tersebut sehingga perlu ada komunikasi yang baik dari penyalur dana.
Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) NTT, Robert HP Sianipar, menjelaskan tentang peran OJK dan pengembangan sektor jasa keuangan dalam masa pandemi Covid-19. Menurut Robert, kondisi sektor keuangan Provinsi NTT stabil dan positif, dimana pertumbuhan perbankan NTT di triwulan II sedikit lebih baik dibanding nasional.
Robert menyebut beberapa sektor yang memberikan pertumbuhan positif, seperti pertanian, jasa perorangan rumah tangga, industri pengolahan, kesehatan, perdagangan, transportasi dan komunikasi, serta pembelian alat rumah tangga.
Beberapa sektor yang tidak mengalami pertumbuhan adalah pembelian kendaraan bermotor, pembelian ruko/rukan, konstruksi, dan administrasi pemerintah.
“Data ini kami sajikan untuk kemudian sektor keuangan khususnya perbankan bisa berdiskusi dengan pelaku usaha di sektor riil untuk bagaimana mengakselerasi pertumbuhan ekonomi agar menjadi lebih baik di triwulan ketiga,” kata Robert.
Sementara Kepala Bank Indonesia Kantor Perwakilan Nusa Tenggara Timur (BI KPw NTT), I Nyoman Ariawan Atmaja, juga mengungkapkan kebijakan Bank Indonesia berupa pelonggaran di antaranya pembelian surat utang baik pasar primer maupun sekunder. Selain itu, BI juga telah mengampanyekan transaksi non tunai dan sosialisasi keuangan digital, serta beberapa hal lain.
Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat, yang hadir dalam diskusi tersebut meminta masyarakat untuk mengubah cara pandang (mindset) lama. Gubernur VBL menjelaskan, sektor pertanian dan peternakan merupakan sektor unggulan NTT. Namun, jumlah penduduk miskin justru berasal dari masyarakat yang berada di dua sektor tersebut.
Gubernur VBL menyebut salah satu kelemahan NTT adalah kurangnya riset. Padahal, butuh riset yang dalam untuk dapat memanfaatkan berbagai potensi yang ada di NTT. (ita)