KUPANG KABARNTT.CO—Upaya berbagai pihak untuk meningkatkan produksi jagung di Provinsi NTT lambat laun membuahkan hasil. Pertumbuhan produksi jagung menunjukkan angka yang cukup menggembirakan, bahkan peningkatan produksi dari tahun 2016 ke tahun 2017 lalu mencapai 167,63%.
Namun kenyataan tersebut tidak dibarengi dengan kemampuan produksi petani penangkar menghasilkan benih bermutu dan memenuhi kebutuhan di NTT.
Berbagai persoalan masih membelit petani penangkar benih mulai dari produksi, penjaminan kualitas, dan pemasaran hasil-hasilnya. Namun sisi kegiatan produksi benih tampak masih menjadi persoalan paling serius.
Sebagaimana umumnya juga dialami oleh kegiatan budidaya dan usaha pertanian lainnya di NTT, ketersediaan air menjadi tantangan yang harus segera dipecahkan.
Di sela-sela kegiatan pelatihan pengembangan usaha perbenihan jagung yang diselenggarakan oleh Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan bekerja sama dengan BPTP dan PRISMA, sejumlah petani penangkar jagung mengunjungi Kantor Power Agro Indonesia di Jalan Monginsidi No. 6 Kota Kupang, Jumat (28/8/2020) untuk mempelajari lebih dalam sistem irigasi tetes dan potensi penggunaanya untuk peningkatan produki benih dan kegiatan budidaya jagung.
Teknologi irigasi tetes (drip irrigation) nyatanya telah banyak diterapkan pada usaha pembenihan dan budidaya jagung terutama di Amerika Serikat. Dengan penuh antusias petani penangkar benih mempelajari keseluruhan sistem dan aplikasi irigasi tetes untuk tanaman jagung termasuk merancang lahan dan perhitungan investasinya.
Gaspar Bao, seorang penangkar benih dari Kabupaten Sikka, mengungkapkan keharuannya karena telah dikenalkan secara langsung inovasi dan teknologi irigasi tetes untuk tanaman jagung.
Bahkan Gaspar yakin bila teknologi ini diadopsi baik untuk pembenihan maupun budidaya, maka penangkar dan petani akan mendapatkan keuntungan berlipat, tidak hanya pendapatan tetapi juga kemudahan dalam bekerja.
“Saat ini kami seperti pemain sirkus, harus mengangkut mesin-mesin diesel ke lahan untuk menaikkan air, tidak hanya mesin tetapi juga bahan bakar dan jalanan di Flores tidak seluruhnya baik, banyak kerepotan, sedangkan sistem pompa bertenaga surya akan sangat meringankan,” ungkap Gaspar optimis.
Penangkar benih lain dari Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), Stefanus Bani, menyatakan irigasi tetes dan pompa air tenaga surya adalah solusi yang telah ditunggu-tunggu sejak lama.
Saat ini penangkar dan petani harus menanggung biaya BBM yang jumlahnya tidak sedikit setiap musim tanam untuk mengairi tanamannya. Ia bersyukur kini teknologi irigasi tetes telah hadir di daratan Timor sehingga lebih murah dan mudah didapatkan.
Pada kunjungan belajar tersebut, Ronald Gunawan dari Power Agro Indonesia menjelaskan aplikasi teknologi irigasi tetes untuk pembenihan dan budidaya jagung yang menguntungkan.
Dalam penjelasannya Gunawan menguraikan bahwa air diperlukan untuk terjadinya perkecambahan dan harus tersedia selama daur hidup tanaman. Namun, terlalu banyak air atau terjadinya genangan akan menyebabkan benih busuk atau bahkan kematian tanaman.
Selain membantu perkecambahan (germination) yang baik, penggunaan irigasi tetes juga akan mengurangi gulma dan beberapa penyakit termasuk mengontrol pasokan pupuk sesuai dengan kebutuhan dan pertumbuhan tanaman. (den)