Covid-19, Pohon Pancasila dan Gairahkan Belajar SMAN 3 Borong

Kanis Lina 2 guru dan siswa

BORONG, KABARNTT- Tiang antene  wifi menjulang tinggi. Membelah dua unit gedung SMAN 3 Borong, Desa Golo Kantar, Kecamatan Borong, Kabupaten Manggarai Timur, Flores, NTT. Maklum  internet kekuatan super.  Radius jangkauannya hingga 600 meter. Bantuan Menteri Komunikasi dan Informasi (Menkoinfo) Republik Indonesia.

Fasilitas itu sangat berarti. Sebab ketika gelisah sedang menderah. Kecemasan sedang menggedor-gedor. Keterbatasan fasilitas internet sedang melanda. Bantuan  tiba di  sekolah itu. Fasilitas itu  melancarkan aktivitas belajar siswa di sekolah. Menggairahkan siswa-siswi  SMAN 3 Borong berselancar  di  tengah pandemi Covid-19.

Bacaan Lainnya

Bagi lembaga SMAN 3 Borong bantuan yang tak terduga senilai Rp 85.000.000 itu ibarat “durian runtuh”. “Bintang jatuh” dari langit. Sebab bantuan itu di luar jangkauan pikiran mereka. Apalagi tidak pernah mengajukan proposal. Syukur dan terima kasih menjadi selaksa alunan  pas bagi Menkominfo Republik Indonesia. Sebab  di tengah pandemi  Covid-19, fasilitas  itu menjadi harta bersama yang menyelamatkan banyak harapan di lembaga itu.

Kanis Lina 1 tiang wifi
Tower wifi bantuan Menkominfo di SMAN 3 Borong, Manggarai Timur

“Kami bersyukur dan berterima kasih kepada Menkoinfo RI, Jhony G Plate, yang telah memperhatikan kami. Bantuan ini sangat berarti.  Menambah gairah belajar siswa-siswi di sekolah ini. Keterbatasan fasilitas belajar  bisa diatasi. Meski tidak semua siswa/siswi miliki handphone. Tetapi adanya fasilitas ini kami bisa berdayakan iPad sekolah dengan sistem pinjam secara bergilir,” ujar Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum SMAN 3 Borong, Silvanus Ladur, Selasa (3/11/2020)

Media kabarntt.co  berkesempatan kunjung ke sekolah itu. Sebab jauh sebelumnya  Humas SMAN 3 menginformasikan pemasangan fasilitas bantuan Menkonminfo  untuk sekolah itu.

Menjejakkan langkah di halaman sekolah itu ada nuansa tersendiri. Dinamika kehidupan sekolah tetap mengikuti protokol kesehatan. Halaman sekolah teratak apik. Pot bunga segar berderet di teras sekolah. Siswa-siswi sedang duduk berpisah. Dua atau tiga orang. Ada yang lebih dari itu. Sibuk dengan urusan masing-masing. Ada yang utak-atik handphone. Ada juga sekadar ngobrol. Mereka asyik-asyikan.

Beberapa siswa-siswi sedang mengikuti  penjelasan  guru.  Mereka tekun. Mata menatap layar handphone seraya sentuh fitur-fitur yang dibutuhkan. Beberapa siswa yang lain sedang belajar di kelas,  dipandu guru mata pelajaran.

 

Balada Covid-19 

 

Belajar di tengah pandemi Covid-19 memiliki tantangan tersendiri. Covid-19  mendaratkan jejaknya di Indonesia, 2 Maret 2020. Sejak saat itu penyebaran virus mematikan itu melesat bagai meteor. Menerobos seluruh pelosok Nusantara. Serangannya ganas. Serba cepat. Gesit. Grafik penderita naik terus. Korban  berjatuhan. Ribuan anak manusia harus terkapar mencium tanah.

Sebelumnya  Covid-19 menetas  di Wuhan China, sana. Menenteng maut. Lalu pergi begitu saja. Meninggalkan anyir kematian di mana-mana. Tidak hanya korban jiwa. Terjangan  virus itu melampaui semua sendi kehidupan manusia. Covid-19  menghalau dengan ganas. Serba cepat dan mematikan.

Di  NTT  Covid-19 terendus sejak ditemukan pasien terkonfirmasi positif covid-19 asal Kabupaten Alor. Menyusul Klaster Gowa. Klaster Magetan. Alumni penumpang  KM Lambaelu. Klaster Sekolah Tinggi Teologi (STT) Jakarta. Pelaku perjalanan dan  transmisi lokal  menjadi lahan subur menyebarnya  Covid-19. Hingga feature  ini  diumumkan kepada publik,  tercatat 690 orang NTT  terinfeksi Covid-19. 499 Orang dinyatakan sembuh dan tujuh  orang lainnya dinyatakan meninggal.

Menyikapi hal itu pemerintah daerah NTT menggerakkan semua kekuatan agar  mata rantai virus mematikan  itu dihentikan. Semua aktivitas berlangsung di rumah. Siswa-siswi dirumahkan. Siswa belajar secara online dari rumah. Namun belajar di rumah, menggunakan media daring di Manggarai Timur khususnya dan NTT umumnya menjadi tantangan tersendiri.

Tantangan tersebut menjadi dilematis. Sebab tidak semua kecamatan dalam wilayah Kabupaten Manggarai Timur punya jaringan telepon. Wilayah Kecamatan  Elar  dan Elar Selatan paling rawan.  Serba sulit. HP, sinyal HP dan  jaringan internet jadi mata rantai  kesulitan yang melilit. HP android ada, tapi sinyal jauh tak terjangkau. Kalau pun  beberapa siswa/siswi  punya handphone,  harus naik gunung guna mendapat sinyal.  Tidak jarang pula naik pohon. HP diletakkan di dinding rumah baru ada sinyal. Ada pula harus pontang panting ikut derasnya hembusan angin. Sebab hembusan angin jadi petunjuk adanya sinyal HP. Ada juga yang harus menunggu jauh malam seraya mengendap-endap di tebing jurang guna mendapat jaringan.

“Saya harus temani anak saya dan beberapa temannya. Saya jaga mereka karena pada larut malam di tebing jurang perbatasan dengan Ngada baru ada sinyal,” cerita Gregorius Baru Watar kepada kabarntt.co belum lama ini.

Menurutnya, tantangan bagi siswa-siswi di Elar dan Elar Selatan  tidak hanya ancaman Covid-19 tetapi juga proses belajar mengajar menggunakan sistem daring itu. Sebab jaringan telepon tidak punya. Harapannya  pemerintah bisa perhatikan warga Elar dan Elar Selatan.

Wilayah Kecamatan Elar dan Elar Selatan dalam bilangan wilayah Kabupaten Manggarai Timur  termasuk wilayah lingkar luar. Berbatasan dengan Kabupaten Ngada. Jangankan jaringan telepon, infrastruktur penunjang lain masih sangat tertinggal. Jalan buruk. Tenaga guru terbatas. Tenaga medis juga demikian. Dua wilayah kecamatan tersebut sungguh-sungguh dikepung keterbatasan. Jaingan telepon, ibarat mencari jarum di tengah jeramih padi. Sungguh menyedihkan.

Menurut Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Manggarai Timur,  Bonifasius Sai, S,Sos , berdasarkan data lokasi pengembangan BTS di seluruh wilayah kabupaten se-NTT, Kabupaten Manggarai Timur mendapatkan jatah  66 BTS. Bantuan Menkoinfo itu didistribusikan untuk beberapa kecamatan di wilayah itu. Dan Elar dan Elar Selatan mendapat prioritas lebih. Sebab kontur  wilayah dua kecamatan itu  jauh   dari jangkauan sinyal HP.

“Kecamatan Elar dan Elar Selatan dapat jatah lebih. Sebab di wilayah itu sinyal HP sangat susah. Inilah bagian dari tanggung jawab pemerintah di tengah pandemi Covid-19 agar siswa-siswi di sana bisa belajar dengan aman. Tidak sulit lagi cari sinyal HP,” jelasnya.

Hasil pertemuan bersama Menteri Komunikasi dan Informasi (Menkoinfo), Jhny G Plate, SE  beberapa waktu lalu di Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, jelas Bony Sai,  wilayah NTT mendapat bantuan 421  buah BTS. Rinciannya Kabupaten Sumba Barat Daya 1 BTS, Kabupaten Manggarai Barat 24 BTS, Kabupaten Manggarai 31 BTS, Kabupaten Nagekeo 1 BTS, Kabupaten Ende 59 BTS, Kabupaten Lembata 31 BTS, Kabupaten Alor 33 BTS, Kabupaten TTU 4 BTS, Kabupaten Sumba Tengah  21 BTS, Kabupaten Sumba Timur 89 BTS, Kabupaten Kupang 24 BTS, Kabupaten TTS 15 BTS, Kabupaten Rote Ndao 15 BTS dan Kabupaten Sabu Raijua 3 BTS. Sedangkan Manggarai Timur 66 BTS.

“Kita bersyukur Manggarai Timur dapat jatah lebih banyak dari daerah lain. Pemerintah pusat sungguh perhatikan rakyatnya di tengah badai Cocid-19 ini,” ujarnya.

Kepala Dinas Sosial Kabupaten Manggarai Timur, Drs. Wilhelmus Deo, M.Si menambahkan, selama pandemi Covid-19, Pemda Manggarai Timur telah mendistribusikan bantuan sembako sebanyak 9017 KK. Bantuan JPS tahap I sebanyak 4210 KK, tahap II 1070 KK dan tahap III 1171. BST untuk KK yang bersumber dari Kementrian Sosial sebanyak 4768 KK. Sedangkan bantuan regular program PKH 27.394 dan regular sembako 24.313

“Selain getol penanganan dan pencegahan Covid-19, Pemerintah  Kabupaten Manggarai Timur distribusi juga bantuan KK yang terdampak virus itu. Selain sembako juga bantuan beasiswa bagi mahasiswa dan mahasiswi asal Manggarai Timur yang sedang kuliah di luar daerah,” katanya.

Untuk diketahui  warga  Manggarai Timur yang terpapar Covid-19 hanya satu orang. Pasien yang terkonfirmasi itu merupakan pelaku perjalanan asal  Makasar. Kedatangannya ke Manggarai Timur dalam rangka prosesi adat wedah rugha manuk (Prosesi  injak telur ayam yang berarti sang perempuan resmi menjadi bagian klen suami, Red).

Setelah menjalani karantina di RSUD Borong dan melewati  pemeriksaan Swab Test berulang-ulang di RSUD WZ.Yohannes Kupang, yang bersangkutan dinyatakan sembuh sehingga diizinkan pulang ke rumah. Sementara 101 orang yang kontak erat dengan bersangkutan hasil swab test dinyatakan negatif. (kanis lina bana/bersambung)

Pos terkait