BAJAWA KABARNTT.CO—Calon Bupati Ngada, Andreas Paru. SH, MH, meminta masyarakat Ngada memilih bupati yang inovatif. Bupati yang inovatif yang bisa membawa masyarakat Ngada meraih kesejahteraan.
Andre Paru meminta itu ketika tampil dalam tatap muka dengan warga Kampung Toda, Kelurahan Todabelu, Kecamatan Golewa, Ngada, Minggu (11/10/2020) petang.
Selain Andre, hadir juga calon wakil bupati, Raimundus Bena, Ketua PKB Ngada, Richardus Bhara, Ketua Bapilu Partai Golkar NTT, Frans Sarong, Ketua DPD II Partai Golkar Manggarai Timur, Vinsen Reamu, anggota DPRD NTT Fraksi Golkar, Maksi Hamsi, Tony Kleden (Divisi Media Bapilu Golkar NTT), Beny Taopan (Divisi Hukum Bapilu NTT).
Warga dan simpatisan Andre Paru-Raimundus Bena dengan tagline AP RB memenuhi tenda 50 kursi yang disiapkan. Lebih banyak warga justru berdiri dan duduk dari jauh menyimak isi pembicaraan tim kampanye paket usungan PKB dan Golkar ini.
Protokol Covid-19 tetap diperhatikan antara lain dengan mencuci tangan sebelum masuk ke tenda, memakai masker dan mengukur suhu badan.
Andre memulai dengan menyanyikan tembang rohani ‘Tiada Yang Mustahil BagiMu’ gubahan Nyong Tersman.
“Hari ini hari Minggu. Kita bertemu di sini bukan kebetulan, tetapi sudah rencana Tuhan. Karena bagi Tuhan tidak ada yang mustahil. Sebuah lagu untuk kita semua yang hadir,” kata Andre.
Pensiunan polisi dengan pangkat terakhir ajun komisaris besar polisi (AKBP) itu kemudian membawakan tembang yang dipopulerkan John Tanamal itu. Semua yang hadir terpukau dengan suara emas Andre.
Usai menyanyi Andre Paru mengatakan, Santo Andreas itu seorang nelayan. “Tetapi dia tinggalkan jalanya dan mengikuti Yesus. Dia sudah mapan, tapi mau mengikuti Yesus ketika Yesus memanggilnya di pantai. Begitu juga dengan Andreas Paru. Saya sudah mapan di Irian, tetapi saya tinggalkan semua itu dan datang ke Ngada, mau bangun Ngada. Tuhan panggil saya untuk datang bangun daerah saya ini. Kalau tidak untuk Ngada, untuk apa saya datang ke sini lagi? Saya sudah mapan, sudah senang di Irian,” tutur Andre yang juga Ketua DPD II Partai Golkar Ngada itu.
Kepada warga yang hadir membeberkan apa yang akan dibuatnya bersama Raimundus Bena yang dipadatkan dalam Program Tanta Nela Paris.
“Tanta Nela Paris itu artinya Tani Ternak Nelayan Pariwisata,” kata Andre menjelaskan akronim Tanta Nela Paris.
Sektor pertanian, menurut Andre, harus digenjot karena potensi pertanian luar biasa. “Ngada ini kaya luar biasa, tanahnya sangat subur. Sektor pertanian juga menyumbang PAD cukup besar. Masyarakat Ngada juga mayoritas petani. Karena itu sektor pertanian tetap menjadi sektor unggulan Ngada,” kata Andre.
Sektor kelautan (nelayan), kata Andre, juga menjadi perhatian. “Kenapa harus nelayan? Supaya ikan kita jangan datang lagi dari Larantuka atau Maumere. Ikan yang di Ngada itu harus datang dari Maumbawa atau Aimere. Supaya uang kita jangan keluar dari Ngada, uang harus beredar di Ngada,” jelas Andre.
Andre juga menjelaskan sektor peternakan dan pariwisata yang akan menjadi fokus mereka lima tahun ke depan.
Tetapi semua program itu hanya bisa dikerjakan oleh pemimpin yang inovatif. “Masalahnya ada di pemimpin. Kita butuh pemimpin, butuh bupati yang inovatif,” tegas Andre.
Ngada butuh pemimpin yang inovatif supaya perubahan itu lebih cepat. “Kita berubah, tetapi perubahan itu terlalu lambat, terlalu lama. Kita butuh pemimpin yang inovatif sehingga perubahan itu bisa terjadi lebih cepat. Dan, AP RB dengan Tanta Nela Paris akan membawa Ngada berubah lebih cepat,” tandasnya.
Kepada warga yang hadir, Andre mewanti-wanti praktik uang yang biasanya terjadi pada hari pencoblosan. “Ingat, jangan karena uang Rp 100 ribu lalu kita rugi lima tahun,” kata Andre.
Sementara Ketua Bapilu NTT, Frans Sarong, sebelumnya mengemukakan alasan mengapa Partai Golkar mengusung Andre Paru sebagai calon Bupati Ngada.
Sarong menyebut tiga alasan. “Pertama, karena Andre Paru adalah anak kandung Golkar. Kedua, survai memenangkan Andre Paru. Dari hasil kajian di Golkar, Ngada termasuk satu dari tiga kabupaten yang usungan Golkar menang dengan level satu. Ketiga, Andre Paru sudah kerja lama untuk maju di Ngada,” beber Frans. (den)